PROLOG

1.1K 45 5
                                    

Dalam ruangan sunyi, yang harusnya terasa dingin menenangkan tetapi malah terasa dingin mencekam.

Pria itu terlihat sedang menikmati darah segar yang mengalir di kedua telapak tangannya. Sedangkan seseorang yang berada di depannya meronta-ronta di atas meja, tersekap penuh derita. Namun, rontaan tersebut tidak terlihat sebagai permintaan ampun bagi si pria, itu terlihat sebagai instruksi meminta untuk  segera dihabisi.

Dengan penuh hasrat pria itu langsung menghabisi orang itu secara membabi buta. Seketika, rontaan di atas meja itu berhenti dan darah pun mengalir deras. Seringai terlihat jelas di wajah ­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­penuh darah pria itu, ia sangat menikmati sensasi menghabisi orang yang kini sudah tak bernyawa di depan matanya.

Lalu, ia membuat sentuhan terakhir untuk melengkapi aksinya dengan darah korban yang di tuliskan ke dinding. Setelah selesai, ia meninggalkan ruangan itu dan ia berjalan menuju keluar. Namun, tiba tiba ia berhenti di ambang pintu, ia memandang ke langit dan tertawa begitu keras. Tawanya segelap cuaca pada saat itu, dan ia membanting pintu sambil pergi meninggalkan ruangan itu.

Seraya ia berjalan, petir pun menyambar dan kilatan cahayanya memperlihatkan sentuhan terakhir yang dibuatnya:

"AKU MENIKMATINYA"

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang