Suga, kata yang terdengar mirip dengan Sugar yang berarti gula. Putih dengan rasa manis yang untuk banyak disukai orang karena katanya rasa manis itu dapat menghilangkan beban dan warna putih itu terlihat begitu murni.
Begitupun dengan Min Suga, kulitnya terlihat putih bersih, meskipun ia jarang tersenyum manis namun ia sangat manis ketika tersenyum. Suga berdiri sambil memasukkan kedua tangannya pada saku celananya, tubuh mungilnya bersandar pada dinding lingkungan kumuh itu tanpa sedikit pun takut kemeja yang ia kenakan akan ternoda.
Guryong, lingkungan kumuh itu terletak sangat dekat dengan gangnam, namun keadaan guryong berbanding terbalik dengan gangnam, Wilayah Guryong adalah pemukiman kumuh ilegal terakhir sisa penggusuran Olimpiade 1988 di Seoul, dan disinilah Suga tengah menunggu seseorang.
Beberapa saat kemudian datanglah beberapa orang dengan pakaian santai mendatangi Suga, Jung Daeshin datang bersama anak buahnya setelah sebelumnya suga menghubungi salah satu anak buahnya dan menawarkan kokain.
Daeshin menelisik penampilan Suga dari ujung kaki sampai ke ujung kepala, dan yang diperhatikan tak terlihat terusik sedikitpun.Daeshin membuanng puntung rokok lalu menginjaknya.
"kita bicara didalam" ucap Daeshin, dengan langkah santai Suga pun mengikuti Deshin menuju tempat yang Daeshin bicarakan.
Daeshin dan Suga bicara empat mata didalam ruangan sempit itu, sementara anak buah Daeshin berjaga balik pintu.
Daeshin mengambil bubuk kokain yang berada didalam tas bawaan suga, ia taburkan bubuk itu diatas meja kaca pemisah antara diriya dan tamunya itu. Daeshin membawa wajahnya mendekati bubuk kokain yang sudah ia tata itu lalu menghirup bubuk putih itu dengan satu tarikan napas. Daeshin memejamkan kedua matanya, dahinya berkerut, tak lama kemudian bibirnya tersenyum.
"berapa ?" Daeshin membuka kedua matanya lalu menatap lurus lawan bicaranya.
"duabelas" Daeshin tersenyum puas, dengan tanpa pikir panjang ia melangkah menuju lemari yang tak jauh berada di belakangnya. Dengan perlahan Daeshin meletakkan beberapa tumpuk uang yang sebelumnya ia ambil dari lemarinya, barang yang tamunya tawarkan itu sangat bagus dan Daeshin sangat menyukainya karena beberapa tahun belakangan setelah ketua sindikat meninggal membuat distribusi narkotika menjadi sangat terhambat.
"hitung dulu" Suga tersenyum, tetapi tidak menjawab. Pria berkulit putih pucat dengan mata sipit itu bangn dari posisinya dan bergerak maju dan secara tiba - tiba mencengkram wajah Daeshin, Daeshin membelalakan matanya terkejut, mulut Daeshin dibekap sehingga a tak dapat mengeluarkan suara sedikitpun.
"tapi tidak ada lain kali"
***
Kim Taehyung berjongkok dan mengerutkan keningnya saat melihat jasad Jung Daeshin yang sudah berlumjran darah, tangan kanannya bergerak memijat pelan pelipisnya.
"sebenarnya apa yang ingin ia lakukan" gumam Taehyung kepada dirinya sendiri, lamunannya terhenti kala mendapati ponsel disaku calananya bergetar.
Pria itu bangkit lalu menjawab panggilan pada ponselnya.
"hyung ? ah maaf karena aku tiba - tiba saja pergi" ucap Taehyung, tangan kanannya kini menggosok tengkuknya sendiri.
"apa ada masalah ?" Taehyung menghela napasnya pelan.
"kau tau pekerjaan ku selalu bermasalah hyung" Taehyung mendengar lawan bicaranya -Kim Seokjin, menghela napasnya.
"kau yang mendatangi masalah saat memutuskan menjadi polisi Kim Taehyung" Taehyung berdecak mendengar sidiran dari Seokjin. ia tak dapat mengelak karena memang dulu ia yang bersikeras menjadi seorang polisi.
"kau ingin menceramahi ku atau mengkhawatirkan ku karena tidak menghabiskan makan siang ku hyung ?" sidir balik Taehyung.
"keduanya, kau tahu bahkan daging itu sangat mahal, kau meminta ku membuat nya, aku meminta yoongi meluangkan waktunya dan kau seenaknya saja pergi seperti itu heh ?" tawa Kim Taehyung pecah seketika saat mendengar Seokjin mengumpat seperti itu. Hyung nya memang selalu seperti itu dan Taehyung tak merasa keberatan karena itu adalah hiburan untuknya.
"jadi kau ingin aku menggantinya ?"
"sudahlah, gaji mu setahun bahkan tak akan cukup untuk menggantinya" Taehyung masih tersenyum mendengar Seokjin.
"kau mengatai ku miskin hyung ?"
"memang ! sudahlah, jangan lupa makan dan jangan terlalu sering tidak pulang Kim Taehyung !" setelahnya panggilan itu pun terputus. Seokjin memang selalu marah namun sangat perhatian, dulu Seokjin pernah bilang bahwa ia harus seperti itu karena Taehyung tak akan punya banyak waktu untuk memperhatikan dirinya sendiri.
"Taehyung-ah" Taehyung memutar tubuhnya mengarah pada sumber suara.
"wae ?" tanya Taehyung santai pada pria itu -Park Jimin.
"apa kau sudah melihat jasadnya ?" tanya Jimin, Taehyung melipat kedua tangannya.
"sudah" Jawab Taehyung, Jimin menghela napasnya.
"ini gila bukan ? orang ini sepertinya psychopath" mendengar penuturan Jimin membuat Taehyung mengusap kasar wajah nya.
"Bagaimana bisa ia bunuh diri dengan cara seperti itu ?" ucap Jimin lalu pria itu membakar puntung roko yang baru saja ia keluarkan dari saku celananya.
"Jung Daeshin tidak mungkin bunuh diri Park Jimin" Jimin menghembuskan asap rokoknya.
"lalu dia dibunuh ? wah..orang yang melakukannya positive psychopath kalau begitu" ucap Jimin lalu kembali menghisap rokoknya.
"apa kau yakin masih akan terus menangani kasus ini ?" tanya jimin. Taehyung diam.
"ini bukan hanya tentang narkoba Kim Taehyug, ini pembunuhan berantai"
Bersambung...
YOU ARE READING
SACRIFICE
FanfictionBagaimanapun Kim Seok Jin akan selalu menjaga Kim Taehyung dengan segenap jiwa dan raganya, Kim Taehyung adalah hidupnya, dunianya, hartanya, jiwa dan raganya. Kim Taehyung menyayangi Kim Seok Jin dengan segenap jiwa dan raganya, tak pernah sediki...