Bagian 2

39 1 0
                                    


Siang hari ini sungguh menyengat.

Musim panas di Bangkok akan lebih menyengat dari pada di Jakarta. Meskipun negara yang sama-sama beriklim tropis dan memiliki waktu yang sama dengan Jakarta, Ambon, dan beberapa daerah di Indonesia, tapi udara panasnya sungguh berbeda. Dan itu semua harus diterima oleh kulitku yang tengah menunggu antrian memasuki kereta layang atau yang biasa disebut BTS Sky Train oleh orang Thailand.

"Lebih baik kita naik Bus Kota saja," gerutu Sandi sejak tadi.

"Hidup itu harus selalu mencoba."

"Mencoba berdesak-desakan."

Aku hanya tersenyum menanggapi kilahnya Sandi.

Saat ini aku akan pergi ke Bandara Suvarnabhumi yang ada di distrik Bang Phli dengan ditemani Sandi. Untuk pergi ke sana ada beberapa cara yang bisa kita ambil. Bisa dengan naik Bus Express yang bisa langsung mengantarkan kita kesana. Dengan biaya yang lumayan mahal, sekitar 150 Baht, maka kita bisa langsung sampai. Untuk yang lebih murah, bisa dengan naik Bus Kota. Tentu dengan usaha yang lebih. Tapi biayanya cukup terjangkau. Tarif layanannya rata-rata 35 Baht. Atau pun naik taksi yang tidak ingin kerepotan.

Tapi, kami sedang mencoba naik SARL. Aku bermohon-mohon kepada Sandi yang menemaniku untuk naik SARL. Ini merupakan metode baru yang sedang dikembangkan oleh pihak bandara yang semakin memanjakan para calon penumpangnya. Bentuknya seperti kereta cepat dan tentu saja lebih efisien. Ia bisa memangkas waktu perjalanan kita separoh perjalanan. Tapi, untuk menjangkau tempat kami, harus naik BTS Sky Train terlebih dahulu. Meskipun sedikit repot, tapi lumayan mencoba sesuatu yang baru sebelum pulang ke rumah. Karena waktu dan jarak yang ditempuh semakin jauh, maka Sandi menyarankan kami untuk naik bus kota. Tapi, rasa penasaranku yang membeludak mengharuskan Sandi mengikuti saranku.

Setelah menaiki kereta layang dan SARL, akhirnya kami tiba juga di Bandara Suvarnabhumi. Jarak yang kami tembuh sekitar tiga puluh meter ke barat kota Bangkok. Tidak terlalu jauh dan terasa tanggung untuk bermimpi di atas kereta.

Satu hal yang akan kalian lakukan saat tiba di Bandara Internasional Suvarnabhumi. Adalah terkagum-tagum.

"Bisa tidak kamu jalannya biasa saja. Malu dilihat sama banyak orang!" lagi-lagi Sandi memperingatkanku.

"Arsitekturnya luar biasa sekali, ya."

"Memangnya kamu tiba di Thailand turun dari langit? Kan sudah melihat bandara ini sebelumnya, kan?"

"Karena aku masih saja takjub dengan setiap sudutnya," pandanganku kembali menyusuri setiap sudut bandara ini.

"Karena ini proyek besarnya pemerintah Thailand, jadi tidak di buat tanggung-tanggung. Bandara Suvarnabhumi ini menggantikan pendahulunya yaitu Bandara Internasional Dong Muang."

"Lanjut!"

"Tolong gajinya di transfer saja ke rekening aku, ya. Karena sudah menjadi pemandu wisata kamu di Thailand."

"Jangan khawatir," kujawab saja asal-asalan.

Melihat bandara ini, yang terlihat adalah struktur dan imaji modernitas. Gaya dan arsiteknya modern. Warna metalik adalah mayoritas, dengan kerangka dan penyangga terlihat terbuka. Namun warna siluet biru menghias kerangka logam itu dan nyalanya membuat pendar-pendar indah. Kaca adalah struktur utama yang sangat berperan dalam menunjukkan gaya arsitektur ini. Kerangka penyangga tampak kokoh memamerkan kekuatannya dan ini memang sengaja ditunjukkan oleh perancangnya. Selain itu, struktur dan siluet melengkung, pola atap memang seperti bongkah telur yang banyak, dan ini adalah mayoritas. Untuk mengimbangi modernitasnya, bandara ini menambahkan instalasi seni yang bergaya Thailand seperti di area keberangkatan yang akan segera terlihat segera setelah melewati imigrasi, juga patung besar di area kedatangan.

I'll BeWhere stories live. Discover now