CHAPTER 1.4

250 18 0
                                    

Ketika aku kembali ke kantor ku, aku langsung ke atas untuk segera mendapatkan kabar baikku.

"hai Jessie, ini cheese burger mu. Sekarang mana kabar baikku?" tanyaku tak sabar.

"wah wah, cepat juga hahaha,"jawabnya dengan candaan.

"cepat, mana kabar baikku?" desakku tak sabar.

"whoa, sabar. Tenang saja akan ku beri tahu," jawabnya.

"sampel dari serpihan kayu yang kau berikan sudah ada hasilnya," katanya.

"sampel kayu ini berasal dari kayu yang sangat khusus dan biasanya di produksi untuk membuat furniture." jelasnya dengan senyum simpul di pipinya.

"pembunuh gila mana yang menyiksa korbannya dengan sebuah furniture?" tanyaku pada jessie.

"tentu saja bukan dengan furniture Hanna, tampaknya espresso telah membuat otak mu telat berfikir hahaha," Ucapnya meledekku.

"Lalu?" tanyaku kepadanya.

"senjata yang pembunuh itu gunakan, dibuat dari salah satu dari sekian banyaknya toko furniture di kota ini," jelasnya.

"bisakah kau cari sumber yang memproduksi benda dari kayu tersebut?" pintaku padanya.

"maaf hana aku tidak bisa mencari sumbernya. Namun aku bisa memberimu semua daftar toko furniture di kota ini" jawabnya.

"tidak apa-apa jessie, itu juga akan membantu penyelidikanku," balasku.

"baiklah aku akan mengirimnya lewat email apabila sudah selesai kususun semua toko furniture dikota ini hanna," ucapnya.

"terima kasih teman chubby ku," balasku sambil meledeknya.

***

Setelah beberapa hari, Jessie memberiku email yang berisi daftar toko – toko furniture yang hanya ada 25 toko di kota ini.

Sudah 20 toko ku kunjungi, namun belum ada toko yang menggunakan kayu khusus yang di katakan oleh jessie. Tersisa 5 toko lagi yang masi harus aku kunjungi.

"ini akan jadi hari yang melelahkan," ucapku dalam hati.

Aku bergegas melanjutkan perjalanan untuk ke toko furniture yang ke – 21, dari semua toko furniture yang sudah ku kunjungi, toko ini sangat sederhana, aku ragu toko ini mempunyai sampel kayu khusus yang dikatakan oleh Jessie.

"apakah ini sebuah kebetulan lagi nona esspreso?" ucap seorang pria di belakangku yang membuat ku terkejut, ternyata itu adalah Arka.

"ah ketemu kau! sekali lagi kita betemu dengan cara seperti ini, aku akan memberimu sebuah piring cantik hahaha," balasku bergurau.

"apakah piring itu secantik dirimu?" jawabnya sambil meledekku.

"bisa saja kau pria misterius hahaha," balasku.

"apa yang kau lakukan berdiri didepan toko ku Hanna?" tanyanya padaku.

"aku ingin berbicara dengan pemilik toko ini atau apakah aku sekarang sedang berbicara dengannya?" jawabku padanya dengan sedikit candaan.

"oh, kau mencari tuan Robert? Dia ada di dalam ruang kerjanya mungkin sedang mengurus beberapa berkas. Ada perlu apa kau dengannya kalau aku boleh tau?" jelasnya dengan lengkap.

"boleh kalau aku bertemu dengannya? Bukan apa – apa, hanya urusan kerja," ucapku.

Ia pun berjalan ke dalam dan memanggil tuan Robert, lalu tuan Robert yang berkepala gundul serta memakai kacamata itu datang dari balik pintu.

"ada apa nona Hanna mencariku?" tanyanya dengan memandangku dari atas sampai bawah seperti sedang menelisik sesuatu.

"aku butuh berbicara denganmu. Hanya kita berdua, bicara dua mata," jawabanku membuat Arka menampilkan ekspresi wajah bingung.

"ooh, kau ingin bicara private rupanya. Mari kita ke ruanganku," ajaknya padaku.

Aku pun mengikutinya masuk ke dalam. Sesaat ku lihat mata Arka menatap kami pergi sampai pintu ruangan tertutup. Tuan Robert mempersilahkan aku untuk duduk di sebrang bangkunya dan menyediakan secangkir teh untukku minum selagi kita berbincang – bincang.

"jadi apa topik yang ingin kau bicarakan kepadaku? Sepertinya sangat penting ya, hingga kau ingin kita bicara private seperti ini," tanyanya sambil terkekeh.

"aku ingin menanyakan perihal sampel kayu yang ku punya dan berkaitan dengan bahan – bahan yang ada di tokomu," jelasku.

Lalu, aku mengeluarkan sampel kayu dan memberikan kepadanya. Melihat sampel kayu yang kuberikan, tuan Robert agak terkejut dan bertanya kepadaku.

"darimana kau mendapatkan sampel kayu ini, nona?" tanyanya sambil memegang sampel yang kuberi.

"itu dari salah satu TKP kasus yang sedang kukerjakan. Apa ada masalah?" tanyaku.

"Ini adalah kayu Dewandaru. Salah satu jenis kayu langka dari tokoku yang hilang sekitar 2 bulan yang lalu" jawabnya.

"Hilang?" tanyaku kebingungan.

"ya, aku mempunyai dua batang kayu jenis ini di tokoku, namun tiba – tiba satu jenis dari kayu ini menghilang entah kemana," jelasnya.

"apakah untuk kayu langka seperti ini para pekerja mu tau?" tanyaku.

"hanya 5 orang yang kupercaya untuk mengurusnya" jelasnya.

"siapa sajakah orang itu?" tanyaku.

"Billie, Patra, Satria, Rama, dan Arka." sebutnya.

"hmm, baiklah terima kasih atas infonya" jawabku sebagai penutup dari percakapanku dengan tuan Robert.

Lalu aku mengambil kembali sampel ku dan langsung berjalan keluar ruangan ini dengan meninggalkan tuan Robert yang menatap kepergianku.

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang