CHAPTER 1.2

460 36 6
                                    

Kasus kali ini adalah pembunuhan sadis yang dilakukan di suatu gudang kosong di pinggir kota. Korbannya merupakan murid SMA.

Gadis itu ditemukan setelah ada laporan dari orangtuanya bahwa ia belum kembali ke rumah setelah hampir seminggu. polisi lalu melakukan pencarian, ia ditemukan dalam kondisi sudah membusuk dengan organ dalam yang terurai keluar. Perkiraan ia sudah membusuk tak ditemukan selama 3 hari.

"sungguh gadis yang malang" ucapku dalam hati.

Ketika aku sampai di akhir berkas, terdapat 3 buah foto yang diambil oleh tim forensik di TKP. Foto pertama adalah wajah korban yang lebam dan memutih tak bernyawa. Aku sudah banyak melihat foto wajah korban-korban pembunuhan di kasusku sebelumnya. Namun, ekspresi korban di foto yang sedang kupegang ini berbeda. Ia seolah-olah bukan menghadapi pembunuh yang kejam, melainkan seperti sedang menghadapi iblis yang mengancam.

Lalu, di foto kedua terdapat foto perut korban yang sudah di keluarkan organ dalamnya; usus yang terurai, darahnya yang ada di mana mana. Aku bersyukur sudah terbiasa dengan foto-foto seperti ini, Kalau tidak, mungkin sandwich yang kumakan saat perjalanan tadi akan ku muntahkan kembali.

Lalu aku beralih ke foto terakhir, yang menurutku cukup unik. Di foto ini terdapat tulisan di dinding yang di tuliskan dengan darah korban oleh si pelaku:

"AKU MENIKMATINYA" ucapku membaca tulisan di foto itu.

Aku terkejut ketika membacanya, karena tulisan itu memiliki arti bahwa pelaku melakukan pembunuhan hanya untuk kesenangan semata.

"dasar pembunuh rendahan, kau akan segera kucari dan kujebloskan ke penjara!" ucapku kesal dalam hati.

Lalu tiba-tiba atasan ku masuk dan dia duduk di kursi yang ada di depanku.

"bagaimana kasus yang kuberikan kepadamu, menarik bukan?" ucap atasanku yang wajahnya menunjukkan ekspresi meledek ku.

"ya, ini kasus yang cukup menarik perhatianku bos hahaha" jawabku sambil sedikit tertawa.

"sebenarnya, kasus ini tidak hanya sekedar cukup menarik untukmu, kau tahu." sambung atasanku. 

"apa yang kau bicarakan bos?" tanyaku kebingungan.

"ada satu fakta yang tidak di lampirkan ke dalam berkas itu" kata bosku yang ekspresi wajahnya kini berubah jadi serius.

"apa itu?" ucapku yang semakin penasaran.

"tidak ditemukan jejak pelaku disana, selain tulisan di dinding itu tentunya. Ia hanya meninggalkan tulisan itu sebagai petunjuk kepada kita, Hanna." tegas bosku.

Aku langsung terkejut ketika mendengar hal itu. Bagaimana mungkin pembunuh yang membunuh korbannya dengan brutal tidak memiliki jejak disana. Aku masih tak percaya karena sepintar apapun pembunuh liar itu beraksi pasti ia akan meninggalkan jejak, bahkan tulisan yang ia buat di sana tidak meninggalkan sidik jari sedikitpun.

"aku tau kau mungkin terkejut dengan ini, namun memang itulah kebenarannya," tegur dia kepadaku yang masih terkejut dengan apa yang baru disampaikan olehnya tadi.

"baik bos, aku akan berusaha semampuku," jawabku kepada atasanku.

Ia hanya diam sambil mengangguk-angguk perlahan.

Lalu, bosku bangun dari tempat duduknya dan bergegas keluar dari ruanganku. Namun, ketika baru beberapa langkah, bosku berbalik badan ke arahku dan berkata.

"Hanna, kau adalah detektif terbaik di kepolisian ini oleh karena itu, aku tahu aku bisa mengandalkanmu seperti biasanya," ucap bosku.

"kau percaya pada orang yang tepat bos," balasku dengan percaya diri.

Bosku tersenyum lalu keluar dari ruanganku.

Akupun melanjutkan menganalisis kasus kali ini yang menurutku aneh tetapi unik juga.

"ini akan menjadi hal yang menarik," ucapku kepada diri sendiri.

***

Setelah bertanya beberapa hal kepada tim forensik, aku mulai memikirkan untuk melakukan penyelidikan langsung ke TKP. Aku sangat ingin melakukan penyelidikan hari ini, namun cuaca tidak berpihak kepadaku. Sepertinya ramalan cuaca yang ku tonton kemarin; bahwa hujan deras akan membasahi Jakarta sepanjang hari.

Lalu akhirnya, akupun memutuskan untuk melakukan penyelidikan  ke TKP besok.

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang