First Love - Page 6

36 5 0
                                    


Didalam mobil mereka terdiam sejenak sementara Adit tetap mengendarai mobil itu entah kemana tujuannya. Seling beberapa menit setelah perjalanan mereka memulai berbicara dengan nada sedikit marah satu sama lain.

"Apa yang sebenarnya kamu lakukan?" Tanya Adit

"Aku ingin kalian bahagia" Jawab Dhea pelan

"Lalu bagaimana dengan kebahagiaanmu dan kebahagiaanku? Apa menurutmu aku akan bahagia bersamanya?" Tanya Adit

Dhea tidak membalas dan hanya memandang jalanan dari dalam mobil itu.

"Dhea, apa kamu tau bagaimana usahaku untuk menjelaskan kepada teman-temanku yang menyukaimu? Apa kamu tahu perasaanku harus mengatakan itu semua kepada temanku hanya untuk tidak berpisah denganmu?" Sambung Adit dengan nada pelan

Dhea tetap tidak menjawabnya.

"Aku bukan barang yang bisa kamu kasihkan kepada orang lain saat kamu tidak membutuhkan aku lagi. Kalaupun kamu memutuskanku aku tetap tidak akan mau bersama Indah. Aku tidak mencintainya dan bahkan menyukainya pun tidak, bagaimana aku bisa bersamanya? Lebih baik kita bertemu untuk menyelesaikan ini secara langsung." Sambung Adit lagi

Dhea mulai menahan tangisnya sambil tetap memandang jalanan itu. Adit memberhentikan di sebuah tempat parkir tempat salah satu area hiburan di sana. Dia memandangnya dan berkata "Lalu sekarang kita bagaimana?"

Dhea mencoba melepas sabuk pengamannya "Kamu ngapain" Kata Adit yang berusaha memegang tangannya agar dia tidak pergi

"Maaf Kak, aku ingin sendiri tolong biarkan aku pergi" Katanya sambil menangis

Adit mencoba mengerti apa yang dia inginkan "Hati-hati" sambil dia melepaskan tangannya. Dhea menghapus air matanya dan langsung keluar dari mobil itu sambil mengatur nafasnya. Dia berdiri di pinggir jalan dan menaiki taxi untuk mengantarnya pulang.

Melihat Dhea menaiki taxi Adit pun langsung pergi mengikuti taxi itu, hanya untuk memastikan bahwa dia akan tetap baik-baik saja sampai rumah.

Adit pun mencoba untuk menghubunginya lagi namun tidak diangkat begitu juga dengan Indah yang disuruh Adit untuk menghubunginya namun tetap tidak ada balasan dari Dhea.

Sampai akhirnya Pengumunan kenaikan kelapun tiba dan Dhea menghidupkan lagi Handphonenya. Tidak berjarak lama tiba-tiba Handphonenya berbunyi dan ternyata Adit menelponnya

"Ya" Kata Dhea memulai percakapannya

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Adit

"Iya" Balas Dhea

"Bagaimana kamu pengumuman kenaikan kelasnya?" Tanya Adit sedikit canggung

"Aku naik kelas dan nilaiku juga bagus" Balas Dhea

"Syukurlah" Kata Adit

"Kak Adit, mungkin lebih baik kita putus aja" Kata Dhea pelan

"Apa masih karena Indah?" Tanya Adit

Dhea tidak membalas pertanyaannya. Adit yang merasa kesal karena Dhea tidak membalasnya Aditpun mencoba untuk mengakhiri teleponnya. Beberapa minggu mereka tidak saling berhubungan satu sama lain namun mereka saling melihat akun social media masing-masing.

Mungkin karena merasa bersalah atau memang tidak tahan dengan ketidak acuhannya selama ini, Dhea mencoba untuk menanyakan kabar Adit melalui temannya. Namun temanya enggan memberitahunya tentang kondisi Adit dia memintanya untuk menanyakan sendiri.

Hubungilah Adit sendiri, aku tidak ingin terlalu dalam ikut campur dengan urusan kalian.

Tulis temannya Adit kepada Dhea setelah dia menanyakan Adit.

Dhea tidak tahu harus bagaimana, dia ingin menanyakan kabar kepada Adit tapi dia terlalu takut untuk menanyakannya. Lama dia berpikir sampai akhirnya dia memutuskan menghubungi Adit untuk pertama kalinya.

Dhea mencoba menelponnya namun tidak diangkat, beberapa kali doa mencoba menelponnya namun tetap tidak dianglat. "Mungkin dia tidak ingin mengangkat telponku" Pikir Dhea saat itu dan berhenti untuk menghubunginya lagi.

Dhea mencoba menghilangkan stresnya dengan bersepeda di sekitar rumahnya sampai dia menemui taman dekat rumahnya dan mulai untuk mengitari taman itu berkali-kali. Namun banyak yang tidak bisa melepaskan pikirannya dia tetap memikirkan Adit.

Kring..kring.. suara handphonenya membuatnya berhenti mengendarai sepeda itu, dia melihat handphone itu terlihat tulisan Adit dilayar itu dia berhenti sejenak sambil melihatnya dengan tatapan kosong dan akhirnya dia mulai mengangkat teleponnya.

"Apa yang kamu lakukan? Apa kamu tidak pusing memutari taman itu berkali-kali?" Tanya Adit tiba-tiba dalam telepon itu membuat Dhea kaget.

"Kamu disini" Jawab Dhea sambil memutar-mutar kepalanya melihat kesekeliling untuk memastikan bahwa dia ada disini.

Aditpun menjelaskan bahwa dia memang ada dsini tapi dia meminta untuk tidak menyuruhnya menemuinya. Dhea semakin merasa bersalah dengan itu dia mencoba untuk meminta maaf dengan sifat kekanak-kanakannya, namun dia juga tidak meminta Adit unutk memaafkannya secepat itu.

Mereka tidak berbicara satu sama lain namun tidak juga menutup teleponnya, dia tetap mendengarkan desahan nafas mereka. Membuat suasana itu semakin canggung, sampai akhirnya Dhea mencoba untuk berbicara.

"Ah aku harus pulang aku ada acara, kamu juga sebaiknya pulang" Katanya sambil terbata-bata

"Oke, semoga acaranya lancar"

"Hati-hati"

Dhea pun mengakhiri tepelonnya dan langsung menaiki sepeda itu lagi menuju rumahnya, tanpa disadari dia mulai menangis saat itu.

Dilain sisi Adit yang melihatnya bergerak meninggalkannya dia juga mulai berusaha menahan tangisnya sambil meninggalkan tempat itu setelah mengikuti Dhea sampai kerumahnya.

Malamnya Dhea memberanikan diri untuk mengirim pesan kepadanya, dia meminta untuk bertemu lama dia menunggu balasan dari Adit sampai akhirnya dia pun tertidur. Keesokan harinya saat Dhea bangun tidur dia menerima pesan dari Adit

Aku akan menjemputmu dirumah besok pagi jam 10.00

Dhea langsung melihat jam saat itu tapi waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 dia pun langsung bergegas menuju kamar mandi dan bersiap diri.

Ting..tong..

Suara bel rumah Dhea berbunyi dan dheapun membukanya tapi masih memakai celana pendek, kaos dan handuk yang masih terletak di rambutnya.

"Duduk dulu tunggu sebentar ya aku ganti baju dulu" Katanya sambil tersenyum menahan malu

"Kita bisa pergi dengan penampilan seperti itu" Goda Adit melihat tingkah laku Dhea

Dheapun langsung meninggalkannya dan berjalan menuju kamarnya.

Taklama kemudian Dheapun keluar memakai dress tas tas slempang ciri khas anak muda. Adit melihatnya saat dia berjalan menghampirinya.

"Yuk" Ajak Dhea sambil keluar rumah

"Apa kamu mau berkencan?" Tanya Adit sambil mengikutinya

Dhea tidak membalas pertanyaannya dia sibuk mengunci pntu rumahnya itu. Mereka pun berjalan menuju mobil Adit dan memasuki mobil itu secara bersamaan. Aditpun terdiam dan tidak segera menancapkan gasnya membuat Dhea bertanya-tanya.

"Ayo berangkat" Katanya sambil memandang Adit

"Pakailah sabuk pengamanmu dulu. Apa kamu sengaja menunggu aku untuk memakaikannya?" Goda Adit

Dheapun melihat kearah tubuhnya dan memang benar dia belum memakai sabuk itu diapun langsung memakainya dengan menahan senyumnya. Lalu merekapun pergi dan menuju ke dataran tinggi untuk melihat pemandangan. Tempat yang disukai Dhea karena dia bisa melihat beberapa gedung-gedung tinggi dan pepohonan hijau disekitarnya.

to be countinued^^

First Love 💖 [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang