Kota Lahir

418 5 0
                                    

Hari minggu, hari yang ditunggu-tunggu anak sekolah. Di keluargaku hari minggu bisa disebut hari keluarga soalnya kita bisa berkumpul lengkap. Selain itu, kedua orang tuaku selalu memberikan evaluasi buat anak-anaknya tentang kegiatan yang telah dilakukan seminggu. Oh iya lupa kita belum kenalan, namaku Varisha Ayudia Putri. Panjang juga yaa, biar lebih akrab keluarga dan teman-teman biasa panggil aku Icha. Saat ini aku siswi kelas XII SMA Harapan Bangsa, aku punya seorang adik laki-laki namanya Ferdian Mahesa Putra biasa dipanggil Ian, dia kelas VIII SMP. Orang tua kami bukan orang kaya tetapi berkecukupan, bapak merupakan pengarajin ukir yang bisa menerima pesanan sedangkan ibu mengajar seni tari untuk ekstrakurikuler anak Taman Kanak-kanak. Aku juga punya dua sahabat yang baik banget sama aku, yaitu Nara dan Callist.

Lahir dan besar di kota Jepara membuat saya punya pandangan sendiri terhadap kota ini. Dari tahun ke tahun penduduknya semakin bertambah sehingga kota ini semakin ramai. Aku bangga bisa lahir dan besar di kota yang sama dengan pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini. Saat aku masih SD, aku mengenal kota kelahiranku sebagai kota ukir. Namun, sekarang sudah banyak berubah, Jepara yang sekarang lebih ramai dan sentra ukiran sudah tidak seramai dulu. Itu sih yang membuat aku sedih, bagaimana nasib ditengah lesunya kondisi usaha furniture. Menurut wacana pemerintah daerah lebih akan memajukan pariwisata di Jepara karena kota ini banyak memiliki pantai yang indah dan tentunya pulau Karimunjawa yang sudah terkenal hingga mancanegara. Bukannya aku tidak setuju dengan rencana pemerintah daerah, tetapi seharusnya saat bidang pariwisata diperbaiki bidang industri lain jangan diabaikan karena jika tidak ada upaya dari pemerintah daerah usaha kerajinan ukir di Jepara juga bisa mati. Padahal itu kan jati diri kota ini.

Sebenarnya masih ada beberapa hal yang menjadi PR di kota Jepara yang harus diselesaikan selain industri kerajinan ukir dan pariwisata. Sarana dan prasarana umum juga harus terus dilengkapi seperti fasilitas pendidikan, lalu lintas, dan kesehatan. Aku memang tidak tinggal di pusat kota Jepara, melainkan di pinggir kota. Walaupun begitu banyak anak sesusia adikku atau mungkin masih SD sudah diizinkan orang tuanya mengendarai motor dengan alasan jarak tempuh sekolah jauh. Kadang hal seperti itu yang memicu terjadinya kecelakaan di jalan karena anak-anak belum paham resiko berkendara yang aman.

"Icha, Ian sini Nak ke meja makan kita sarapan dulu" Panggilan ibu membuyarkan lamunanku di kamar. Sehabis menyapu halaman dan membantu ibu memasak aku balik lagi ke kamar karena belum ingin segera mandi.

"Iya Bu, sebentar" aku menyahut panggilan ibu dan bersiap menuju meja makan. Saat aku duduk sudah ada Bapak, Ibu, dan Ian disana.

"Cha kamu sudah mandi belum?" tanya Bapak.

"Belum Pak" Jawabku ragu.

"Kamu itu bagaimana sih Cha, kamu itu sudah gadis lho gak baik mandi siang-siang" Ibu menambahkan.

"I-iya Bu, kan sekarang hari minggu jadi boleh yaa?" kataku memohon.

"Tanya aja itu sama Bapakmu" kata ibu.

"Ya sudah sekarang Icha dan Ian sarapan terus mandi, setelah itu bapak ingin kita semua berkumpul di ruang tengah" jawab Bapak.

" Tapi pak aku ada janji main layang-layang sama Teguh" sela Ian.

"Janji main layang-layang jam berapa yan?" tanya Bapak lagi.

"Jam sepuluh" sambil menatap jam dinding sebelah meja makan.

"Nanti kita kumpulnya sebentar saja, makanya kita sekarang segera makan dan setelah itu kalian mandi biar waktunya cukup" jelas Bapak.

"Siap Pak" jawab Ian.

Setelah itu kita menyelesaikan sarapan pagi bersama. Walaupun menu sarapannya sederhana, yaitu nasi goreng dan telur dadar tapi kebersamaan keluarga seperti ini yang menjadi kemewahan yang tidak dapat dinilai dengan rupiah.

Sesuai dengan kesepakatan setelah mandi aku dan Ian menyusul Bapak dan Ibu yang sudah duduk di ruang tengah.

"Sini Nak! kalian sudah selesai mandinya?" tanya Ibu.

"Sudah, Bu" Jawabku sambil memosisikan diri duduk di kursi depan Bapak dan Ibu.

"Ian, bagaimana sekolahmu? Apakah ada kesulitan atau mau cerita apa Nak?" tanya bapak.

"Seminggu ini sih sekolah Ian baik-baik aja, ian harus latihan Lomba Baris-Berbaris tingkat kabupaten dalam rangka hari jadi kota Jepara pak" jelas Ian.

"Kamu jangan sampai kelelahan dan sakit ya Ian, jangan lupa sama kewajiban kamu yang lain yaitu belajar" ibu menasehati.

"Sebenarnya Pak, Bu, dan kak Icha, Ian kemarin rabu dihukum sama bu guru IPA soalnya Ian gak ngerjain tugas. Tapi beneran Ian lupa kalau ada tugas, karena kacapekan Ian mengecek tugasnya kurang teliti jadi terlewat gak dikerjain deh" sesal Ian.

"Kok bisa sih Ian, terus kamu dihukum apa?" tanyaku prihatin.

"Suruh ngerjakan soal essay nya dua nomor untung bu guru kasih waktu buat Ian merumuskan jawabannya dulu dan pas dibawa maju ke depan jawaban Ian benar" jawab Ian bangga.

"Bu guru berpesan Ian gak boleh ngulangi lagi nanti nilai tugas Ian kosong atau kalau tidak Ian bakal ditambahi tugas lebih banyak" jelas Ian dengan raut muka sedih.

"Ian besok lagi kalau ada tugas kamu tulis jadi satu dibuku catatan khsusus atau kamu buat sticky note kaya kakak" kataku memberi solusi.

"Iiih apaan sih kak, emang aku perempuan apa yang harus pakai kerta warna-warni di tempel di dinding gak mau ah" jawab Ian kesal.

"Eh benar kata kakak kamu Ian, dari pada kamu lupa kamu harus catat tugas kamu di buku catatan khusus kalau gak mau buat tempel-tempelan itu" jawab Bapak menengahi.

"Iya Pak, Siap" Jawab Ian sambil memperagakan siap ala pak polisi.

Seketika itu terdengar dari luar suara anak memanggil Ian

"Assalamu'alaikum, Ian" panggil teman Ian.

"Waalaikumsalam" jawab kami serempak.

"Ian itu sepertinya ada temen kamu main, sana dibukakan pintu" perintah Ibu.

"Ibu, Bapak, dan Kak Icha, itu teguh mau jemput Ian untuk pergi main layang-layang di lapangan. Jadi, Ian sekalian mau pamit" Jelas Ian.

"Ya, sudah hati-hati ya mainnya jangan jauh-jauh" jawab Bapak.

"Ian ingatnya jam makan siang sudah harus pulang" pesan Ibu.

"Siap Bu, Pak Ian berangkat dulu yaa, Assalamu'alailkum" pamit Ian.

"Waalaikumsalam" jawab kami serempak.

Sepeninggalan Ian aku menjadi bertambah gugup kira-kira apa yang akan dibicarakan Bapak dan Ibu kepadaku.

Terima kasih sudah membaca ceritaku, See you next part :)

Cerita Cinta Masa SMA VarishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang