A

45 4 0
                                    

Rekomendasi lagu untuk diputar:

Missed – Ella Henderson

***

"You tried to hurt my feelings
You stopped me dreaming
But here I draw the line
I wish you luck in life and, goodbye"

"Seandainya dulu gue berani ngomong kayak gitu ke dia ya," ucap Dandelion sambil memasuk-masukkan buku-buku pelajaran ke dalam tasnya. Tasnya itu berat, tetapi perempuan itu tidak peduli.
         
"Dan seandainya tadi gue bangunnya lebih pagi, gue ga bakalan repot kayak gini nih," kemudian Dandelion berdecak ketika tiba-tiba tasnya terguling. Perempuan itu mencoba untuk mengambilnya, tetapi ia malah mengambil bagian bawah tas sehingga kini isinya berjatuhan semua.
         
"Aduh males sekolah udeh ini mah," ia duduk di lantai sambil bersandar ke dinding. Ia memejamkan matanya sambil menarik napas dalam.
         
Bunyi ketukan pintu kamar membuatnya membuang napas dengan panjang lalu berdiri membereskan kembali buku-bukunya. Perempuan itu tahu bahwa bundanya telah menunggu. Dandelion menghitung hitungan mundur dari angka lima. "Lima, empat, tiga, dua, sa--"
         
"Del buruan atau Bunda tinggal ke kantor," tegas dan jelas, begitulah intonasi wanita itu di depan kamar putrinya.
         
"--tu," seketika Dandelion tak berkutik. Perempuan itu langsung saja menutup resleting tasnya kemudian berjalan cepat sambil meringis kesakitan keluar kamar.

***

Hari Kamis. Empat hari setelah kejadian tertancap beling. Dandelion tidak masuk sekolah selama dua hari karena itu. Hari ini pun ia masih sedikit terpincang-pincang.
         
Empat hari juga setelah laki-laki itu menghubunginya. Namun, hingga hari ini tidak ada tanda dari dia akan menghubungi Dandelion lagi, dan perempuan itu merasa bahwa dirinya dapat merasa lega sejenak.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi dan Dandelion sudah tidak mendengarkan lagi pengumuman tentang tagihan untuk membayar uang kas ketika ponselnya bergetar di atas meja.
         
"..."
         
"Wa'alaikumussalam," perempuan itu menjawab salam dari ayahnya.
         
"..."
         
"Hah? Bentar deh ini kelas aku rame banget, udah mana hujan deres lagi kan," Dandelion langsung memakai tasnya bergegas untuk keluar.
         
"Eh, lo udah bayar belom?" salah satu dari dua bendahara dengan muka garangnya menghadang Dandelion untuk keluar kelas. Dandelion memutar bola matanya sambil merogoh uang dari kantong rok seragamnya.
         
"Nih, elah baru juga tanggal satu," balas Dandelion dengan sengit. Bendahara itu hanya bisa menatapnya dengan agak sinis, tetapi Dandelion tidak peduli. Ia lalu pergi menuju perpustakaan yang tidak seramai dengan ruangan lain di lingkungan sekolah. Suara hujan turun pun tidak terlalu terdengar. Perempuan itu sambil mengatur nafasnya mencari tempat untuk duduk.
         
"Kenapa Yah? Udah oke nih di perpus,"
         
"..."
         
"Loh, Ayah mau ngejemput? Kan aku pulangnya paling naik ojek,"
         
"..."
         
"Hah? Kok bisa?"
         
"..."
         
"Iyaa deh iya nanyanya di mobil aja iyaa oke lah aku nurut. Jangan sensi-sensi amat sih Ayah nih,"
         
"..."
         
"Iya iya. Wa'alaikumussalam."

***

Kira-kira Ayah dengan Dandelion ada apa ya?

Angkasa Tanpa BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang