9. Pulang sekolah

754 52 0
                                    

Awan gelap telah mendominasi warna langit, suara gemuruh sejak tadi sudah menghantui telinga Andrea. Wanita itu tidak boleh pulang sebelum tugas Fisikanya selesai, padahal bel pulang sudah berdering sejak setengah jam yang lalu. Hanya ada dirinya dan Caca di dalam kelas, dan yang lainnya sudah meninggalkan sekolah sejak bel memanggil. Ini semua karena mereka telat masuk ke kelas setelah istirahat usai.

"Dre, cepet kenapa, sih? Mendung banget, nih. Mau pulang naik apa gue kalo hujan nanti?" oceh Caca lebih dulu menyelesaikan tugas fisikanya.

"Duluan aja," jawab Andrea.

"Ya, kali, gue ninggalin lo sendirian. Udah, cepetan deh."

"Ck. Duluan aja, gue masih ada dua soal lagi. It's okay when you go home first. Gue udah biasa kali sendirian di kelas."

"Enggak. Gue tungguin aja."

"Oke, sekarang gue perintahkan kepada saudara Tarisha Savira untuk pulang duluan, dan meninggalkan Andrea disini sendirian, karena Andrea belum menyelesaikan tugas fisika, dan masih ada dua soal lagi yang belum Andrea jawab. Sangat dipersilakan kepada saudara Tarisha untuk pulang, pintu keluarnya ada disana," ucap Andrea sembari menunjuk pintu kelas.

"Lo ngusir gue?"

"Enggak," jawab Andrea singkat. "Tapi kalo ngerasanya gitu, ya maap-maap aja."

"Rese lo."

"Udah sana pulang duluan aja, nanti kehujanan."

"Gapapa?"

"Au ah gelap. Udah gue bilang dari tadi."

Caca diam, tak memberi respon terhadap ucapan Andrea tadi. Lebih tepatnya terlihat sedang berpikir atau mempertimbangkan sesuatu, sepertinya tentang; pulang lebih dulu atau tidak. "Ah,enggak. Gue tungguin elo aja. Udah makanya cepetan."

Andrea mempercepat gerak tangannya. Jemarinya bukan lagi terlihat seperti sedang menari-nari diatas kertas folio bergaris, tetapi terlihat seperti sedang berlari-lari. Hingga tulisannya berubah, tak serapih sebelumnya, karena ia tidak mau membuat Caca menunggu lebih lama lagi.

Bagi Andrea, Caca itu cerewet. Tapi, cerewetnya itu lebih banyak untuk kebaikan Andrea sendiri. Seperti masalah rambut Andrea, Caca paling tidak bisa melihat rambut Andrea berantakan, tak jarang ia mengikat rambut Andrea di kelas, atau menyisirkan rambut wanita itu. Atau masalah makan, sehari saja Andrea tidak makan di kantin atau makan bekal dari rumah, Caca pasti langsung menawari sederet makanan di kantin, mulai dari makanan yang terjual dari sisi kanan kantin hingga sisi kiri kantin yang terdapat penjual siomay. Namun, itulah, kalau Caca tidak masuk sehari saja,Andrea pasti langsung merasa kesepian dan tidak bersemangat ke sekolah.

Andrea sudah selesai dengan soal fisikanya. Ia segera membereskan buku dan alat tulis ke dalam tasnya yang dibantu oleh Caca. Lalu mereka menuju ruang guru untuk mengumpulkan tugas mereka ke meja Pak Dirman. Namun, ternyata ruang guru juga sudah sepi, hanya tersisa beberapa guru dan staff saja disana. Lalu, mereka melangkah meninggalkan ruangan tersebut menuju gerbang sekolah.

"Lo balik naik apa?" tanya Caca.

"Angkot, kayaknya."

Saat mereka sedang mengobrol, tatapan Andrea tidak sengaja menangkap sesosok yang tak asing lagi bagi indera penglihatannya. Pria itu keluar gerbang dengan jaket denimnya yang terdapat tulisan nirvana pada bagian belakangnya.

"Itu Nendra."

"Hah?"

"Ada Nendra."

"Ya, terus?"

"Yang lagi deket sama elo."

"Gosip aja."

"Eh, dia jalan ke sini. Gimana dong?" Kata Caca, dan Andrea menatap pria itu lagi yang sebelumnya ada di seberang jalan kini susah mendekat ke arah mereka. Caca pura-pura menyibukkan dirinya dengan memainkan ponsel dan memerhatikan keberadaan driver.

Nendra mengikis jarak diantara ia dan Andrea. Andrea bisa merasakan pria itu semakin dekat. Ia tak berani menatap lurus ke depan, wanita itu hanya dapat menunduk menatap aspal jalan seperti orang yang kehilangan uangnya dan sedang mencari benda itu.

"Gak pulang?" ucap pria itu setelah berdiri di samping Andrea untuk beberapa detik. Kalimat retoris tersebut tidak terjawab oleh Andrea.

"Ya, kalo udah pulang mah gak disini, Ndra," sahut Caca.

"Gue gak nanya elo."

"Dih, kan disini cuma ada gue sama Andrea doang."

"Mau gue anterin balik nggak?"tawar Nendra. "Andrea," sambungnya, mencegah Caca menjawab pertanyaannya lagi.

"Enggak, makasih," Andrea tersenyum.

"Kenapa? Takut gue culik?"

"Ya, gimana gak takut. Muka lo aja udah nakutin," celetuk Caca lagi.

"Heh, berisik," sahut Nendra lagi.

"Udah, deh. Jangan gangguin Andrea lagi. Dia lagi galau, pacarnya gak bales chat dia dari kemarin," Andrea melotot mendapatkan jawaban Caca yang terdengar sangat polos dan jujur. Bukan bertahan menutupi hubungannya, tetapi ia merasa aneh saja ketika hubungannya diketahui oleh banyak orang. Apalagi orang-orang itu yang sering ia temui.

Andrea berdecak, Nendra tidak memberi respon.

🌹💐🌹💐🌹

oke ini sebentar lagi selesaiii yey
Note: maaaaaav kalo ada typoooo :(

Distance [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang