(2) Sebuah Perhatian

40 3 0
                                    


Purnama yang memperhatikan Rembulan dari kejauhan. Ia ikut berlari menghampiri gadis mungil itu ditepi lapangan yang sedang membungkukkan badan sepertinya gadis itu tengah muntah. Saat Purnama berdiri disamping Rembulan. Dengan sigap ia membantu gadis itu mangeluarkan isi perutnya dengan cara memijat bagian tengkuknya agar isi perutnya dikeluarkan. Tapi, bukannya makanan yang gadis itu muntahkan tapi melainkan cairan lambung.

Purnama hanya mengernyit melihat yang dimutahkan oleh gadis itu. Sepertinya gadis ini tidak sarapan pagi, jadi ia hanya memuntahkan cairan lambung saja. Saat sudah selesai memuntahkan isi perutnya. Rembulan menyeka bibirnya dari sisa cairan yang ia muntahkan. Dan sesekali meringis kesakitan sambil memegang kepalanya yang begitu terasa sakit.

"Sttttt." Rembulan meringis sambil memegang kepalanya yang begitu sakit seperti ditusuk-tusuk jarum. Purnama yang terlihat khawatir takut adik kelasnya itu pingsan. Purnama langsung menggendong gadis mungil itu ala bridal style.

Rembulan yang merasa badannya diangkat oleh seseorang dari samping. Membuat Rembulan terlonjak kaget dan mendonggakkan wajahnya dan tepat saat itu mata mereka beradu saling pandang. Tapi Purnama memutuskan kontak matanya dengan Rembulan.

Dan kini Purnama membawa Rembulan ke UKS, saat Purnama menggendong Rembulan ala bridal style sambil menuyusuri koridor dan menjadi pusat perhatian para murid yang sedang berlalu lalang. Dan itu membuat risih Rembulan dengan tatapan para murid yang tak suka dirinya digendong oleh Purnama selaku Ketua Osis berwajah tampan. Tapi entah mengapa disaat didekatnya membuat jantungnya tak sehat. "Ayolah Rembulan, dia terlalu tinggi buat lo gapai."

Tak terasa Rembulan dan Purnama sudah berada di UKS. Purnama membaringkan Rembulan diranjang UKS, Rembulan masih merasakan sakitnya yang tiba-tiba menyerang badannya.

"Lo belum sarapan."tanya Purnama sambil membuatkan teh hangat untuk Rembulan. Rembulan hanya mengangguk samar.

"Nih minum."Purnama memberikan teh hangat yang ia buat untuk Rembulan. Rembulan mengambil alih gelas yang diberikan kakak kelasnya itu dengan tangannya. Rembulan menyeruput teh hangat tersebut.

"Lo belum sarapan tadi pagi."tanyanya lagi kepada Rembulan. Rembulan hanya mengagguk samar.

"Pantes."

"Maksudnya kak."akhirnya Rembulan berbicara walaupun terdengar suaranya serak.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Rembulan. Purnama hanya menatap datar tanpa ekspresi dan berlalu begitu saja. Tapi dengan sigap Rembulan menyekal tangan kakak kelasnya itu.

Purnama yang sadar akan hal itu, hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Kakak mau kemana?"tanya Rembulan dengan tangan yang masih menyekal tangan kakak kelasnya itu.

Namun Purnama hanya memperhatikan wajah Rembulan yang begitu terlihat pucat dan tangannya begitu dingin. Merasakan diperhatikan seperti itu oleh kakak kelasnya. Rembulan melepaskan cekalannya.

"mmm ma-aaf kak."ucap Rembulan gugup dan merasa tidak enak telah menyekal tangan kakak kelasnya itu.

"Lo tunggu sebentar disini."perintah Purnama. Lalu laki-laki itu pergi meninggalkan Rembulan sendirian di UKS.

Rembulan hanya menghembuskan napas berat dan ia mencoba memejamkan matanya. Agar rasa pusing dikepalanya berkurang.

Lima belas menit Rembulan memenjamkan matanya. Suara pintu terdengar dan derap langkah seseorang, sepertinya menuju ke Ranjang yang ditempati olehnya. Rembulan yang merasakan akan hal itu, mengerejapkan matanya perlahan, dan saat itu Rembulan memdapati pria tampan yang membawanya tadi ke UKS.

Rembulan&PurnamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang