Bagian 1

168 4 0
                                    

"Aku harus memulainya dari awal kembali, bukan?"

Jalanan di sini sungguh tampak berbeda dengan yang ada di kotaku. Jangankan jalanannya, pakaian yang dikenakan oleh orang-orang yang berlalu lalang juga menunjukkan sebuah perbedaan yang aku sendiri merasa terasingkan untuk berdiri ditengah-tengahnya. Barangkali semua itu akan terasa akrab disaat diri ini mulai menyadari bahwa aku sudah dewasa. Sudah sangat pantas untuk mengerti dengan apa yang membuat kita tumbuh. Bercengkrama dengan teman-teman lama. Bahkan sekedar mengucapkan salam. "Hai!" Mengenakan setelan baju yang membosankan setiap harinya. Merasa diri ini sudah melakukan hal-hal besar dengan memandang anak-anak kecil yang pergi sekolah sebagai sesuatu yang langka. Memperhatikan cara berjalan, berdandan, berbicara, bertegur-sapa, dan beberapa hal yang membuat kita sibuk sebagai orang dewasa. Ah, aku berharap kalian yang bercengkrama bisa merasakan apa yang aku rasakan.

Sungguh takut diri ini setiap kali membayangkan hal-hal yang akan terjadi nantinya. Barangkali aku ini superhero yang ternyata kehilangan kekuatan dan menunggu untuk dibangkitkan kembali. Dengan sebuah jubah aneh dengan beberapa bordiran di bagian lehernya, tubuhku akan bisa melayang. Menyelamatkan seorang gadis cantik yang terperangkap di dalam sebuah menara katedral. Ia tengah disandra oleh seorang penjahat sadis. Penjahat itu tentu saja buruk rupa. Tak sebanding dengan perawakanku yang rupawan. Setiap gadis yang memandangnya akan tergila-gila karenanya.

Dengan sedikit gerakan heroik, aku bisa mengalahkan sang penjahat dan mendapatkan ciuman perpisahan sari sang gadis. Kisah cintaku sungguh mempesona. Masa depan yang diidamkan oleh setiap makhluk yang bernyawa dan mempunyai hasrat untuk menggoda.

Jangankan menjadi seorang superhero, barangkali aku akan menjadi seorang mata-mata. Dengan berbagai kemisteriusannya akan sangat mudah untuk membuat seorang wanita jatuh hati. Setelan jas yang rapi setiap hari lengkap dengan dasi merah bergaris-garis. Tentu saja dasi itu berganti setiap hari meskipun dengan corak yang sama. Merah bergaris hitam. Saat aku mengawal sorang presiden, tiba-tiba saja seorang teroris yang ingin melakukan pengeboman terhadap sang pria nomor satu. Sebuah bom ia jatuhkan dengan lemparan yang cukup gesit yang membuatku cukup sulit untuk menangkapnnya. Hap! Bom itu langsung ada ditangan kananku. Kucoba menggenggamnya seerat mungkin. Tapi, bom itu akan segera meledak. Astaga. Tanpa pikir panjang, langsung saja bom itu aku telan. Kebetulan ukurannya cukup kecil. Seukuran donat sehingga cocok untuk dilahap sekali telan. Seorang mata-mata wanita melihat hal tersebut. Kalian tahu, dia sangat tersentuh akan hal itu. Air matanya mengalir perlahan. Kemudian ditiup oleh angin yang datangnya entah dari mana. Air mata hangat itu mengenai pipiku. Ah, aku tersenyum bahagia karenanya. Karena aku mati dengan membuat seorang wanita mengenang diriku yang bearti.

Eh, tunggu. Gadis tersebut mengeluarkan sebuah tongkat. Tiba-tiba saja ia mengenakan sebuah topi lancip.

"Aku adalah penyihir penjagamu," kata gadis itu dengan yakin. Tongkat ia acungkan padaku.

"Apa?" tanyaku heran.

"Sebenarnya aku adalah seorang penyihir yang dikirim untuk melindungimu. Dan selama itu pula aku sudah mencintaimu."

"Apa?" aku bertanya lagi meskipun tanpa jawaban.

"Sebagai seorang penyihir penjaga, aku akan memindahkan bom yang ada di dalam tubuhmu ke dalam tubuhku. Supaya kau bisa hidup bahagia. Biarlah diriku yang pergi dan meninggalkanmu dengan semua kebahagiaan ini."

Ingin rasanya aku bertanya tentang apa yang terjadi. Semua ini tidak seperti yang aku pikirkan. Jauh berbeda dengan kisah hidup yang romantis dan menginspirasi setiap orang yang membacanya. "Siapa, kau?"

"Aku adalah penyihir. Penyihir yang mencintaimu selama ini," ia meneteskan air mata. "Abrakadabra!"

Tiba-tiba bom yang baru saja aku telan sudah berada di tangan wanita yang mengaku menjadi penyihir tadi. Ia mengumbar sebuah senyum kepuasan. Kepuasan telah menyelamatkan diriku barangkali.

I'll BeWhere stories live. Discover now