Four.

1.3K 167 69
                                    



Jimin lupa bagaimana caranya bernapas.
Jimin lupa bagaimana caranya untuk bergerak.
Jimin lupa bagaimana caranya untuk melihat.
Jimin lupa segalanya.. Jimin mati.

Harga diri yang selama ini dia jaga sudah tak berharga.
Jimin sudah kebas dengan pahitnya kehidupan yang selalu menimpanya.

Setelah mendengar penolakan Yoongi yang membuatnya ingin mengakhiri hidupnya, perlahan Jimin beringsut turun dari pangkuan tuannya tersebut. Tidak ada percakapan apapun. Hanya suara televisi berbahasa asing dengan volume kecil yang mengisi keheningan antara mereka berdua.

Yoongi menahan pinggul Jimin untuk turun dari pangkuannya, membuat wanita itu menghela napas panjang bingung. "Dua tahun, Jimin." Ucap Yoongi. Jimin masih menunduk tak berani menatap lelaki dihadapannya. "aku menunggu dua tahun sampai kau bisa menerimaku." Kali ini Yoongi yang menghela napas panjang. "tapi penerimaanku tak kunjung datang. Aku minta maaf, aku juga manusia yang punya batas kesabaran." Jimin melepas isakannya. "Kemarin, aku bertemu dengan Hoseok. Dia bilang akan tinggal di Perancis setelah menikah, dan membawa serta Seungwoon bersamanya. Aku juga sudah bilang yang sejujurnya pada Hoseok dan calon istrinya jika Seungwoon adalah anak kita, tapi karena aku yang brengsek jadi aku tidak menginginkan kehadiran anak itu walaupun kau memohon untuk merawatnya. Aku juga bilang padanya, kalau kau baik-baik saja. Hoseok juga bilang, jika ada kesempatan berkunjung ke Perancis untuk melihat Seungwoon, akan dengan senang hati Hoseok mempersilakanmu datang. Tetapi aku bilang padanya, jika aku dan dirinya mungkin tidak akan bertemu lagi." Jemari Yoongi menghapus jejak air mata di pipi Jimin, mengelus pipi bulat tersebut lembut seperti biasa. "aku juga tahu, akhir-akhir ini kau sering mengunjungi Taehyung. Aku tidak marah, karena aku memang tidak berhak marah. Aku tahu kau butuh teman untuk berbagi, tapi aku tidak bisa menjadi teman yang baik untukmu. Karena aku rasa aku sudah gagal."

"Tuan Min.." panggil Jimin di sela tangisannya yang semakin deras.

Yoongi mengusap rambut halus Jimin yang jatuh. "Aku sampai menanyakan hal yang sama pada diriku sendiri berulang kali. Apakah aku salah? Apakah aku masih belum memahamimu? Dengan cara apalagi aku harus meyakinkanmu? Semua itu selalu berkecambuk di dalam pikiranku."

"Tuan Min kumohon."

"Dan alasan aku menolakmu sekarang adalah..."

Jimin mendongak dan memajukan pinggulnya tepat mengenai kejantanan Yoongi, ia membungkam alasan Yoongi dengan sebuah ciuman yang bergairah. Sambil sesekali menggoyangkan pinggul untuk merangsang sesuatu di bawah sana untuk bangun. Air mata dan saliva bercampur  tak dihiraukan.

Yoongi terkejut dan sedikit menolak permainan yang Jimin ciptakan. Tidak.. ia tidak boleh menyakiti Jimin lagi. Sudah cukup selama dua tahun Jimin menolak kehadirannya, dan hari ini adalah titik kesabarannya berakhir. Yoongi menyerah, jika memang Jimin tidak menginginkannya maka cukup sampai disini hubungan mereka terus terjalin. Jika memang bercerai adalah pilihan terbaik, dengan ikhlas Yoongi akan menanggung semua prosesnya hingga pembagian hartapun akan ia berikan pada Jimin tanpa terkecuali.

Walaupun harus merelakan hatinya bersedih, Yoongi akan senang jika Jimin yang berbahagia.

Sampai ketika jemari mungil Jimin meremas bagian belakang rambutnya, ia mulai tergoda dan mengikuti alur yang Jimin ciptakan. Yoongi membalas ciuman Jimin yang menuntut untuk melakukan hal yang lebih lanjut, tetapi Yoongi menahannya. Ia melepas ciuman tersebut dan menyatukan kening mereka untuk sekedar menghirup oksigen. "Ku mohon jangan katakan alasannya.. hiks.." Jimin masih saja terisak dengan bibir dan wajahnya yang memerah. "Aku mencintaimu, Yoongi. Kau tahu itu sejak dulu.. ku mohon jangan mengatakannya."

"Kau harus bertanggung jawab atas semua ini, Jimin." Yoongi menahan kalimatnya. Jimin menggeleng keras menolak mendengar alasan Yoongi. "Karena kau sudah mengajariku memiliki rasa seperti ini. Aku.. aku mencintaimu, Jimin."

STAY (after story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang