16 Juli 2016
"Sayang kita mau kemana?", tanya Sasa ditengah perjalanan, "Ke antah berantah, jawab Tofan singkat.
Pagi itu cuaca sangat cerah, atap bumi begitu membiru tanpa noda sedikitpun sehingga membentuk hamparan sutera diketinggian alam, seolah memayungi bumi dari segala serangan Arasy, sang mentari menyinari semua yang ia lihat memberikan kehangatan kepada penduduk bumi, sekaligus menyulut semangat akhir pekan khalayak untuk menunaikan tradisi Refreshing tak ayal sekedar bermalasria di rumah manis maupun menikmati bibir pantai ataupun menata kembali tatanan rumah tangga. Benar-benar hari libur yang cerah di kota Bandar Lampung.
Namun lain yang ada dibenak Tofan, suara bising kendaraan, hiruk pikuk kaula tua yang hendak ke pasar, polusi kendaraan, debu jalanan ditambah antrean panjang di salah satu stasiun pengisian bahan bakar umum, menambah kebosanan saat dia dan Sasa mengantre untuk membelikan makan untuk kuda besi. Benar-benar mencoreng keindahan pagi dengan kekasih, batin Tofan. Mereka berada diurutan 15 untuk sampai giliran mengisi bahan bakar, Tofan akhirnya memerintah Sasa untuk menunggu dibawah etalase SPBU sambil membeli Es Dogan, sebagai teman menunggu.
Jarum jam dipergelangan kiri Tofan telah sampai pada angka sembilan dan kehangatan sang surya mulai naik beberapa derajad Celcius. "Lama banget sumpah, nyampe abis ni Es Dogan nungguin kamu isi bensin," lirih Sasa sambil menunjukkan pelastik putih transparan yang telah habis isinya, ditangan kirinya menenteng helm, dengan wajah musam dan beberapa bulir air nampak di dahinya tanda ia kepanasan. "Gitu aja lama, lama mana am nungguin balesan surat lamaran kerja?, jawab Tofan iseng. "Iiihh lama ini lah, liat ni baju sampe kucel, rambut acak acakan kena debu, panas lagi, belum apa-apa udah keringetan aku, lagi-lagi Sasa melirih. "Kamu tuh ya, ngeluh aja pinternya, udah ayo pakai helm nya, buruan naik udah jam sembilan nih, keburu siang ntr. Perintah Tofan sekaligus mematahkan keluhan Sasa.
Ya begitulah sekilas tentang sepasang kekasih ini, Sasa yang selalu mengeluh didepan Tofan, bahkan hal kecilpun selalu ia keluhkan jika berada didepan Tofan, sementara Tofan merupakan sosok yang selalu bisa menetralisir keadaan apapun menjadi enjoy, yaah meskipun faktanya Tofan lah yang berpanasan mengantre bensin tapi dia tak mengeluh, apalagi didepan Sasa, iaa Tofan selalu ceria dengan senyum khas nya yang tidak manis justru mengejek dihiasi lesung pipi dikedua pipi dan dagunya.Diperjalanan setelah mengisi bensin, Sasa kembali bertanya kepada Tofan, "Sebenernya kita mau kemana sih? Gak jelas banget deh kamu ini, dari tadi bolak balik warung beli ini itu ada aja yang ketinggalan."
"Ke antah berantah lho sayangku, makanya butuh bekel yang banyak biar aku enggak kelaperan, aku kan belum sarapan, kamu mah enak udah makan. Jawab Tofan.
"Ya kemana? Yang jelas geh tujuannya, pantai? Hutan? Kolam Renang? Atau Bioskop? Kembali Sasa bertanya.
"Ih ngapain ke bioskop, kurang kerjaan banget, mending Download sendiri, murah puas juga. Jawab Tofan.
"Ya terus kemana? Kasih tau makanya sayang, Paksa Sasa.
"Sebenernya aku juga gk tau mau kemana, pingin jalan-jalan aja am kamu, hehe. Tofan menjawab sekenanya.
"Pokoknya jauh, sekitar dua jam dari kota, Tambah Tofan.
"Minep enggak? Sasa menanya.
"Iaa, tiga hari lah paling kita camping. Tofan menjawab singkat.
"Ih kepinteran, mana boleh aku am ibu minep mh, dicariin ntr aku, orang rumah lapor polisi gimana, lagian kamu enggak bawa alat camp, tenda, kompor dllnya mana? Sasa kembali mengintrogasi.
"Kebiasaan deh nanya nya borongan, yang mana yg mau dijawab coba? Sergah Tofan.
"Ya semua lah, Jawab Sasa.
"Oke oke, ya gak mungkin lah kita minep, kamu ini percaya aja, paling pulang malem sekitar jam 8an aku anter kamu pulang, gak apa apa kan? Jelas Tofan.
"Emmh yaiaa enggak apa apa asal jangan diatas jam 8 mh, kemana emangnya? Tandas Sasa lagi.
"Okedeh, udah ah kamu diem aja jangan banyak tanya, ntr aku kasih tau kalau udah deket. Pungkas Tofan. *
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Jingga
Non-FictionCerita cinta dikala senja, romantis dan indah namun tak diberkahi semesta