V

1.2K 174 66
                                    


Namjoon kikuk, begitupun juga Jimin. Sedangkan Yoongi menahan cemburu melihat dua orang manusia yang saling berpandangan malu-malu tak bersuara.

"Jadi kau menikahi Yoongi hyung?" tanya Namjoon pada akhirnya.

Jimin mengangguk, melipat bibirnya dalam karena malu. "Sejak aku mengerjakan tugas akhirku, aku sudah menikah dengannya. Maaf tidak memberi tahumu, oppa." Jawab Jimin halus.

Yoongi mendengus kesal. Setiap Jimin memanggil Namjoon dengan panggilan oppa, nada yang di gunakan pasti selalu lembut dan penuh kasih sayang. Tidak seperti ketika dia berbicara dengannya. Nada yang di gunakan seperti seorang prajurit yang patuh pada atasannya.

Namjoon hanya tersenyum sambil mengusak rambut Jimin. "Aku senang kau menikahi Yoongi hyung. Setidaknya kau menikahi orang baik." Ucapnya bijak.

Yoongi mendelik tidak suka, posisi duduk bak raja itu berubah menjadi posisi siaga untuk membicarakan hal penting. "Apa maksudmu? Kau kira aku orang jahat? Brengsek kau Kim." Umpatnya santai, tapi menohok.

"Bukan begitu hyung. Kalau kau tau, dulu banyak sekali lelaki di kampus yang mengincar Jimin karena kepolosannya. Aku jadi kasihan dengan Jimin yang selalu di perlakukan tidak baik oleh lelaki-lelaki itu dan menawarkan diri untuk membimbingnya lulus kuliah." Wajah Jimin merona, ia tersenyum kecil. "Bahkan sampai beredar jika aku dan Jimin berkencan, itu sangat bagus! Karena membuat lelaki-lelaki hidung belang di sekitar kampus menjauhinya."

Namjoon mengucapnya secara santai, tapi tidak dengan Yoongi yang sudah kembang kempis menahan cemburu. Yoongi baru merasakan cemburu yang berapi-api sekarang, dulu ketika dengan Hoseok, tidak ada yang namanya cemburu buta seperti ini. Bahkan Yoongi percaya-percaya saja karena Yoongi yakin, Hoseok lelaki yang bisa menjaga diri. Ahh.. itu dia yang Yoongi tak sadar, Jimin wanita, sedangkan Hoseok lelaki.

"Modus." Yoongi mendengus kesal. "Kau bilang ada wanita yang kau incar ketika kuliah, itu Jimin kan?"

Jimin dan Namjoon saling berpandangan, lalu keduanya tertawa pelan karena mendengar pernyataan yang menurut mereka sangat lucu.

"Yaish! Kalian berdua menyebalkan!" Gerutu Yoongi makin kesal. Inginnya meninggalkan dua makhluk dihadapannya secara tidak terhormat, namun melihat yang akan ditinggalkan adalah Namjoon dan Jimin, jadi Yoongi mengurungkan niatnya dan bertahan lebih sabar.

"Wanita yang aku maksud itu bukan Jiminie, hyung." Namjoon mengklarifikasi. "Namanya Seokjin, dia anak kampus gedung sebelah. Dia sudah menjadi istriku sekarang." Lanjutnya dengan nada bangga.

"Berhenti memanggil wanitaku dengan panggilan seperti itu, brengsek! Pulang saja sana kalau kau hanya ingin menggoda istriku Kim sialan, brengsek, bangsat, Namjoon!" Yoongi sudah tidak tahan. Jimin meringis dan Namjoon hanya tersenyum kecut.

"Tidak hyung. Aku hanya ingin memberikan ini." Namjoon mengeluarkan sebuah map berwarna coklat. "Kumohon dilihat pada saat kau senggang. Karena nampaknya aku mengganggu acara romantis kalian." Lelaki berlesung pipi itu melirik Jimin dengan maksud menggoda.

"Memang! Pulang sana!" Lelaki pucat yang sudah menahan amarahnya itu berteriak kesal.

Sebelum Namjoon keluar, ia meminta diri pada Jimin untuk berbicara empat mata dengan Yoongi. Nampaknya ada sesuatu yang akan serius mereka bicarakan. Maka dari itu, ia mengerti dan langsung masuk ke dalam kamar menutupnya rapat.

Padahal hari ini Jimin ingin Yoongi terbebas dari segala macam jenis pekerjaan dan hanya menghabiskan waktu bersama dirinya. Tapi kenyataannya, Yoongi memang seseorang yang tidak pernah bisa lepas dari segala pengaruhnya pada perekonomian perusahaan. Dengan kata lain, Yoongi adalah orang yang benar-benar penting. Sudah seharusnya Jimin mengerti itu.

STAY (after story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang