part 2

1 0 0
                                    

.
.
.

"Hei, nona manis. Maukah kau ikut denganku ?!"

Terdengar suara dari arah jendela, lelaki? Siapa? Benak Sheira segera menangkupnya, Sheira akan segera menengok ke sumber suara, namun hal itu dengan cepat ia tepis oleh logikanya.

'Bagaimana mungkin ada seseorang ditempat ini selain diriku?' Fikirnya dan langsung menghapus jejak air mata yang tak kunjung mengering itu.

Baru saja ia akan beranjak dari tempat tidurnya untuk mengganti pakaian yang terlihat lusuh, kotor dan beberapa bercak darah yang telah mengering dikain yang beruntungnya pakaian itu berwarna gelap, jadi ia takkan terlalu risih dengan itu.

"Kau menangis nona?!"

Dan belum saja ia beranjak dari tempatnya berbaring, tanpa diminta dan tak pula diinginkan suara itu kembali lagi berdengung keras, namun lembut di telinga Sheira.

Dan lagi-lagi ia menepis pikirannya bahwa ada seorang selain dirinya ditempat ini. Sheira menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha agar dirinya cepat kembali dari fantasi yang mungkin tak dimintainya.

"Kau tak menjawab pertanyaanku! Dan bahkan tak ingin melihatku?!"

Dan seketika suara yang terlontarkan lagi dari mulut seseorang tak diketahuinya untuk yang kesekian kalinya, barulah ia perlahan menengok kearah suara yang sedari tadi mendampinginya dan berusaha menetralkan hati dan pikirannya agar berfikir lebih terang.
.
.

Sheira tak mengedipkan matanya sekalipun, ia masih memandangi makhluk yang sedang duduk santai dijendela kamarnya yang entah suatu keberuntungan atau puncak kesialan, jendela itu berhadapan tepat disamping ranjangnya.

Sekali lagi author tegaskan Sheira masih tak berpaling, tak berkedip dan tak melakukan pergerakan bak patung dengan kondisi yang sangat netral tanpa ekspresi, hanya termangu memandang kearah makhluk yang tak jelas datang dari mana, mau apa, dan apa tujuannya. Didalam pikirnya 'Bagaimana mungkin ada orang yang bisa sampai di pekarangan rumahnya?! Dan bahkan sekarang sedang berada di jendela kamarnya?'

Masih dengan mode memandang orang asing lekat-lekat dan pikiranya masih tersibuki tentang orang yang sedang dilihatnya.

Sedangkan yang dipandang dengan santainya mengibas-kibaskan tangannya pada dirinya berharap angin yang dikeluarkannya dapat memuaskan wajahnya yang memerah akibat pancaran sinar matahari yang mengenainya disepanjang perjalanan yang ia tempuh.

Sesekali ia meniupkan angin dari mulutnya ke atas dibagian rambutnya dengan gerakan tenang dan bahkan sangat rilex, mengingat ia sedari tadi sedang dipandangi oleh gadis mungil cantik nan manis dihadapnya.

Sheira yang sedari tadi memandanginyapun kemudian mengerjap-kerjapkan matanya, alih-alih agar matanya tak kering dan dihinggapi lalat mabur..(ralat : terbang bukan mabur!)

"Sudah puas memandang wajah tampanku ini, my princess ?"
Ucapnya santai kemudian segera beranjak dari jendela.
Sheira yang mendengar pernyataannya itu hanya mengerutkan keningnya heran.

"Mulai sekarang, saya akan mengabdi kepada anda putri." Ucapnya sambil membungkukkan badan didepan Sheira.

Sheira yang mendengar pernyataan itu hanya diam termangu dalam mode bingungnya yang tak kentara.

"Tuan Putri Sheira.. saya sangat yakin anda tak bisu! Jadi, katakan dan tanyakanlah hal yang mengganjal dipikiranmu..!"

"......"

Tak ada respon dari gadis itu.

Merasa sebal dengan gadis tersebut, kemudian lelaki itu melangkahkan kakinya menjauh dari sang gadis yang sedang terbesit oleh pikirannya sendiri.

My Live Is Perfect MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang