3/5

1.9K 435 51
                                    

Setahun. Mereka sudah melewati setahun masa pernikahan mereka. Sihyun masih belum mengandung sama sekali dan Yongguk masih seperti dulu, masih memaksakan kehendaknya pada lelaki yang lebih muda.

Sihyun mencapai pada titik dimana ia bahkan tidak menolak Yongguk, ia lelah. Ia membiarkan suaminya melakukan apapun pada dirinya tanpa memprotes walau sekali, ia sangat lelah. Ia tidak merasakan kehidupan lagi. Bahkan dari penampilannya mampu menunjukkan seberapa benci ia pada posisinya sekarang.

Ia bahkan tidak memberikan reaksi yang berarti saat Yongguk merendahkannya. Ia merasa hatinya tak dapat merasakan apa-apa lagi. Tak ada pula yang dapat memaksa air matanya untuk bergulir keluar lagi. Ia sudah kebal dengan semua hal buruk yang sudah terjadi padanya dan itu membuatnya muak.

Ia sudah tidak menghitung berapa banyak kotak tes kehamilan yang sudah ia buang ke tempat sampah. Saat ia merasa mual, Jisung akan langsung menyuruhnya menggunakan tes itu hanya untuk kembali melihat kegagalan. Ia ketakutan setengah mati setiap melihat hasil yang terpampang pada tes itu, ia kecewa terhadap dirinya sendiri, dan ia bahkan tidak menyadari kalau Yongguk sudah berhenti bersikap kasar padanya. Ia terlalu sibuk membenci dirinya sendiri.

Yongguk sendiri berhenti memperlakukan Sihyun seperti hal yang tidak ada harganya setelah ia tidak dapat menemukan Sihyun di dalam rumah, hari dimana ia mencoba tes kehamilan itu untuk kesekian kalinya dan melihat hasil yang sama.

Panik, ia bergegas keluar, mengabaikan dinginnya angin malam di musim gugur akhir yang berhembus menerpa kulitnya. Ia menemukan Sihyun dudu di kursi yang ada di halte bus terdekat dari rumah mereka, kepalanya tertunduk kebawah, pundaknya bergetar, sesekali terlonjak pelan. Yongguk tidak menyadari ia berjalan mendekati pasangannya hingga ia mendengar beberapa isakan yang tertahan. Lelaki yang lebih muda itu terlihat sangat kecil emakai sweater besarnya dan ringkih pada saat yang bersamaan.

Lelaki yang lebih muda itu bahkan tidak tahu ada orang lain di dekatnya. Yongguk merasakan keinginan yang kuat untuk mendekapnya tetapi ia menggelengkan kepalanya dan berputar, berjalan kembali ke rumah.

Sejak itu, Yongguk berhenti berkata-kata kasar padanya, menyadari bahwa tak hanya ia yang lelah terikat dalam hubungan yang tidak diinginkan ini.

Hubungan yang tidak diinginkan.

Perutnya terasa seperti dicubit saat memikirkan hal itu.

--^^--

"Selamat, Tuan Jin. Kau positif hamil."

Ini seharusnya membuat Yongguk senang seperti apa yang Sihyun rasakan sekarang, tetapi ia berakhir dengan menautkan alisnya. Ia tidak menginginkan ini.

"Yongguk-ssi, aku sudah memutuskan. Setelah aku memberikanmu keturunan, kita akan bercerai"

Ia membenci janin itu.

"..tetapi kehamilannya agak lemah, jadi tolong hindari jatuh, karena ini akan berdampak buruk ke janin"

Jatuh?

Perjalanan ke rumah sangat sunyi. Sihyun secara tidak sadar menaruh tangannya pada perutnya. "Yongguk-ssi, sekarang karena aku sudah mengandung, kau dapat berhenti menyentuhku." Ia memecah keheningan diantara mereka, "dan aku akan mengurus semua surat perceraian setelah aku melewati trimester pertama, saat kemungkinan untuk keguguran mulai turun"

Yongguk hanya mendengus pelan. Ia sangat tidak menyukai ini dan ia heran.

Jadi suatu hari, ia memutuskan untuk bertengkar dengan Sihyun sekali lagi, dan mendorong lelaki yang lebih muda itu dengan kasar hingga terjatuh dan punggungnya terbentur ke dinding, Sihyun mengerang kesakitan, tangannya meremat perutnya, nafasnya terputus-putus.

Perfect Family (KimBros)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang