Tes kehamilan itu menunjukkan hasil negatif, Yongguk memeluknya, mengelus pelan surai hitamnya, "tidak apa-apa, Sihyun. Selalu ada lain kali" ujarnya pelan, hampir berbisik.
Ia daapt merasakan lelaki dipelukannya itu menahan airmatanya, "aku—bisakah kita coba untuk mengadopsi?" tanyanya pelan, nada percaya diri yang biasa ia gunakan hilang, ia terdengar sangat pilu.
"ya, tentu kita bisa."
'Jika itu yang kau inginkan, aku akan melakukan apapun untuk mengabulkannya' Yongguk berjanji
--^^--
Hampir satu tahun. Satu tahun untuk menjadikannya kenyataan. Sepuluh bulan dua minggu mereka menghadapi penolakan untuk mengadopsi anak. Mereka terus mencoba, hingga stampel itu berhenti berwarna merah. Balasan lain datang berbentuk surat. Sihyun tidak merepotkan dirinya untuk membuka surat itu. Ia hanya menaruhnya di meja, melanjutkan untuk memasak makanan, 'waktunya untuk mengirim surat permohonan baru' pikirnya pesimis.
Yongguk kembali ke rumah sore hari, sedikit lebih lambat dibanding biasa karena macet, lehernya terasa kaku. Setelah menaruh sepatunya diatas rak dan jakernya di gantungan, ia berjalan ke ruang tamu lalu mendudukkan dirinya di sofa. Matanya melihat sekeliling ruang tamu, dan berhenti pada amplop putih diatas meja
"Sihyun-ah"
"ya?"
"apa ini?"
"apanya yang apa? Yah, bilang lebih jelas"
"amplop putih diatas meja" tak ada jawaban, "Sihyun-ah, kau baik-baik saja?"
Yongguk yakin ia mendengar bunyi-bunyi lain sebelum Sihyun menjawab, "aku-aku tidak tahu, tukang pos mengantarnya tadi sore." Yongguk menautkan alisnya, "kenapa kau tidak membukanya?"
Sesuatu terasa aneh, "kenapa kau tidak melakukannya?"
"aku-aku tidak punya waktu. Aku sedang memasak"
Yongguk membalik amplop itu, mencari sesuatu yang dapat memberinya secercah informasi dari mana surat ini datang dan akhirnya ia menemukannya, surat ini adalah balasan dari surat permohonan mereka untuk mengadopsi anak, jadi itu mengapa, "kalau begitu, sini, kita akan membacanya bersamar"
"aku harus mempersiapkan meja sekarang, untuk makan malam"
Yongguk membuka surat itu, ia sudah mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk, tetapi stampel berwarna hijau seakan mengintip dari bawah amplop itu, ia membaca surat itu dengan cepat, hanya membaca bagian yang penting.
Nafasnya tercekat, ia tidak dapat mempercayainya. Seakan semua emosi bercampur menjadi satu didalam tubuhnya, jantungnya berdetak dengan cepat, ia benar-benar ingin berteriak sekarang, memberitahu Sihyun, tapi ia berusaha untuk tenang, "kalau begitu nanti kita akan membacanya sebelum makan" walau begitu, ia ttap tidak dapat menyembunyikan senyumnya
--^^--
"ini, bacalah" Yongguk menaruh amplop itu dihadapan Sihyun, yang mendorongnya kembali, "bisakah kita.. makan dulu?" tanyanya dengan suara yang pelan, bahkan tidak menatap suaminya, Yongguk hanya tersenyum, menepuk pelan tangannya.
"setelah makan, kau harus langsung tidur, kita harus mempersiapkan semuanya untuk besok"
Lelaki yang lebih muda itu menatapnya, "Ada apa? Seingatku kita tidak ada rencana apa-apa besok"
"andai saja kau membaca surat itu, kau pasti tahu." goda Yongguk, Sihyun berbohong jika ia bilang ia tidak penasaran dengan isi surat itu tetapi kekhawatirannya jauh lebih besar daripada rasa ingin tahunya dan ia akhirnya hanya menautkan alisnya ke suaminya
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Family (KimBros)
Fanfiction"aku minta maaf jika aku memang tidak sesuai dengan ekspektasimu, Karena aku hanya lelaki yang sangat biasa. Aku tidak mengerti apa yang membuatmu sangat membenciku saat aku hanya ingin menolongmu" "aku tidak pernah membencimu, Sihyun. Tapi saat kau...