"Dia romantis banget hari ini, aku semakin dan semakin takut kehilangan dia, kalau banyak wanita tau tentang dia yang sebenernya, aku yakin bakal banyak wanita diluar sana memperebutkan cintanya. Aku sangat mencintaimu sayang, hari ini, esok dan dihari tua. Telah jatuh hati ini teramat sangat dalam pada jurang asmaramu sayang, entah kenapa hilang sudah semua kegundahan diri berganti kebahagiaan saat bersamamu. Aku sangat bahagia bersamamu. Kamu terhebat sayang, mampu menghapus duka yang telah lama kuasai diriku. Bersamamu aku bahagia.... I love you my sweetheart, Azwar Mustofan. ...*
Jari telujuk, jempol, dan jari tengah Sasa tiba-tiba terasa pegal saat ia menulis diary sambil tidur malas dikasur, ditemani teh hangat dan roti bakar di meja belajar. Akhirnya Sasa memutuskan menutup buku diarynya setelah dia membaca goresan tinta ungkapan hatinya hari ini.
Dengan mata terpejam, bibir manis Sasa tak hentinya mengulum senyum serta imajinasinya tak kunjung hilang dari bayangan tingkah lakunya bersama kekasih hati setelah hari ini mereka menghabiskan waktu dua belas jam bersama, waktu terlama yang pernah mereka habiskan berdua setelah setahun lebih menjalin asmara.
Sasa mencoba sekuat tenaga mengundang kantuk agar ia bisa terlelap, karena badan cukup lelah hari ini. Namun otak dan hati Sasa enggan bekerjasama, imajinasi Sasa masih terbayang tingkah-tingkah Tofan seharian tadi, seperti saat Tofan bersusah payah sambil memegang tangan Sasa dengan hati-hati saat Sasa kesulitan melewati jalan berbatu licin dan dialiri air, Tofan dengan sabar dan penuh cinta membantu dan mencarikan jalan yang mudah untuk Sasa.
Saat diperjalanan sambil nyanyi-nyanyi meski tak jelas apa yang dinyanyikan, namun itu sangat menghibur ditengah perjalanan yang trik.
Kembali Sasa teringat saat Tofan dengan cekatan merangkai tripod beserta camera, dengan kaos putih oblong dan celana hawai selutut, rambut spike dan brewok tipis, memegang camera serta melihat layar untuk menseting pengaturan agar mendapatkan gambar yang berpadu dengan latar belakang sehingga mendapatkan gambar sempurna, dipergelangan kanan rumbai-rumbai gelang kayu Arab, tali perusik, dll sedangkan dipergelangan kiri Arloji water ressistance nampak serasi menghias tangan Tofan, membuat Tofan terlihat layaknya photograper professional. Sambil berucap "sayangku udah siap di foto?" diiringi senyum menggoda membuat Sasa malu-malu untuk berfose, namun akhirnya Sasa berhasil mengendalikan dirinya dan tetap terlihat pede berpose didepan Tofan meskipun tetap ada sedikit grogi. Ckrek suara rana camera, pacarku emang pinter ya bergaya didepan camera, meskipun enggak cantik tetep aja terlihat cantik banget, celetuk Tofan beberapa saat setelah suara rana. Sumpah kamu cantik banget deh hari ini, coba deh pake ini. Tofan sambil memberikan kain panjang bukan taplak namun bukan juga kerudung, lebih menyerupai selimut tipis. Segera Sasa membentangkan kain menggunakan kedua tanganya diatas kepala, tertiup angin beserta rambut sasa yang terurai dan ckrek kembali beberapa gambar tertangkap camera. Sasa kembali teringat saat ia ingin melihat gambar dirinya di layar camera namun Tofan justru iseng menghalangi sehingga Sasa berputar-putar disamping kanan Tofan sambil menarik pergelangan tanganya, kemudian saat Tofan tiba-tiba mencium pipi kiri Sasa saat dia sedang melihat gambar di layar camera sambil berucap i love you Sasaku cantik, entah kenapa kejadian itu selalu teringat oleh Sasa meskipun Sasa pura-pura marah dan membalas dengan i hate you namun hati kecil Sasa menjawab uuhh i love you too my king.
Pukul 11.00 malam namun Sasa belum juga tidur, dan kembali teringat saat menjelang senja bersama Tofan dibibir pantai antah berantah, Tofan membersihkan pantai kira-kira seluas empat meter persegi, Sasa sedang asyik berselfi ria. Udah dulu foto fotonya sayang, bentar lagi sunset, duduk dulu sini, Tofan memanggil Sasa yg asyik berfoto. Lho kenapa justru udahan kalau sunset tiba, bukannya justru ambil foto biar dapat gambar yang perfect? Sasa memprotes. Berulang kali Sasa memohon kepada Tofan agar ia mengambilkan gambar dengan latar sunset namun Tofan selalu menolak dan mengajak Sasa duduk disampingnya.
Debur ombak berderap, atap bumi mulai berganti warna dari biru menjadi jingga, air laut tak lagi membiru namun juga turut menjingga, ditengah laut nampak bola besar merah jingga dihiasi burung-burung yang memamerkan sayapnya. Tofan dan Sasa duduk setengah tidur berbantal pohon kelapa rapuh dibibir pantai, tangan kiri Sasa digenggam tangan kanan Tofan, tidak erat namun energi yang mengalir sampai ke lubuk hati Sasa melalui pembuluh darah hingga ke seluruh tubuh, Sasa merasa sangat bahagia akibat genggaman itu."Mau tau enggak kenapa aku enggak mau motoin kamu saat senja, bagi aku senja itu terlalu indah untuk difoto, terlalu berharga untuk dilewatkan, dan terlalu langka untuk dinikmati. Jadi kalau justru kita malah asyik berfoto, kita malah kehilangan momen untuk menikmatinya. Tuh lihat senja nya, matahari merendahkan dirinya, sinarnya tak lagi trik, memanjakan mata untuk menikmati keindahan tubuhnya, air laut, pepohonan, pasir, burung-burung itu ikut menikmatinya, dan olehnya alam ini seketika menjadi sangat indah bukan?
Namun keindahan ini hanya beberapa menit saja, tak lebih lima menit dari 1440menit. Ironis bukan? Itulah kenapa aku lebih memilih menikmatinya dan mengabadikan setiap detiknya dihati daripada memfotonya dan mengabadikan di sosmed. Kamu tau enggak senja yang terindah itu justru datang setelah sorenya hujan deras, warna jingganya lebih cerah, bola suryanya lebih bulat, ditambah lagi warna lain efek pelanginya, tetesan air sisa hujan turut memanjakan. Dan yang terpenting menurut aku pelajaran dari senja, seindah apapun senja, pasti akan gelap juga, dan hanya orang-orang yang bersyukur yang dapat memaknainya. Tofan masih menggenggam tangan Sasa, sementara Sasa hanya terpaku mendengar kata-katanya. Tuhan dia ganteng banget, puitis lagi, aku makin cinta dia. Batin Sasa.
Begitulah celoteh-celoteh dari mulut Tofan yang masih terngiang ditelinga Sasa, Sasa pun masih sulit memaknainya, namun ia sangat bahagia mempunyai sosok Tofan dan semakin menaruhkan masa depannya digenggaman Tofan.
Tiba-tiba sebuah pesan masuk "Aku udh drumah syg, have a nice dreams ya. Reply "Ia syg" Sasa membalas pesan dari Tofan.
Akhirnya Sasa tertidur setelah terbayang kisah bahagianya hari ini....
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Jingga
Non-FictionCerita cinta dikala senja, romantis dan indah namun tak diberkahi semesta