The Alpha

631 57 4
                                    

Ia selalu duduk dengan tenang, tubuhnya bahkan tidak sedikitpun menampilkan gestur mencurigakan, namun tatapannya seakan mengintimidasi lawan namun hangat untuk kawan.

"jadi...kau pergi ?" ucap pria itu lalu memandang lurus lawan bicaranya yang bahkan saat ini tak berani menganggat tegak kepalanya dengan kedua tangan yang gemetar.

"suga, siapa yang memerintahkannya menjadi pemimpin ?"ucap pria itu lagi beralih pada Suga -Pria yang berdiri tegak disamping pria yang masih gemetar itu.

"dia yang tertua sama" mendengar jawaban Suga membuat pria itu tersenyum sinis.

"lalu ?"

"maaf" ucap Suga lalu membungkuk dalam.

"kau tidak bisa mendengar pertanyaan ku ? baik" ada sedikit jada, pria itu menghirup oksigen di sekitarnya perlahan.

"aku ulangi, jadi kau pergi ?" ucap pria itu masih dengan sangat tenang.

"maaf sama tapi polisi sialan itu membahayakan, jika saya tertangkap maka.."

"maka ?" tanya pria itu dengan nada yang mengintimidasi.

"akan lebih berbahaya untuk kita jika saya yang tertangkap" pria yang dipanggil sama itu pun memejamkan matanya sekilas lalu tersenyum.

"akan lebih berbahaya untuk mu jika kembali tanpa membawa kepala siapapun yang ku perintahkan..." ucapnya lalu berhenti sejenak.

Dengan perlahan Suga melangkahkan kakinya lalu berdiri tepat dibelakang lawan bicara sang sama , dengan gerakan cepat Suga mengeluarkan belati lalu menyayat leher pria didepannya.

"karena aku akan menggantinya dengan kepala mu"

***

"yah Kim Taehyung !!!" apa lagi yang bisa Park Jimin teriakkan selain nama teman seperjuangannya di dunia kepolisian itu ?

"yang benar saja ?! aku menanyai mereka sedangkan kau terus berkutat dengan kertas kertas ber - angka ini" ujar Jimin dengan menodongkan kertas itu tepat didepan wajah Taehyung yang saat ini bahkan tak kurang konsentrasinya.

"mereka hanya preman biasa yang ingin membeli sabu bodoh !" pekik Jimin sekali lagi.

"mereka terlalu mencurigakan hanya untuk itu Park Jimin" Taehyung tak sedikit pun mengalihkan pandangannya.

"kenapa tak kau tanyakan sendiri huh ?!" napas Jimin memburu, bagaimana ia tak kesal seribu persen dengan Taehyung, bayangkan saja, Jimin itu sudah di ruang introgasi selama sepuluh jam.

"aku pun bekerja Park Jimin" Jimin berdecak, bekerja katanya barusan ? bekerja yang seperti apa jika dibandingkan dengan jimin yang saat ini sudah cukup lelah menahan luapan emosinya agar tidak memberikan pukulan pada wajah manusia yang beberapa menit lalu masih ia anggap kawan.

"ya Kim Taehyung !" dasar tahi kerbau sialan kau, ingin rasanya jimin memaki seperti itu jika tidak ingat pesan orang tuanya untuk selalu bersikap lembut dan menjaga tutur kata, tapi tunggu, siapa perduli ? toh saat ini kedua orang tuanya sudah tenang di surga.

Rasanya Jimin memang sudah kehilangan akal saat ini, semua karena Kim Taehyung sialan itu.

***

"annyeong Kang Haneul" suara Jeon Jungkook terdengar lewat sambungan telephone membuat Haneul mengepalkan telapak tangannya dengan sangat kuat. Saat Haneul akan menggeser icon berwarna merah untuk menyudahi sambungan tersebut Jungkook terlebih dahulu menyahut.

"Jung Daeshin mati" sukses kalimat itu membuat Haneul mematung terkejut, Haneul berusaha kembali menata kesadarannya lalu berjalan dengan cepat menuju meja kerjanya. Hari ini tepat satu minggu setelah kepergian ayahnya.

"sungguh Kang, bukan aku yang membunuh ayah mu dan aku yakin bukan kau pula yang membunuh hyung ku" ucap Jungkook.

"omong kosong" itu Haneul.

"keras kepala itu hak mu chinggu semua keturunan Kang memang begitu, aku maklum tapi jangan lantas kau menjadi se-tolol ini, sudah berapa pemimpin wilayah yang mati ? dan berapa yang tersisa ? kau pikir ini hanya perseteruan biasa ?" Jungkook benar, kematian yang beruntun menimpa para pemimpin memang terasa janggal baginya dan sebenarnya Haneul menyadari itu, namun ia seakan dibutakan oleh semua beci nya kepada komplotan Jeon hingga ia pun mengabaikan kecurigaannya.

"hubungi Kim, minta dia kumpulkan semua pemimpin" ucap Jungkook, lalu terdengar suara yang menandakan sambungan itu telah terputus.

***

Pria itu menggulung kedua lengan kemejanya sampai siku, dengan tanpa ragu membuka penutup pedang samurainya yang terlihat sangat kokoh dan tajam, ia tak menodongkan pedang itu kepada siapapun.

"satu per satu dapat giliran, jadi siapa yang pertama ?" ucap nya dengan nada rendah dan sangat tenang.

"maju dan jadilah alpha, aku tak keberatan jika kalian memang pantas" ucapnya lagi, namun kali ini dengan senyum yang terlihat teramat ramah.

"suga ?" pria yang di panggil menoleh namun seakan tak memiliki napsu sama sekali untuk meladeni. Hampir dua puluh orang duduk dan menengguk salivanya sendiri. Seorang pria bangkit dari posisinya.

"Lee Sungmin ?" pria itu tak menjawab, kedua tangannya menggenggam erat samurai dan langsung menyerang, sang pria yang diserang hanya menangkis dengan samurai yang ia genggam dengan tangan kirinya. Buyi kedua samurai beradu dengan sangat kencang.

"aku Lee Sungjin"mendengar itu membuat sang pria menyunggingkan senyumnya.

"maaf atas hilangnya kepala sungmin kemarin, akan ku kembalikan jika kau tidak terbunuh malam ini Sungjin-ah" ucap pria itu.

"aku harap kau juga akan bertahan sama" kembali terdengar buyi gesekan pada kedua samurai itu.

Sungjin dengan amarah dan napas yang memburu sedangkan sang sama dengan air muka yang sangat tenang dan napas yang teratur. Serangan demi serangan terus Sungjin lakukan namun sedikitpun tak membuat sang sama kehilangan terluka, bahkan kemeja yang ia kenakan masih sangat rapi di tubuhnya.

"menyerang dengan emosi tak akan membawa mu pada kemenangan" sang sama akhirnya berujar. Sungjin mulai terlihat kepayahan namun sang sama justru terlihat baik - baik saja.

Sang sama memutar cepat tubuhnya dan melayangkan tendangan dwi hurigi sehingga membuat Sungjin pun terjatuh, lalu dengan gerakan cepat samurai tepat mengenai dasar kulit leher Sungjin. Napas Sungjin tercekat.

"jika kau ingin membunuh ku, maka lebih baik jika kau bisa mengendalikan dirimu sendiri terlebih dahulu" kulit leher Sungjin mengeluarkan darah namun sayatan samurai itu tak begitu berarti.

"tempatkan anak ini pada posisi terdepan dalam pertempuran, ia begitu lemah" ucap sang sama.

"baik sama" jawab suga cepat.

Dalam kelompok hewan pemburu seperti serigala, mereka memiliki seorang pemimpin yang disebut Alpha. Dalam sebuah kelompok, masing-masing serigala memiliki perannya tersendiri. Alpha bertindak sebagai raja serigala sang pengambil keputusan juga sang pemimpin, ialah yang terkuat. Bagaimanapun sang Alpha akan selalu melindungi seluruh kawanannya agar tetap bertahan hidup.

"ia mengatai ku lemah namun memberi ku posisi terdepan, cih" ujar Sungjin tanpa sadar suga sudah berada di hadapannya. Dengan tenang Suga berjongkok menyamakan tinggi nya dengan posisi Sungjin yang tengah terduduk masih terengah.

"lebih baik kau urus napas mu yang putus - putus itu, lalu ambil kepala hyung mu sebelum aku membuangnya ke sungai han" 



Bersambung...


-Dwi Hurigi : Tendangan memutar ke arah belakang, dengan melompat memutar dan gerakan kaki seperti mengait. Arah serangan ke arah kepala ataupun leher. (Taekwondo) 

maygatttt gilakkk, parah euyyy...

inspirasi buntu ga ketulungan, aku tuh skripsi belum kelar !!!

maapin buat pembaca ku, masih ada yg baca apa ga nih cerita :(

kalian ngerti ga si jalan ceritanya ? apa aku jangan jangan nyeritainnya ga jelas ya ?

SACRIFICEWhere stories live. Discover now