G

46 5 10
                                    

Rekomendasi lagu untuk diputar:

Not With Me - Bondan Prakoso & Fade To Black

***

"I can see you if you are not with me
I can say to myself if you are okay"

***

"Udah ada balesan, Lang?" Adrian menghela nafas setelah gelengan kepala menjadi jawaban dari pertanyaannya.

Mereka berdua tengah berbosan-bosan ria di ruang makan rumah Elang. Laki-laki itu merasa kesepian karena kedua orang tua dan adiknya sedang pergi untuk berbelanja bulanan. Meninggalkannya yang tadi ketiduran.

"Nda, kok Abang ditinggalin sih?" Elang bertanya kepada bundanya dengan sewot lewat telepon.

"Yee suruh siapa habis salat subuh tidur lagi," balas bundanya tak mau kalah. Wanita itu sedang mengambil buah mangga kesukaan Elang di supermarket ketika anak sulungnya menelepon.

"Trus badan kamu itu kayak diiket ke kasur. Ga bisa lepas. Dibanguninnya susah. Kebo banget sih Bang,"

Elang memutar bola matanya mumpung bundanya tidak melihat. Kalau bundanya melihat bisa-bisa ia terkena jeweran di telinga. 'Nggak sopan kamu ya puter puter mata,' katanya begitu. Elang cepat-cepat menggeleng-gelengkan kepala.

"Nggak nggak nggak," racaunya.

"Apanya yang nggak? Wong kamu tadi dibangunin malah bilangnya, 'Awas! Abang masih ngantuk! Gak usah ganggu!' terus aja gitu Bang, masih Bunda liatin," bundanya itu menirukan ucapan Elang dengan hentakan di setiap akhir kalimat. Elang hanya dapat memejamkan matanya, pasrah.

"Yowes lah Bun daripada Bunda malah nambah emosi mending teleponnya ditutup. Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam. Eh Bang, bentar Bang! Abang! Aduh Abang! Ab-

"Lang! Elang! Sadar elah! Ga usah nakutin gue gitu sih woy!" Adrian menepuk-nepuk–lebih tepatnya menabok–pipi Elang dengan raut muka yang tidak bisa dijelaskan. Intinya kusut abis.

Elang menggaruk-garuk kepalanya lalu berdecak. "Apaan sih lu alay," laki-laki itu melihat kawannya dengan tatapan malas. Adrian yang sudah sebal dari tadi langsung saja menjitak Elang sembari mendumal.

"Edan! Sakit anjir," Elang merengut sambil mengusap-usap kepalanya.

"Alay," balas Adrian dengan muka datar. Elang memutar bola matanya.

Seketika hening. Elang menopang dagu dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya menarik-narik beberapa helai rambutnya. Berbeda dengan Elang yang tampak bosan, Adrian tengah mencomot potongan buah mangga dengan brutal.

"Heh, ga dikasih makan berapa hari sih sama emak lo?" Elang memegangi perutnya. Sebenarnya ia juga lapar.

"Diem, gue laper," Adrian dengan santainya meludeskan satu piring tersebut. Ia memasang wajah puas kemudian bersendawa dengan seenak jidat.

"WOY! KENAPA LO JEWER GUA?!" Adrian mengaduh kesakitan setelah Elang tiba-tiba menjewer telinganya dengan kekuatan lumayan.

"Gue belom sarapan dodol," Elang berdiri lalu mendorong kursinya.

"Temenin gue nyari sarapan ke depan. Buruan," ujar Elang berjalan ke pintu depan rumahnya.

"Temenin makan atau traktirin?" Adrian bertanya sambil berlari-lari kecil menyusul ketika Elang membuka pintu. Kemudian dengan teganya Adrian menjewer balik, tetapi sekarang telinga Elang dua-duanya.

Elang mengaduh kesakitan. Ia membalikkan badan dan menatap Adrian dengan sengit.

"Traktirin. Gua. Makan. Sekarang. Juga." Adrian mendecak dan memutar bola matanya lalu berjalan mendahului Elang. Elang melemparkan sandal jepitnya ke arah Adrian dengan sekuat tenaga. Yak, tepat sasaran mengenai belakang kepala kawannya itu.

"Lang, lo ngajak ribut?"

***

Angkasa Tanpa BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang