[Bag-Ian 15]

10.6K 978 360
                                    

Senyum kamu kadar alkoholnya berapa persen sih? Kok memabukkan?
- Bagas
____________________________________

Kenapa cicak memutuskan ekornya jika sedang dalam bahaya?
Jawab: Karena mau memutuskan pacar gak punya.

*plak*

Soal: Tebu dan sagu adalah contoh tumbuhan yang menyimpan cadangan makanan. Sedangkan manusia menyimpan pada?
Jawab: Kulkas.

*plak*

Soal: Sebutkan tanaman yang kekurangan yodium?
Jawab: Eceng gondok.

*plak*

Nemo masih flashback dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Guru biologinya sepertinya memiliki dendam kesumat padanya. Padahal ia sudah menjawab sesuai dengan apa yang terlintas dalam pikirannya tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun, tanpa unsur kesengajaan atau pelecehan lainnya. Namun hasil yang ia dapatkan malah pukulan 3 kali tepat di kepalanya.

"Awas ae kalo udah gede, gua mau jadi guru biologi. Biar gua buktiin sama tuh guru kalo gua bisa! Sekaligus pelampiasan masa sekarang yang gua sering kena getok gara-gara biologi. Asu!" Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Nemo bahkan setelah pulang sekolah saat ini, sepertinya Nemo masih tidak terima dengan perlakuan gurunya. "Salah gua emang kalo punya otak pas-pas'an! Makanya, ya lu jadi guru bimbing gua biar pinter kek! Gua kalo gede jadi guru yang arif dan bijaksana. Entar ilmu gua, gua turunin sama murid gua!" Nemo mengepalkan tangannya dan mengangkatnya seakan itu adalah ikrar termulia yang pernah ia ucapkan. Iya, dia akan menurunkan ilmunya pada muridnya. Ilmu adalah buku. Dengan kata lain, ia hanya akan menurunkan buku pada muridnya.

Mood Nemo seketika hancur dikarenakan perbuatan guru durjana itu. Malah ia harus menunggu ketiga temannya piket lagi. Ia bisa saja pulang sendiri, hanya saja kunci motor ada pada Rega. Ya wajar saja, itu 'kan memang motornya Rega.

Cuaca sore ini terlihat bagus. Sejuk, namun cerah. Sambil menunggu mereka, Nemo memandangi lapangan dari balkon. Kelas mereka berada di lantai ketiga, jadi cukup menguntungkan kalau bagi siswa yang bunuh diri. Kalau dari lantai 2, paling hanya luka-luka dan cacat. Kalau langsung dari lantai 3, rencana bunuh dirinya akan berlangsung dengan sesingkat-singkatnya paling-paling kemungkinan tersialnya koma 11 bulan.

Duarrrr. Seseorang menepuk punggung dia dari belakang.

"Eh, anjeng. Kaget gua, babik. Untung kaga jatuh. Kalo tadi ada setan trus gua diajak ke neraka gimana?!"

Bagas yang kena semprot Nemo hanya kekeh tanpa peduli kekesalan Nemo.

"Gapapa kali, lu kan bisa pulang ke habitat asal lu sebagai setan. Hahaha."

Nemo menjawab ejekan Bagas tersebut dengan sebuah jari tengah yang teracung. Sedangkan Bagas tetap mengacuhkan Nemo seperti biasanya. "Kenapa si kampret ini yang keluar duluan sih? Tambah ngerusak mood gua aja," rutuk Nemo di sela-sela kekesalannya.

Ian dan Rega yang terakhir keluar dari kelas. Mereka memang yang bertugas mengawasi jalannya piket hari ini. Terlintas ide konyol di pikiran Nemo saat melihat Ian. Ia masih belum puas meledek Bagas dan Ian di kantin tadi.

Segera Nemo menarik tangan Rega, lalu merangkulnya dengan erat dan menyenderkan kepalanya pada bahu gagah Rega.

"Sayanghh." Iya, huruf h itu memang sungguh-sungguh Nemo ucapkan. Ia mengucapkan kata sayang dengan berakhiran h dibelakang. Sekilas terdengar seperti desahan. Dasar, Nemo si otak selangkangan.

Rega kaget mendapat perlakuan manis yang tiba-tiba ini dari Nemo. Kenapa sedari tadi mulai dari kantin, Nemo selalu menempelinya. Rega 'kan juga manusia, punya rasa punya hati, wajar 'kan Rega baper? Jujur saja, Nemo adalah php terindah yang pernah Rega rasakan.

[Un]requited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang