Di kaki gunung yang permai, berdirilah sebuah desa yang bernama Desa Sukasesama. Desa tersebut begitu subur dan makmur. Para penduduknya setiap hari senantiasa bercocok tanam dengan damai dan tenteram.
Syahdan, di desa itu, hiduplah seorang kepala desa yang sangat dicintai rakyatnya.
Kepala desa itu masih muda untuk ukuran seseorang yang menjabat sebagai kepala desa. Tidak terlalu tampan, tidak juga terlalu jelek. Wajahnya empuk seperti mochi Sukabumi yang habis diemut bayi. Sebegitu dicintainya, sehingga apapun ucapan dan petuah luhur yang keluar dari mulutnya, senantiasa ditaati oleh seluruh rakyat.
Pada suatu hari, di bulan Suro, kewibawaan kepala desa itu sedang diuji oleh Yang Maha Kuasa.
Pak Jaehwan, sang kepala desa, menaruh hati pada seorang guru ngaji yang baru saja pindah ke desa itu.
* * *
"Pak, blangko ekatepe yang baru apa udah dikirim dari kecamatan?"
Pak Jaehwan berhenti menulis. Matanya tertuju pada seseorang yang tiba-tiba udah masuk ke ruang kerjanya. Bu sekdes.
"Belum itu bu." Jawab bapak kades. "Bukannya semua warga sudah ngurus secara rombongan bulan kemarin ya? Arahan saya kan begitu.."
"Ini cuma satu orang pak, baru mau ngurus."
"Siapa?"
"Mas Sungwoon, yang rumahnya sebelah mesjid."
Sungwoon siapa ya.
"Sung-woon? Yang deket mesjid?" Bapak kades yang terhormat berusaha berpikir keras.
"Guru ngaji itu lho pak, yang baru pindah minggu kemarin."
Oh.
"Denger-denger dia janda pak."
ACHOOO
Si bapak bersin.
Pak Jaehwan memang begini.
Kalau denger kata 'janda', pertahanannya jadi goyah.
* * *
"Allaahumma baa'id bainii wabaina khathaayaaya–"
Sayup-sayup terdengar suara lantunan bacaan sholat dari dalam mesjid.
Sore ini, suasana jalanan desa begitu tenang. Para warga sudah kembali ke rumah masing-masing, usai seharian bekerja, sekolah, maupun bercocok tanam. Kecuali bagi beberapa generasi tunas kelapa yang belajar mengaji di mesjid Al Subur. Karena sesuai anjuran bapak Kim Jaehwan, untuk mewujudkan Desa Sukasesama menjadi Desa Santun, Agamis, dan Berbudaya, maka diwajibkan bagi para orang tua agar mengirim anak-anaknya ke mesjid setiap sore dalam tiga kali seminggu untuk belajar mengaji dan ilmu agama.
Puji syukur ke hadirat Gusti, sejak minggu lalu, mesjid Al Subur memiliki guru ngaji baru, sebagai pengganti guru ngaji sebelumnya yang pindah ke kota karena harus mengikuti suami setelah menikah.
Guru yang baru ini bernama bapak Sungwoon.
Atau Mas Sungwoon; kasian banget wajah masih bau popok gitu dipanggil bapak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apsara [Wanna One]
Short StoryDia bilang, di balik wajah awan, ada dewa-dewa yang sibuk dengan ponselnya masing-masing; sembari sesekali, tersenyum geli. [One Shot-Two Shot Compilation/All Wanna One Pairs/Wanna One Fiction] Cover Photo © Cereal Magazine