Rekomendasi lagu untuk diputar:
Biarkanlah - Raisa
***
"Benar atau salah kini tiada berarti
Biarkanlah
Sekuat tenaga 'ku harus melepasnyaTiada pemenang
Kau dan aku hanya bisa bertahan
Sekuat tenaga kau harus melepasnya""Ck," Dandelion melepas earphone yang dikenakannya lalu beranjak dari kasur. Ia keluar kamar berjalan menuju kulkas di dekat meja makan untuk mencari minuman dingin. Kerongkongannya terasa kering.
Setelah mengisi penuh gelasnya dengan susu coklat, ia berniat untuk membawanya kembali ke kamar. Entah karena tangan perempuan itu licin atau memang ia tidak fokus, gelas yang digenggamnya meluncur begitu saja.
Prang!
Dandelion seketika meringis ketika salah mengambil langkah saat ia ingin mengambil sapu. Sebuah serpihan besar kaca gelas itu menusuk telapak kakinya dengan amat sangat 'baik'. Ubin tempatnya berpijak kini dibasahi oleh darah.
Suara pintu depan rumah yang terbuka membuat Dandelion menoleh ke belakang. Tiba-tiba ia hampir terpeleset akibat susu cokelatnya yang berceceran andai saja ia tidak langsung berpegangan pada pinggiran meja. Jantung perempuan itu berdegup dengan cepat. "Ck teledor amat sih."
"Assalamu'alaikum, maap bangett ini mah Non, maap saya baru dateng ke sini. Walah! Aduh aduh coba permisi dulu Non, biar kakinya nggak nginjek kacanya lagi," Bu Min, wanita yang barusan berbicara itu menuntun Dandelion ke ruang keluarga untuk merebahkan tubuh perempuan itu di sofa.
"Wa'alaikumussalam, iya Bu nggak apa. Baru juga telat 10 menit, Bu," jawab Dandelion sambil terpincang-pincang. Setelah Dandelion meluruskan kakinya, Bu Min mencari handuk kecil dan baskom yang diisi dengan air.
Wanita itu mencelupkan handuk kecil tersebut ke dalam baskon dan memerasnya, sebelum mengusap pelan ke telapak kaki Dandelion. "Bu, Ibu nggak ngelap kaki aku pake kaktus kan Bu?" perempuan itu memasang tampang melas. Dicengkeramnya bantal sofa sambil terus meringis.
"Maaf lagi ya Non, tapi itu darahnya nggak sedikit yang keluar. Biar darahnya berhenti dulu ya," Bu Min tersenyum sambil mengikatkan handuk dari telapak menuju punggung kaki Dandelion tepat di mana luka itu berada. Setelahnya, wanita itu pergi mengambil sapu dan pel untuk membersihkan 'sedikit' kekacauan pada pagi hari ini.
Dandelion merasa lega, karena ayah dan bundanya sedang pergi ke toko roti. Sudah terbayang di benak perempuan itu kehebohan yang akan terjadi apabila bundanya melihat. Dandelion menggeleng-gelengkan kepalanya. Bundanya memang selalu saja heboh.
"Ini jam 8 aja belum, udah bikin ulah aja ya," Dandelion berdecak sambil berusaha untuk bangun dari sofa. Karena tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya, perempuam itu oleng. Bu Min yang melihat langsung saja menahan perempuan itu agar tidak terjatuh. "Yah bikin ulah lagi," dumalnya sambil berdecak.
"Wes Non, rebahan aja dulu di sini, masih perih, kan?" Dandelion mengangguk lesu.
"Ihh tapi akunya mau ke kamar Buuk," rengeknya.
"Kamu pasti mau main hp ya? Ya udah sini Ibu ambilin,"
"Ibu bisa baca pikiran? Wah keren! Ajarin dong Bu!"
"Eh enggak kok, Ibu kan cuma nebak-nebak aja. Duh, kelakuan kids zaman now itu kan kalo nggak main handphone yaa pacaran,"
"Yee tapi kan aku nggak pacaran Bu,"
Dandelion merengut.
"Kenapa? Kamu nggak laku yaa? Ibu yang mukanya pas-pasan gini aja laku loh, Nduk," Bu Min hanya bisa menyengir melihat majikannya itu memasang muka masam.
"Oh iya lupa ambil hp kamu, bentar ya, hehehe."
"Ya ampunn, nggak Bunda, nggak Ibu, samaaa aja tingkahnya ya." Dandelion hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memejamkan matanya sembari menunggu Bu Min.***
Di dalam kamar, Bu Min mencoba untuk mencari-cari benda yang dimaksud. "Duh, nak wedok kok kamarnya berantakan toh yaa," ujarnya. Ketika sedang membereskan kamar Dandelion, tiba-tiba bunyi notifikasi membuat Bu Min menghentikan aktivitasnya. Wanita itu menyingkap selimut. Dilihatnya layar handphone Dandelion itu menyala dengan pemberitahuan terdapat sebuah SMS dengan nomor tidak dikenal.+6289xxxxxxx56
Hai, Del. Ini Elang. Remember me, darl?
Bu Min menautkan alisnya. Sambil masih memegangi selimut, wanita itu berpikir keras, "Siapa Elang?" Ada jeda beberapa saat sebelum wanita itu membesarkan bola matanya dengan mulut terbuka.
"Jangan lagi, anak muda."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa Tanpa Batas
AcakCerita ini, cukup sulit untuk dideskripsikan, bahkan oleh pembuatnya sendiri. cover cr: @umarisarum (: