Lelaki 👨

1.5K 106 2
                                    

Makhluk yang dianggap paling kuat tetapi sebenarnya hanya fisik. Sementara hati dan nurani, mereka kalah kuat dengan perempuan yang biasa disebut sebagai perhiasan dunia. Dia-lah seorang lelaki yang masih sering salah dalam bertingkah.

Berjalan diusia emas mengenal cinta membuat para remaja seakan paham betul tentang cinta. Padahal kebanyakan dari mereka salah mengartikannya. Tak pandai menilai cinta tetapi berlagak seperti ahli cinta.

Begitulah kisah seorang Salsa. Gadis lugu yang baru saja mengenal kata cinta tetapi tidak dengan maknanya. Mengenal seorang lelaki yang tak sebaya, meski selang hanya satu tahun saja.

Ardhiantara, Kakak kelas super populer yang sedang naik daun. Tubuh tinggi tegap, bak prajurit militer, lesung pipi yang jarang dimiliki manusia sejenisnya, kulit putih khas pria Jawa. Kharismanya yang luar biasa dan senyumnya yang selalu teduh. Siapapun perempuan pasti terpikat padanya.

Tak terkecuali Salsa. Gadis yang tadinya tak percaya cinta sekarang justru sangat mendambanya. Dia yang tak pernah memikirkan apa itu cinta sekarang setiap detik adalah kata cinta.

Kali pertama dia menilai cinta adalah Ardhiantara. Tegasnya, cinta adalah Ardhiantara. Jelasnya, cinta adalah Ardhiantara. Dia bahkan lupa pada cinta yang sebelumnya selalu dia pegang. Cinta tanah airnya.

Suatu ketika pendaftaran pengurus OSIS dibuka. Dengan naif-nya Salsa mendaftarkan diri pada sebuah organisasi berdasar undang-undang yang biasa ada di SMA ataupun SMP. Dia bahkan tak mengenal apa itu OSIS, dia tahu di SMP ada OSIS, tetapi seluk beluknya dia lebih banyak acuh. Hanya karena cinta dia terjun ke dalam jurang yang tak dia kenali medannya.

Semua proses perekrutan pengurus OSIS telah dia lakukan berjalan lancar meski sedikit ada kendala yang tak berarti. Karena tes yang dilakukan hanya sebatas kebangsaan dan cinta tanah air, itu tidak berarti sangat berat bagi Salsa.

Sekarang dia adalah bagian dari OSIS di sekolahnya. SMA NEGERI 1 Surakarta. Sekolah yang paling bergengsi se-Solo Raya. Menjadi bagian dari banyak kegiatan siswa yang terlaksana.

Hari-hari pertama tak ada kendala, hanya lelah fisik yang belum terbiasa bekerja lebih keras dari biasanya. Berikutnya pun sama, hanya lelah karena sibuk berlatih upacara, rapat harian dan sebagainya. Semua masih kondusif.

Berubah ketika Pemmbina OSIS mengumumkan sebuah pelatihan dasar kepemimpinan di pertengahan masa bhakti, bukan waktu yang tepat. Semua pengurus wajib mengikuti kegiatan tersebut, tak ada yang bisa mengajukan alasan untuk menghindar.

Salsa bukan tak mau, dia hanya tak yakin dengan fisiknya. Mungkinkah kuat menjalani pelatihan itu, sementara pulang sore beberapa hari saja sudah sangat menyiksa. Tubuhnya rentan macam sudah menua.

Tapi Salsa berulang kali terlalu naif. Dia tetap ikut atas dasar pengorbanan cinta. Hanya untuk dekat dengan Ardhiantara, hanya untuk bisa saling menyapa dengan Ardhiantara. Sejauh ini cara Salsa cukup menuai hasil yang positif.

"Pagi, Sa" sapa Ardhiantara yang baru saja masuk ke dalam ruang OSIS. Dengan peluh di pelipis dahinya, rambut cepak dan senyumnya yang manis.

"Sudah siang, Kak" tegur Salsa membenarkan kalimat sapaan dari Ardhiantara. "Matahari sudah di tengah, adzan dhuhur juga sudah berkumandang tiga puluh menit yang lalu. Menurut pembagian waktu..."

"Oke cukup, Sa! Hanya mengetes daya fokusmu saja" belanya sedikit tertawa.

Salsa hanya menyunggingkan senyum tipis dan tersipu malu tanpa sebab.

Jatuh cinta memang membuat banyak hal terjadi tanpa alasan yang tepat. Semacam senyum yang mengembang tanpa sebab saat melihat dia berlalu di hadapanmu.

Kisah KlasikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang