4/5

2K 428 44
                                    

Sudah hampir tiga bulan berlalu semenjak kejadian itu terjadi, keadaan Sihyun semakin membaik walaupun ia masih terlalu kurus, terlalu lemah untuk dikatakan 'baik-baik saja'. Yongguk menyanggupi kata-katanya, ia menemani Sihyun kemanapun ia pergi, membuatkan sarapan untuknya dengan bantuan Jisung.

Ia akhirnya mengetahui bahwa Sihyun tidak dapat makan seorang diri. Jadi, setiap hari, ia akan menjemput Sihyun dari rumah dan makan siang bersamanya ditempat lain. Ia bahkan sering membakar jarinya saat membuatkan roti panggang untuk sarapan, tetapi selama lelaki yang lebih muda memakannya, tidak apa-apa.

Berat badan Sihyun perlahan kembali normal, dan ia mulai sering tersenyum. Saat Sihyun tersenyum karenanya, dapat membuat hatinya seakan meletup bahagia. Ia bersumpah akan membuat itu menjadi permanen.

Ini adalah hari biasa dalam rutinitas mereka, saat mereka berjalan menuju stand es krim yang baru buka disebelah restoran yang mereka tadi datangi untuk makan siang, seseorang menabrak Sihyun, yang secara reflex langsung menangkap tubuh kecil itu, balita itu mengadah keatas, matanya terlihat seperti bulan sabit saat ia tersenyum lebar.

"hei, adik. Apa kau baik-baik saja?" Tanya Sihyun padanya sambil tersenyum lembut. Anak itu mengangguk, "baik!" ia menjawab

"apa kau sendiri? Dimana ibumu?"

"disana" ia menunjuk kearah bangku dekat tiang lampu, "mama, cibuk."

"oh begitu? Siapa namamu?"

"Seonho! Nama Seonho!"

"nah, Seonho, bagaimana kalau kau kembali ke ibumu? Ia akan khawatir kalau kau tidak ada disana"

"mama, cedih?" Sihyun mengeluarkan ekspresinya yang membuat anak kecil itu percaya ucapannya, sementara Yongguk berdiri disebelahnya, memperhatikan interaksi mereka berdua dengan kaku. Ia tidak berani menyentuh anak kecil itu, dia terlihat sangat kecil dan ia takut akan mematahkan tulangnya jika menyentuhnya.

Ia terus memperhatikan bagaimana mata Sihyun bergelimang bahagia saat bertemu anak-anak, lelaki yang lebih muda itu memang sangat ingin mempunyai anak sendiri,

Dan ia membunuh bayinya.

Apa keputusannya tepat? Haruskah ia mencoba hingga Sihyun memaafkannya? Atau membiarkannya pergi? Ia seorang pembunuh, Sihyun seharusnya dapat bersama orang yang lebih baik darinya

Pikirannya terputus saat ia merasa ada seseorang menarik jasnya, "kenapa kau melamun?" Tanya lelaki yang lebih muda khawatir.

"tidak, tidak ada apa-apa."

--^^--

Sesaat setelah Sihyun merasa hubungan mereka sudah mulai membaik, Yongguk mulai menjauhinya lagi. Tidak ada yang tahu sebabnya mengapa.

Suatu malam, saat Sihyun ingin mengambil segelas air, ia melihat Yongguk tertidur di sofa, masih dengan mengenakan setelan jasnya lengkap. Ia terlihat sangat lelah, jadi lelaki yang lebih muda itu kembali masuk ke kamar, hanya untuk mengambil selimut dan menyelimuti Yongguk.

Yongguk bersikap seperti dulu, pulang terlambat. Mereka bahkan tidak berbicara banyak kecuali menyapa satu sama lain. Sihyun mencoba untuk mengabaikan keadaan itu.

Hingga sebuah map di taruh tepat di hadapannya, "tolong tanda tangani ini" Yongguk berkata. Sihyun menautkan alisnya saat membuka map itu.

"perceraian?"

Yongguk menunduk, menjauhi mata Sihyun, "ya"

"Kenapa?"

Tak ada jawaban.

Perfect Family (KimBros)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang