7

26 0 0
                                    

Hallo~ maafin Jingga kalut. Jingga tau gak ada yang instan di bumi ini. Jadi tetap bertahan walaupun tau ini ceritanya ngebosenin.
ハップイーリヂングー~

---------------------------------

“Uetaro-san..” panggil Shimaki sambil menurunkan masker yang ada di hidungnya. Uetaro yang sedang duduk di kursi langsung berdiri menghampiri Shimaki.

“Sawako baik-baik saja, tapi bisakah kau ikut ke ruanganku sejenak? Ada yang perlu aku bicarakan.” Uetaro mengekor di balik Shimaki menuju ruangannya.

“Maaf, langsung saja. Sawako menderita asthmaticus, dia bisa gagal bernapas kapan saja. Dan mulai sekarang, ia harus dirawat inap untuk proses penyembuhan. Tolong hubungi kedua orang tua, ini karena ia terlalu sibuk dan sering lupa menebus obat. Ia sering pingsan, dalam catatan minggu lalu, terhitung hampir tiga kali pingsan dalam sehari. Mulai saat ini, saya minta keluarga Anda untuk sering berkumpul dengannya, ia menyibukkan diri untuk menahan rasa rindu kepada kalian semua.”

“Haaaah, aku tahu pasti inilah akhirnya.” lelaki yang kuat mental itu akhirnya meneteskan air matanya.

“Maaf, Maki-kun, selama ini aku hanyalah pengecut yang membiarkan adikku sendirian dalam penderitaannya. Aku ingin menjauh darinya agar aku takkan menangisi kepergiannya. Ah, bodohnya.. Harusnya aku bisa menjadi kakak yang bisa dikenangnya nanti.” ia memijat keningnya menyesal.

“Kau tak perlu mengatakan umurnya hanya sebentar lagi, karena mulai saat ini aku akan terus bersamanya! Agar ia tak menyesal mempunyai kakak yang berandalan sepertiku.”

Uetaro-san, akupun pengecut, dan aku sangat iri padamu.

-o0o-

Senja yang indah, Sawako belum diberitahu tentang penyakitnya walaupun gejala penyakitnya mulai terlihat. Uetaro kini terus bersama adiknya, mengajaknya bercanda, bahkan beberapa hari lalu Ibunya menjenguknya walaupun tak sempat bertemu dengan Uetaro yang kini bekerja sebagai koki di restoran.Sementara ayahnya hingga saat ini benar-benar tak ada kabar.
Sawako terpaksa berhenti dari semua pekerjaannya, setelah diyakinkan oleh Uetaro bahwa ia akan menjamin semua biaya yang Sawako perlukan.

Sebenarnya sangat banyak uang yang ditinggalkan oleh ayah mereka di ATM masing-masing, namun mereka tak mengambil kecuali dalam keadaan terdesak.

“Sawa.. Kau ingin aku menjadi apa?” tanya Uetaro setelah melingkari kalender dengan spidol merah, seperti yang diminta Sawako untuk menghitung sudah berapa lama ia berada di rumah sakit.

“Em, aku ingin kau menjadi lulusan sarjana S2. Kau kan S2 masih seperempat jalan. Kau menghilang, kan.. Sudah sekitar dua bulan. Aku pergi ke kampusmu namun tidak ada kabar.” cicitnya yang membuat hati kakaknya itu sakit.

“Kalau begitu, mulai besok aku akan kembali melanjutkan S2-ku!”

Suatu senja yang indah, ia berkesempatan untuk berjalan keluar menuju taman rumah sakit, Shimaki yang bertugas secara penuh dalam penyembuhan Sawako, mengantarkan Sawako menggunakan kursi roda. Sebenarnya ia masih bisa berjalan, tetapi ia harus menyentuh dinding karena harus menyeimbangkan kakinya yang telah lama tak digunakan. Mereka berjalan di taman menuju tempat kakaknya yang sedang membaca buku materi kuliahnya yang sangat tebal.

Nii-chan..”

“Hmm?” ujar kakaknya yang mengalihkan pandangan ke adiknya.

Nii-chan sudah bertemu dengan Ibu? Atau Ayah?” kakaknya itu mengalihkan pandangannya ke arah rerumputan yang menghias taman yang indah ini. Ia lalu menghela napas berat.

“Bagaimana, ya.. Setelah Ibu dan Ayah cerai, hak asuhku ada pada Ibu, tetapi aku pergi darinya untuk kuliah, kan? Aku sempat bertemu sekali saat Ibu berbelanja di toko tempatku bekerja sambilan. Ibu langsung kaget melihatku bekerja. Lalu aku berhenti dari tempat itu.. Dan tak pernah bertemu dengannya lagi,” Sawako dan Shimaki hanya mendengarkan.

“Bagaimana dengan Ayah?” tanya Sawako lagi.

“Ayah kah.. Hmm.. Aku tak bertemu dengannya lagi setelah perceraian itu..” Uetaro tak ingin mengingat hal itu lagi.

Nii-chan, jika kupanggil Ibu, maukah kau bertemu dengannya?” ia menatap ragu adiknya. Apa ibunya memaafkannya? Padahal ia telah meninggalkan ibunya sudah berbulan-bulan.

“Ah! Kuanggap diammu itu ‘iya’!” Sawako langsung mengambil handphone-nya lalu menelepon ibunya yang berada di Okinawa.

Moshi-moshi... Ibu? Ini aku, Sawako. Bu, aku masuk rumah sakit lagi.. Tapi jangan khawatir, anakmu ini mandiri, kok! Tidaaak.. Asmaku hanya kambuh. Hmm? Oh, ya? Maaf merepotkanmu selama ini, Bu..” klik. Ia menutup sambungan dan tersenyum jahil pada kakaknya.

Bersambung.

--------
Nii-chan=Kakak laki-laki
Moshi-moshi= halo (sapaan untuk telepon)

Aku, Dokter HewanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang