yang disembunyikan

82 11 2
                                    


   Sampai dirumah Hudan langsung merebahkan tubuhnya disofa, bibirnya mengukir senyum mengingat boncengan pertamanya dengan Reyna.
Gadis itu tidak terlihat jutek seperti biasanya bahkan wajahnya begitu hangat apalagi ia bisa mendengar samar suara Reyna melengking berteriak membalas panggilannya.
Sial. Jantungnya berdetak melebihi ritme normal.
Hudan menghembuskan nafasnya berat lalu memejamkan mata untuk melegakan tubuhnya yang sedikit lelah.

"Hudan- kamu udah minum obat dari mamah?"
Hudan menoleh sambil memcingkan mata. Seorang wanita setengah baya dengan rambut sebahu terurai kini sudah berada didepannya .
Sambil membawa segelas susu coklat hangat wanita yang tak lain adalah Hana-Ibunya itu meletakan susu coklat diatas meja.

"Belum bun!" Jawab Hudan seadanya. Hana menarik nafas berat "kenapa?"

"Cape!"

"Kamu harus minum dan-" Ujar Hana lembut.

"Nggak wajib kan Hudan harus minum obat yang bunda kasih- lagipula apa salahnya sih? Hudan sehat!" Balas Hudan dengan nada membentak. Hudan langsung beranjak mengambil tasnya lalu pergi melangkah ke kamar. Sementara Hana diam-
Jika saja Hudan tau apa yang dibicarakannya salah besar. Tentang obat yang ia beri sebenarnya bukan obat biasa. Bukan hanya vitamin seperti yang ia katakan.
Hana juga tidak mengerti bagaimana memulai sesuatu yang jujur seiring dengan Hudan yang mulai curiga.

- - -

Terkikis oleh WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang