Aurelllll!!!!"
Teriak bunda sambil membuka pintu kamarku, serius deh kalau bunda udah kayak gitu, mau mimpi gue nyampek korea pasti udah balik ke kamar ini.
"Iya bunda, aurel udah bangun kok. Bentar lagi aurel mandi bun.."jawabku malas sambil turun dari kasurku.
"Kamu ini selalu begitu, kalau gak bunda bangunin, gak bakal bangun deh. Kebiasaan yang buruk!" omel bunda pagi pagi pada ku."Aduh bundaa, aurel udah mandi jugaa, kenapa sih ngomel - ngomel terus deh." keluhku pada beliau.
"Kamu yaa kalau dimarahin selalu jawab." kesalnya sambil menjewer kupingku.
"Sakit bundaa..."keluhku kesakitan.
" udah sana berangkat kamu." suruh bunda sedikit berteriak dari dapur
"Iya bunda, aurel berangkat yaaa. Assalamualaikum, aurel sayang bunda." teriakku sambil mulai mengayuh sepeda.
********
Aurel akhirnya sampai ke sekolah dengan peluh keringat yang menetes dahinya, dia yang sedang merapikan seragam SMA yang bertuliskan SMA TUNAS BANGSA disaku bajunya itu, mengalihkan pandangannya kebelakang. Tepat setelah itu motor ninja putih melintas didepannya dengan kecepatan tinggi sehingga banyak murid yg mengumpat karena kelakuan cowok itu. Aurel tau siapa dia, bahkan cewek yang diboncengnya pun juga.
Siapa yang tak kenal mereka, bahkan seluruh penjuru sekolah pun tau siapa mereka. Aurel berjalan menuju kelasnya dengan lesu,
"Buat apa sih gue inget" itu cowok lagi, gak penting banget." keluhnya sambil berjalan."Aurell...." teriak sang sahabat dari belakang.
"Apasih bela, lo teriak kayak kita lagi dihutan aja sih, kuping gue nih rasanya kek mau pecah tau gakk." keluhku padanya.
"Eh lo tau gak itu tuh si arvian sama ceweknya, sumpah deh menjijikan banget, gue liat kayak mau muntah." curhatnya padaku.
"Udah deh bela lo gausah mikirin mereka, gue udah biasa." jawabku santai sambil mencari sesuatu dalam tas.
"Astagaa, sampek kapan lo pura pura terus hah?" katanya sambil melihat ke kanan dan kiri.
"Okeh, kalaupun gue nunjukin gimana gue ke dia. Emang dia mau balik lagi kesini" tunjukku ke hatiku.
"Iyadeh iya semerdeka lo deh, yuk ke kelas." ajaknya mengamit tanganku.
"Bentar - bentar kayaknya headshet gue ketinggalan di keranjang deh, lo ke kelas dulu ya." jawabku sambil sedikit berlari ke arah parkiran lagi.
Aurel yang setengah berlari sambil berusaha mencari headshetnya tak melihat kedepan, dia tak pernah tau bahwa didepannya ada seseorang yg selama 2 tahun ini berusaha dia
Hindari.
"Aduhh, kalau jalan pakek mata..." jawabnya sambil berdiri dan menatap tepat manik mata yang ditabrak."Harusnya lo yang jalan pakek mata." jawabnya sambil berlalu.
"Arvian." cicitnya pelan sapada kembali berjalan.
Aurel yang tak pernah berani menatap mata arvian selama 2 tahun ini, kembali menatap matanya sepersekian detik yang lalu. Selalu begitu rasanya nyalinya sangat kecil ketika menatap mata itu, mata yang dulu bahkan bagai candu baginya. Sekarang tak ada lagi aurel yang bahkan merindukan tatapan mata itu, Yang ada hanya aurel yang ketakutan menatap mata itu, kadang ia juga bingung kenapa dia begitu takut. Entah karena kejadian yang lalu itu, atau karena dia takut jatuh lagi. Ya seperti saat ini, dia kembali jatuh lagi. Mungkin bagi sahabatnya arvian sangat gila, meninggalkan aurel yang tampak sempurna mata yang sipit, senyum yang indah, badan yang proposional dan masih banyak lagi keunggulannya. Tapi bagi semua orang 2 tahun ini, aurel lah yang meninggalkan arvian. Ingin sekali aurel berteriak pada mereka semua kalau dia yang ditinggal, dia yang disakitin, tapi rasanya percuma saja tak akan ada orang yg percaya pada anak yang tak memiliki kedudukan apa apa di sekolah ini. Aurel terus berjalan ke kelasnya.
"Rel aurel, lo gakpapa kan? Rell" teriak bela disamping aurel.
"Sumpah deh suara lo itu kayak toa tau gak sih." jawab aurel sewot.
"Lah lo sendiri, gue ngomong apa coba tadi? Pasti lo gak tau." jawab bela tak kalah sewot.
"Emang lo ngomongin apaan sih sayang." jawab aurel penasaran.
"Tuh kan bener, lo tadi ngelamun.." keluh bela sambil menahan amarahnya.
"Ngomongin apaan sih bel? Cepet kasih tauu." jengkel aurel
"Hadeh, ada anak baru dikelas kita ntar, katanya sih cowok tapi apapun itu gue berharap dia gak lebih pinter dari seorang kalia. Bisa heboh itu anak nanti kalau ada yang ngalahin dia pinternya." cicit bela panjang lebar.
"Gue kira apaan, gak penting deh beritanya. Ngomong ngomong kalia mana kok belum dateng tumbenan?" jawab aurel sambil celingak celinguk.
"Gatau dah gue, nyasar kemana itu ibu ketua kelas." jawab bela sekenanya sambil kembali menatap papan dikelas.
Mereka memang bersahabat bertiga ada aurel maka ada bela dan kalia, selalu begitu. Kalia pintar dalam hal akademik, tinggi semampai, senyum yang indah, dan satu lagi dia anggota OSIS disini. Lalu bela yang cerewetnya naudzubillah, cantik sih, tinggi nya gak seberapa, tapi soal olahraga dia jagonya. Terakhir aurel yang cantik, senyum yang indah, kalemnya kebangetan dan sabarnya gak ketulungan.
"Assalamualaikum" sapa seseorang yang masuk dalam kelas.
"Waalaikumsalam, ah kalia sini deh gua ada berita bagus banget buat lo." heboh bela lagi.
"Gue udah tau, makanya gue gak semangat pakek banget." jawab kalia lesu.
"Aduh kali aja itu cowok gak pindah ke kelas ini, bisa aja kelas sebelah. Positiv thinking aja." jawab aurel sambil menulis sesuatu.
"Ah udah ah gue mau nyalin pr dulu." jawab bela secepatnya.
Mereka terdiam lagi. Aurel menatap kedua sahabatnya bergantian, dia bingung harus bercerita atau tidak pada kedua sahabatnya bahwa ia tadi tak sengaja menabrak cowok itu lagi. Dia pikir itu tak penting, aurel lalu melanjutkan kegiatan yg tertunda tadi.
holaaaa aku balik dengan cerita baru, jadi ini first time aku nulis cerita teenfiction. jadi mohon vommentnya ya gaes terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
hurt feeling
Jugendliteratur"Gue emang gak pernah bisa lupain masa lalu gue, gue emang kayak gini, dan gue gak pernah siap buat jatuh cinta lagi"- Aurelicia Angelita Bramantya "Gue yang bakal sembuhin luka masa lalu lo itu, gue bakal bukti in kalau gue bisa ngeruntuhin tembok...