SATU HARI KENANGAN

381 1 0
                                    

Setiap masa pasti memiliki kisah masing-masing. Semua masa indah, tetapi banyak yang meyakini masa putih abu-abu merupakan masa paling indah. Sebelum perpisahan yang sesungguhnya terjadi Icha, Nara, dan Callist meluangkan waktu untuk throwback terhadap hal-hal yang sudah dilalui bersama. Lusa mereka akan melaksanakan acara perpisahan dan pengumuman kelulusan di sekolah, besok pagi kelas XII terjadwal gladi bersih. Hari ini Icha dan Nara bermain ke rumah Callist yang akan pindah ke Bandung setelah pengumuman nanti.

"Call kamar kamu rapi banget yaa" puji Nara.

"Gak juga sih sebenarnya karena barang-barang aku udah di packing aja makanya rapi hahaha" jawab Callist.

"Call sedih banget deh kamu pindah ke Bandung, kamu gak bakal balik kesini lagi yaa" kata Icha sedih.

"Cha kan aku juga asli sana, rumahku juga disana, disini kan karena ikut tugas ayah aja. Ayahku masih stay disini dua tahun lagi kok" jelas Callist.

"Berarti ibu dan ayahmu masih bolak-balik Jepara-Bandung Call?" tanya Nara.

"Iya kan kontrak kerjanya ayah lima tahun, terus bertepatan aku masuk SMP ya udah aku diajak pindah. Sebenarnya aku dulu gak mau pindah soalnya aku kira bakal hidup di pelosok desa hahaha" jawab Callist.

"Emang dasar nih bocah parnoan yaa" kata Nara sambil tertawa.

"Tapi senang kan pernah tinggal di kota ini?" tanya Icha.

"Seneng dong, seneng banget. Sampai-sampai dapat cowok orang sini juga hahaha" jawab Callist.

"Yee Callist, itu sih kamunya aja hahaha" kata Nara.

"Berarti kontrak kerja ayahmu udah habis, tapi kok masih tinggal di sini dua tahun?" tanya Icha.

"Iya udah habis pas kita kelas XI kemudian ayah gak mau kalau langsung balik ke Bandung sekalian aja pas aku kuliah gitu katanya. Terus sama perusahaan yang pusat permintaan ayah buat nambah kontrak tiga tahun disetujui. Mungkin ayah dan ibu juga udah nyaman tinggal disini" jelas Callist.

"Call kak Sat kan orang sini, berarti kalau kalian nikah ya sama aja kamu balik kesini" kata Nara.

"Iya sih tapi kak Sat mau aku prospek di Bandung aja kalau dia beneran nikah sama aku soalnya aku anak tunggal jadi ya harus tinggal disana, lagian kak Sat kan bukan anak tunggal heheheh" jawab Callist.

"Ceileeehh udah mikir jauh ke depan ya Call" goda Icha.

"Iya dong, kan semua butuh persiapan yang matang" kata Callist sok bijak.

"Gak cocok kamu Call jadi sok bijak begitu, aneh hahaha" jawab Nara.

"Gak kerasa ya kayaknya baru kemarin aku dan Icha duduk sebangku dikelas X eh sekarang udah kelas XII aja" kenang Callist.

"Bukan Cuma kelas XII, lusa juga kita udah perpisahan, makin sedih kalau diingat" tambah Nara.

"Iya cepet banget ya rasanya tiga tahun, sebenarnya aku mau cerita sesuatu" kata Icha yang terpotong karena tiba-tiba ada yang ketuk pintu kamar Callist.

"tok tok tok tok" suara pintu diketuk dari luar.

"Eh ada yang ketuk pintu, coba aku buka dulu yaa" kata Callist.

Icha dan Nara hanya memberi aggukan tanda setuju. Beberapa saat kemudian Callist datang membawa tiga gelas jus jambu sama cemilan.

"Gak usah repot-repot Call" kata Icha sungkan.

"Yeay siapa juga yang mau direpotin kalian, orang ini yang buat ibuku aku cuma membantu membantu membawa kesini aja hahaha" jawab Callist.

"BTW makasih Call, emang haus aku. Senang deh sama tuan rumah yang pengertian gini sama tamu" kata Nara.

"Sama-sama, kalian telat sadar sih kalau sebenarnya aku orangnya pengertian baget" kata Callist percaya diri.

"Bukan kamu tapi ibu kamu yang pengertian" kata Nara dan diikuti tawa dari Icha.

"Nara gitu deh gak suka banget lihat aku bahagia, iya in aja sih biar cepet" protes Callist.

"Males" jawab Nara bercanda.

"Ya udah yuk minum dulu" ajak Callist.

Setelah mereka bertiga minum, perbincangan berlanjut lagi.

"Cha tadi mau bicara apa?" tanya Nara.

"Oh itu, tapi kalian janji gak boleh marah yaa" kata Icha takut-takut.

"Tergantung situasi dong, aku gak janji" jawab Callist.

"Ya udah gak usah cerita aja" jawab Icha.

"Iya ya janji gak akan marah" kata Callist.

"Sebenarnya aku mau melakukan pengakuan dosa" kata Icha.

"Dosa apaan?" tanya Nara penasaran.

"Dulu kan Callist sering bilang untuk tidak memberikan kontak dia ke orang tanpa seijin dia karena males digangguin orang-orang gak jelas. Terus yang ngasih kontak Callist ke kak Sat sebenarnya aku, tapi aku minta kak Sat untuk jaga rahasia gak boleh bilang ke siapa pun karena kalau bilang pasti Callist marah banget sama aku. Call aku minta maaf banget yaa baru cerita sekarang. Kamu gak digangguin kan sama kak Sat itu salah aku Call. Maafin aku Call" jelas Icha sambil memohon.

"Aku marah Cha pada waktu itu, soalnya dia suka Chat terus padahal udah aku abaikan masih aja ngirim chat gak penting. Sampai akhirnya aku dekat sama dia karena dia dateng ke aku bukan lewat chat ya aku udah lupain masalah siapa yang ngasih kontak ku ke dia. Sampai akhirnya pas kita lagi jalan aku tanya langsung ke kak Sat siapa yang ngasih kontak aku dia gak mau ngaku ya udah aku ngancem bakal ngambek sama dia, terus dia cerita kalau kamu yang ngasih hanya saja dia berpesan jagan langsung marah sama Icha soalnya kalau bukan karena dia yang mendesak ke kamu Cha, dia juga gak dapat kontak aku" jelas Callist.

"Call aku beneran minta maaf" kata Icha lagi.

"Kalau kamu tau udah lama kenapa gak bilang aja ke Icha Call?" tanya Nara.

"Setelah aku pikir bener sih ucapan kak Sat tanpa Icha yang ngasih kontakku ke dia kita gak mungkin deket, lagian aku juga nunggu keberanian Icha buat ngaku. Eh taunya setelah sekian lama baru berani ngaku" jawab Callist.

"Call beneran aku minta maaf aku gak akan ngulangi lagi" janji Icha.

"Dimaafin gak yaa? Maafin gak Ra?" tanya Callist.

"Terserah kamu aja Call" jawab Nara.

"Maafin dong Call, maafin aku juga Ra" kata Icha lagi.

'Ya udah dimaafkan aja, untung kamu ngakunya pas sekarang aku udah jadi pacar kak Satria. Kalau kamu ngaku pas dulu-dulu bisa-bisa aku marah besar hahaha" kata Callist sambil tertawa.

Iya Call aku senang lihat kamu bahagia dengan kak Satria padahal aku dulu melakukan itu karena aku suka sama kak Sat, aku gak bisa nolak permintaannya saat memohon pertolongan padaku. Aku merasa sangat senang menjadi orang yang membantu kak Sat walau aku tahu dia melakukan itu bukan buat aku tapi buat orang lain yang dia sayang dan ternyata itu kamu. Sejak saat itu aku belajar ilmu ikhlas~ ungkapan kata hati Icha.

Akhirnya seharian mereka di rumah Callist mengenang banyak hal yang telah mereka lalui bersama. Sebagaimana ungkapan "Ada pertemuan pasti juga ada perpisahan" dan pada tahap itulah ketiga sahabat ini berada. Cerita cinta masa SMA Varisha ternyata tidak dibagikan Icha ke pada dua sahabat dekatnya dia lebih memilih menyimpannya dalam hati karena tidak ingin ada yang tahu jika dia pernah suka dengan kakak kelas yang sekarang jadi pacar sahabatnya.

Jadi, dalam hidup memang ada yang harus dibagi dengan orang lain ada juga yang cukup untuk kita sendiri saja yang tahu. Bijaklah dalam bertindak jangan sampai menyakiti orang dengan bully atau nyinyiran.

"Satu part lagi selesai, see you next part readers ©©©"

Cerita Cinta Masa SMA VarishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang