Enam.

1.7K 181 70
                                        


"Mereka tinggal di Daegu dan hidup miskin. Kau tidak perlu khawatir, dendammu terbalaskan."

***

Yoongi pulang ketika Jimin sudah terlelap dan ketika ayam berkokok untuk menyambut sang fajar. Ia lelah seperti biasa, namun juga senang, hari ini ia bisa membelikan Jimin makanan enak sesuai janjinya. Seperti inilah kerjaan Min Yoongi di Daegu, jauh dari kata-kata mewah.

Suatu hari Jimin pernah menanyakan perihal ijazah strata satu nya, Yoongi bilang kalau ia sudah tidak peduli dengan ijazah tersebut. Tetapi tetap saja Yoongi menunjukannya pada Jimin untuk disimpan. Padahal Jimin bilang ia bisa mencari pekerjaan yang layak dari ijazahnya tersebut, tapi Yoongi bilang percuma, karena orang pasti akan tahu siapa dirinya ketika melamar dengan ijazah tersebut.

Ketika Yoongi memasuki rumahnya, ia tak sengaja melihat dua siluet berwarna putih lewat di hadapannya. Ia terkejut namun mencoba untuk acuh dengan menggelengkan kepalanya. Ia berpikir hanya karena terlalu lelah makanya dia berhalusinasi, di tambah juga dengan kondisi rumah yang gelap.

Setelah menyalakan lampu ruang tengah, ia melangkahkan kakinya ke lantai atas untuk segera beristirahat di kamarnya, namun ketika pintu itu terbuka, ia melihat Jimin sedang duduk sambil menatap jendela dengan langit yang mulai terlihat cerah.

"Jimin?" Panggil Yoongi pelan.

"Yoon- hiks Yoongi.. a- aku bermimpi hiks.. aku bermimpi bertemu Seungwoon." Tangisnya pecah ketika suaminya datang. "Tapi aku tidah bisa berbuat apa-apa, dia hanya tersenyum dengan tubuh penuh luka." Lanjutnya sambil memeluk suaminya erat.

"Shh sudah sayang, mimpi itu hanya bunga tidur." Ucap Yoongi menenangkan hati istrinya. "jangan terlalu dipikirkan ya? Sudah kalau kau mau tidur lagi, ayo kita tidur bersama." Ajaknya halus.

Jimin menggeleng lemah, menyandarkan pipinya pada bahu suaminya yang terlihat lelah dan memeluknya tanpa mau melepasnya. "Aku masih punya pekerjaan yang harus diselesaikan. Kau sudah makan?" Jimin mulai khawatir. Pasalnya, memeluk Yoongi sekarang sedikit berbeda dengan memeluk Yoongi dulu. Berat badan suaminya menyusut seiring dengan bentuk tubuhnya yang semakin kurus.

"Sudah, aku makan kimchi jjigae dan telur goreng." Ucapnya setenang mungkin. Yoongi tidak mau Jimin khawatir akan kesehatan makannya. "Aku mau mandi dulu, aku kecut, Jimin."

Jimin menggelengkan kepalanya. Ia ingin tetap memeluk Yoongi walaupun dalam keadaan berkeringat sekali pun, tiba-tiba sangat merindukan Yoongi yang teramat dalam. "Yoongi." Panggilnya. Yoongi menggumam pendek untuk menjawabnya. "Sudah lama kita tidak bercinta. Mau mandi bersama?" Jimin berucap dengan nada setenang mungkin untuk meredamkan rasa malunya. Walaupun sudah lebih dari lima tahun membina rumah tangga dengan Yoongi, untuk masalah bercinta, Jimin masih saja merasa deg-degan dan malu.

Yoongi hanya bisa terkekeh mendengar penuturan istrinya yang selalu diluar dugaan. "Jangan salahkan aku kalau hari ini kau tidak bisa melaksanakan pekerjaanmu dengan maksimal, sayang."

Jimin tersenyum dan mengecup bibir Yoongi dalam. Hingga mereka pun mandi bersama, dan tak lupa bercinta seperti yang mereka inginkan.

.

Keesokannya, Jimin pergi ke pasar pagi-pagi sepeti biasa. Setelah memastikan Yoongi sudah tidur dengan nyenyak, ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk stok dapur. Sambil bersenandung kecil, ia melihat dan menuliskan apa-apa saja yang harus di beli untuk disimpan.

Setelah semuanya selesai, ia berjalan kaki sambil menghirup udara pagi Daegu yang masih sejuk. Benar kata mertua Jungkook, udara Daegu masih sangat bebas polusi dan segar. Di bagian desanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAY (after story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang