"Kambuh lagi?! Bukankah sudah saya bilang, jangan dekatkan dia dengan anjing! Kalian tahu, kan? Anjing memiliki banyak kuman!" ujar Shimaki kesal, ia menempelkan telepon genggam di telinganya sambil mendengus kesal. Orang itu sedang dipasangi alat pernapasan.
"Cepat hubungi Suzue-san dan Hiroto-san!" perawat yang berada di dekatnya langsung berlari menuju gagang telepon. Sementara Shimaki mengantarkan anak itu ke dalam ruang ICU, masa kritisnya memang sudah berlalu, namun pernapasannya semakin menurun.
"Tak ada jawaban! Ini nomor yang diberikan Ichishima-san beberapa waktu lalu!" ujar seorang perawat panik.
"Ck!" ia baru ingat orang tua Sawaki sudah berpisah beberapa bulan lalu, sementara kakaknya yang harusnya bisa dihubungi malah hilang kontak dengannya. Bagaimana ia akan mengabarkan keluarga mereka? Padahal kejadian ini telah terulang beberapa kali, dan tidak ada satupun yang dapat dihubungi lagi. Catat, LAGI.
"Sawaki.. Sawaki! Bisakah kau mendengarku?" panggil Shimaki dengan keringat bercucuran. Berkali-kali ia membuka mata namun dengan cepat menutup kembali. Sejenak ia kejang, sejenak pula ia tak bergerak. Ya Tuhan, selamatkan Sawaki!
-o0o-
"Are?!" ia terduduk kebingungan sembari melepas alat pernapasan yang masih melekat di wajahnya yang terhitung manis, sementara lelaki berjas dokter itu tertidur di sofa.
"Aku.. Kambuh lagi?" entah mengapa ia memegangi wajahnya keheranan, perempuan itu memakai baju ber-name tag Ichishima Sawakihime.
Kekagetannya membangunkan makhluk yang sedang tertidur di sofa. Uzumiya Shimaki namanya, ia langsung terduduk dan mengambil stetoskopnya dan langsung memeriksa Sawaki.
"Setidaknya, kalau kau memeriksa pasienmu, jangan seperti ini. Memalukan nama dokter saja!" protes Sawaki sembari mengacak kepala Shimaki.
"Di mana aku kambuh?" tanyanya dengan lesu, tak peduli dengan protes dari sahabatnya itu. Sudah seminggu ini ia harus bolak-balik rumah sakit dan harus beberapa kali menebus obat. Memang, ia bisa menitipkan obatnya pada Shimaki, tapi kesibukannya sebagai dokter membuat mereka hanya bertemu saat Sawaki masuk rumah sakit saja.
"Dengar, ya.. Kau ini punya dua pekerjaan! Pertama, pekerjaan utamamu adalah karyawan perkantoran yang benar-benar sibuk, karena itu, kau sering lupa meminum obatmu! Kedua, kau itu bekerja sambilan sebagai dokter hewan! Kau tahu, kan, jika kau punya alergi dengan binatang seperti itu? Sudah berapa kali kubilang untuk berhenti saja dari tempat itu! Ah, sudahlah.. Jangan dipikirkan." Shimaki berhenti mengoceh setelah melihat Sawaki mendelik seperti anak kecil sambil mengayunkan kakinya di atas ranjang besi itu, hingga membuat ranjang itu berdecit.
Shimaki berdiri menuju lemari es di ruang VIP, mengambilkan segelas air putih untuknya. Shimaki bersenandung kecil saat menuangkan air es, ia memasangkan headsetnya di telinga kiri sambil terus bersenandung lagu pop yang sedang naik daun.
"Ah.. Aku ingin terus berada di rumah sakit, susah sekali bertemu denganmu.." gumam Sawaki sambil menambah kecepatan ayunan kakinya. Ia memperhatikan Shimaki yang mendadak menoleh.
"Huh? Apa kau bilang?" tanyanya sambil melepaskan headsetnya dan menuangkan air es ke dalam gelas kedua.
BERSAMBUNG...
--------------
LANJUT?
Emm.. Anu(?) Jangan ragu buat ngoreksi kata-kata, typo atau bahasa saya yang salah.
Saya menerima kritik dan saran, asalkan memakai bahasa yang sopan.。◕‿◕。
Cerita tidak akan saya private, kecuali terbit secara resmi (aamiiin). Terima kasih banyak untuk kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita saya. Jangan lupa vote, comment dan follow saya, ya~~(*¯︶¯*)
-Jingga-
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Dokter Hewan
Short Story"Sawako, perempuan aneh. Dia dokter hewan yang alergi anjing. Padahal pasien di kliniknya sebagian besar adalah anjing. Setiap ditanya, mengapa ia--dengan bodohnya--tetap menjadi dokter hewan, dia selalu menjawab, 'karena aku suka hewan, hewan itu i...