Juni 2015
Bandar Lampung, ditengah riuhnya suasana sore di kampus, raut muka lelah, aroma asam keringat, basah air keringat nampak hampir disetiap wajah mahasiswa mahasiswi yang baru selesai menunaikan kewajiban praktikum di lapangan. Nampak kemerdekaan di wajah mereka atas berakhirnya jam belajar hari ini, yang rupawan tak nampak ketampanannya dan yang jelita tak nampak kecantikannya. Semua dibungkus wajah lelah. Begitulah kehidupan sore dikampus tempat Tofan meraih gelar Diploma.
Di sebuah gedung berlantai lima, nampak segolongan mahasiswa jurusan ekonomi yang tetap bisa mempertahankan kecantikan mereka, wajar saja, mereka kuliah di ruang ber AC. Mata topan dengan tenang memandang dari kejauhan serta memilah milah yang mana yang cantik dan menarik hatinya. "Ah betapa cantik-cantik mahasiswi ekonomi ini, apalagi si A, B, C dan lain lain, andai saja ada yang cantik masuk pertanian, andai saja mereka ada yang mau jadi pacarku." beserta ribuan khayalan lainnya dan perandaian lainnya dilontarkan dikepala Tofan sore itu.
Bosan dengan riuhnya keadaan dan khayalan babu, Topan memutuskan mengayuh sepedanya mengelilingi lingkungan kampus untuk sekedar cuci mata melihat para wanita mulai dari yang metal sampai yang akhwat, beberapa mahasiswi yang duduk di taman kampus menegur Topan dengan genit "bang opan kemana? Bonceng gue dong ikut jalan-jalan" dan kalimat genit lainnya, hanya dibalas senyuman tipis oleh topan. Yah walaupun punya wajah tak tampan dan tak jelek tapi Topan si ketua unit kegiatan mahasiswa bidang seni itu cukup populer dan mempunyai penggemar nampaknya.Topan memutuskan berhenti disebuah taman air mancur yang dikelilingi bunga berwarna warni. Ia duduk menikmati udara segar dan aroma bunga bunga. Tiba-tiba dia dikagetkan oleh dua gadis yang teriak dan tiba-tiba muncul dari lembah bunga langsung berlindung dibalik badan Topan memukul-mukul bahu Topan serta berterik "uler uler, kak tolong kak ada uler, dimana? Disitu kak itu lho kak"
Topan yang ikut terkejut segera berdiri dan menangkap camera yang terpental dari tangan seorang gadis. "ia ia tenang tenang ya dek, ia gw udah liat ulernya, gkusah mukul-mukul terus sakit punggung gw. "eh ia kak maaf, gue takut banget am uler". "ia gw tau, sekarang lorang dua diem, tenang biar gw usir ulernya dodol.
Akhirnya kedua gadis itu menuruti perintah Topan, mereka menenangkan diri dan melihat apa yg akan Topan lakukan. Sejenak berfikir, topan yang juga phobia terhadap ular mencari cara, akhirnya ia mengambil sebilah bambu dari ajir tanaman bunga lalu menggebuk-gebukan di tanah dan dan dedaunan kering, ia menggiring ular itu ke area sawah sampai jauh namun akhirnya ular itu dibunuh oleh sekelompok mahasiswa yg sedang bergitar ria di sudut lain taman yg tak lain adalah anggota ukm seni yg pernah diketuai Topan.
"uler kecil aja takutnya udah kaya liat malaikat maut, nih camera lo. Ujar topan kepada salah seorang gadis tadi.
"ih kecil juga berbisa kali kak, wajar lah kita takut. Salah satu gadis.
"ia kak, kalau kita dipatok terus lumpuh gimana? Lagian jahat banget kali tuh uler gangguin orang lagi foto. Gadis satunya menambahkan.
"hahahaa ada ada aja lorang, mana mungkin uler kayagitu bisa buat lumpuh, cuma uler kadut doang kok, nggk begitu bahaya bisanya, cuma gigitanya yg kuat. Topan menjelaskan sekenanya.
"tp tetep aja kak takut, ih sumpah jahat banget itu uler. Makasih ya kak, hampir aja pecah camera gue.
"hahaha iaiaa, enggak lah enggak sepenuhnya jahat juga uler tuh, walaupun dy jahat ngagetin lorang, tp dy baik kpd petani, karena dy makanin hama tikus di sawah" .
Setelah beberapa percakapan kecil yang berujung es teh gratis untuk Topan berkat jasanya terhadap kedua gadis itu, mereka pun berpisah, namun Topan yang pelupa tak sempat bertanya nama dan prodi apa kedua gadis unyu itu, nampaknya mereka mahasiswa baru. Malah justru topan yang banyak mengenalkan identitas dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Jingga
Non-FictionCerita cinta dikala senja, romantis dan indah namun tak diberkahi semesta