14. Manasik

1.5K 199 31
                                    

Serial HAMASSAAD season 4 – 14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Serial HAMASSAAD season 4 – 14. Manasik

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 9 November

-::-

Ahad kali ini Hamas dan Saad mendapat jadwal untuk menghadiri manasik atas ibadah umrah yang akan mereka tunaikan bulan depan. Hamas, seperti biasa, menginap di kontrakan Saad dengan dalih agar tidak kesiangan keesokan harinya.

Jadi, dengan mengenakan gamis pemberian Hanun, Hamas dan Saad sudah tiba di lokasi manasik tepat pada waktunya. Jam delapan bertempat di satu masjid besar di bilangan Jakarta Selatan, bersama sekitar dua puluh delapan orang lainnya yang juga satu rombongan bersama mereka, Hamas dan Saad duduk mendengarkan pengarahan dari pengurus perjalanan umrah.

Biro perjalanan umrah yang dipakai oleh keluarga Hamas, termasuk kalangan bergengsi dan berkelas. Satu rombongan hanya ada tiga puluh orang. Dan pesawat mereka menggunakan kelas bisnis.

Saad membaca baik-baik seluruh daftar yang tertera di kertas yang kini ia pegang.

"Jadi nanti jam satu siang, setelah shalat Zuhur berjamaah, kita masuk ke boarding room. Koper-koper bapak dan ibu semua akan diurus oleh kami. Nanti diberi tanda saja agar gampang diambil ketika tiba di hotel," jelas pembicara di bagian depan.

Hamas menyikut Saad, "Ini kita lapan jam di pesawat?" bisiknya.

Saad membaca lagi tulisan-tulisan dalam kertas sebelum akhirnya mengangguk. Pesawat Garuda Indonesia yang mereka akan tumpangi memang memiliki penerbangan langsung menuju Bandara Prince Mohammad Bin Adul Aziz di Madinah.

"Iya, ini kan direct, Mas, katanya," Saad bicara sembari merujuk pada kertas miliknya. "Alhamdulillaah ngga transit."

Hamas manggut-manggut, lalu kembali menyimak perkataan orang di depan.

Sementara Saad, lisannya terus menerus mengucapkan zikir setiap kali matanya merunduk, menatap huruf-huruf. Terutama ketika membaca kalimat memperbanyak ibadah di Masjid Nabawi atau Masjidil Haram.

Rasa rindunya menguak lebar.

Dulu, dia masih baru hendak menjejak kelas 3 SMU ketika Ayah mengajaknya umrah. Hanya berdua. Setahun setelah ayah dan ibu menunaikan ibadah haji bersama-sama. Jadi begitu kesempatan ini datang lagi, Saad rasanya senang bukan kepalang.

"Om Haris bilang apa, Mas, lo ngajak-ngajak gue umrah?" tanya Saad pelan. Matanya masih terfokus pada kalimat memperbanyak ibadah.

"Kaget lah," jawab Hamas, "kayaknya Papi mikir gue kesambet, tetiba mau umrah. Tapi terus oke aja sik pas gue nyebut nama elu. Khan maen dah ah."

Maksudnya, bukan main senangnya hati Hamas begitu Papi mengiyakan permintaannya.

"Salam buat Om Haris ya, Mas. Bilang, makasih banyak..."

[✓] HAMASSAAD MahabbatullaahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang