CHAPTER 1

779 38 2
                                    

Alarm berbunyi dan jam menunjukkan pukul 07.00 pagi, aku terbangun dan bergegas menuju ke kamar mandi lalu bersiap menuju tempat kerja. Aku membuat roti isi untukku makan di perjalanan, karena tuntutan pekerjaan yang membuatku tidak memiliki waktu hanya untuk sekedar sarapan. Aku bekerja sebagai seorang detektif yang sering menghabiskan waktu dengan tempat kejadian perkara untuk menyelidiki kasus-kasus pembunuhan. Setelah siap, diriku pun turun ke bawah dan berjalan ke arah cafe untuk membeli espresso yang membuatku segar di pagi hari.

kring, lonceng berbunyi seraya aku membuka pintu untuk masuk.

Seorang barista datang menghampiriku dari balik meja kasir.

"selamat pagi, ada yang ingin anda pesan?" wanita itu bertanya dengan senyuman manisnya.

"segelas espresso," aku jawab dengan senyuman juga.

"oke silahkan tunggu," balasnya.

Akupun menunggu dan duduk di bangku dekat jendela. Ketika sedang menunggu, dering handphone ku berbunyi. Ada panggilan masuk dari atasanku dan segera kuangkat.

Setelah lima menit aku menutup panggilannya, ia menyuruhku untuk cepat datang ke kantor, karena ada kasus baru yang harus aku kerjakan. Bersamaan dengan itu pesananku sudah jadi dan aku mengambil dengan terburu buru. Aku mengucapkan terima kasih dan berjalan cepat ke arah pintu. Namun, ketika diambang pintu aku tertabrak oleh seorang pria dan kopi yang ku pegang hampir tumpah.

"maaf aku tidak sengaja, aku tidak melihat ke arah depan tadi," kata lelaki yang berperawakan cukup tinggi dan manis tersebut.

Aku hanya mengangguk serta tersenyum kecil kepadanya dan melanjutkan perjalanan ke kantor.

***

Sesampainya di kantor aku langsung menaiki lift dan memencet tombol ke lantai 3, di mana ruanganku berada. Pintu lift terbuka, dan aku langsung disambut oleh rekan-rekanku.

"hai Hanna, bagaimana dengan kasus mu sebagai detektif yang hebat?" sapa seorang  rekanku sambil bergurau.                              

Rekan-rekan ku memanggilku Hanna untuk mempersingkat nama ku yaitu, Hannania Winata.

Ketika ku buka pintu ruanganku, kulihat berkas berkas yang sudah menumpuk di mejaku. akupun tertawa kecil melihatnya dan berkata,

"wah tampaknya kalian sudah menunggu ku" sambil melihat ke arah berkas.

Aku segera duduk dan meminum espressoku sembari membuka lembaran berkas satu persatu dan mulai fokus kepada kasusnya.

ALTEREGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang