3. Clueless

351 36 3
                                    

Seorang pria dengan jaket kulit hitam sedang duduk menatap sebuah foto ditangan kanannya. Cahaya temaram yang menerangi pria tersebut seakan mengatakan kalau kau harus segera pergi jika bertemu dengan pria ini. Pria itu kini tersenyum sinis. Senyuman menakutkan yang tersemat di wajah tampan miliknya benar-benar membuat merinding. Pria itu duduk di atas motor Harleynya tepat disudut tergelap gang tempat-nya dan teman-teman gengnya biasa berkumpul.

Seorang gadis tengah berdiri disamping motornya sambil tersenyum pongah. Hatinya benar-benar merasa puas atas tindakan yang barusaja dilakukannya. Gadis yang tidak lain dan tidak bukan adalah Soora. Dia barusaja menyerahkan sebuah foto kepada pria pemilik rambut hitam itu.

"Jadi... Jungkook akan datang jika aku memiliki gadis ini?" Tanya si pria misterius itu kepada Soora.

Soora menganggukan kepalanya.

...

Jalanan komplek perumahan Jiwon selalu sepi jika malam hari dan hari ini Jiwon tak mendapat tumpangan dari Jungkook yang selalu setia mengantarnya, tidak setelah mereka barusaja bertengkar di parkiran sekolah tadi sore. Jiwon hanya berjalan santai sambil sesekali menatap langit malam yang sepi tanpa bintang. Cuaca malam ini begitu dingin. Jalanan komplek yang sepi membuat suasana terasa sedikit mencekam, tapi Jiwon bukanlah gadis penakut. Jika dia berbalik, dia tak akan pernah sampai kerumahnya. Jauh sebelum Jungkook mulai perduli kepadanya, berjalan dikomplek perumahannya yang sepi adalah hal yang sudah biasa gadis itu lakukan.

Dari kejauhan, sekelompok pria bermotor Harley hitam mengamati Jiwon dengan seksama.

"Kurasa dia adalah orangnya" ucap seorang pria kepada temannya.

Kemudian pria itu mengambil sebuah kertas dari saku jaket kulitnya. Sebuah seringaian menakutkan tiba-tiba ia sematkan dibibir maroonnya. Merasa sedikit senang karena Jiwon adalah orang yang mereka cari.

...

Jungkook menatap langit-langit kamarnya. Dia kembali teringat dengan kata-kata kasarnya kepada Jiwon tadi sore. Tak disangka kalau sifat pemberontakan yang ditujukan kepada ayahnya malah berimbas pada dirinya sendiri.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Emm... aku hanya ingin bilang sesuatu" ucap Shinhye yang memasukan kepalanya dari balik pintu.

"Apa?" Ucap Jungkook sembari duduk dari baringnya.

"Kau... hanya salah cara dalam menunjukkan perasaanmu. Itulah kenapa Jiwon tak menyadarinya. Bagimu tindakanmu sudah benar, tapi dimata Jiwon belum tentu benar. Kau hanya harus lebih memahami-nya." Ucap Shinhye panjang lebar. Sedangkan Jungkook hanya terdiam.

...

"Apa kau akan membunuhku" Jiwon mengatakan itu tanpa ketakutan sedikit pun. Matanya secara terang-terangan menatap pria dengan wajah tajam dan datar itu.

Lama. Pria itu diam menatap Jiwon yang kini terikat erat disebuah kursi kayu di bawah penerangan cahaya yang temaram.

"Hahaha..." pria itu tertawa sekenanya. Merasa terhibur dengan apa yang barusaja Jiwon katakan. "Apa kematian menakutimu?" Tanya pria itu sambil menyematkan seringaian misterius yang terlihat khas saat tersemat dibibir maroonnya yang tidak terlalu berisi.

"Tidak sama sekali" sekali lagi pria itu tertawa. Kali ini tawa yang cukup lama. Pria itu merasa terpacu dan tertantang untuk meladeni sikap Jiwon yang menurut-nya tak biasa. Bagaimana tidak, baru kali ini seseorang yang berhadapan dengannya bertindak berani dan bahkan tidak gemetar sedikit pun. "Apa tertawa adalah satu-satunya hal yang bisa kau lakukan?" Kini pria itu terdiam. Senyum di bibirnya hilang tergantikan dengan raut wajah datarnya yang kini terlihat serius sekaligus menakutkan.

Pria itu kini berjalan mendekati Jiwon dan meraih wajahnya. Membuat Jiwon mengangkat dagunya dengan paksa karena pria itu menekan-nya keatas. "Jika nanti aku sudah tak memerlukanmu, mungkin aku akan mempertimbangkan apa yang pertama kau tanyakan tadi" kali ini Jiwon yang tertawa. Merasa geli dengan apa yang barusaja didengarnya.

"Jika uang yang kau inginkan. Maaf saja. Aku bukan anak orang kaya."

"Bukan. Aku hanya perlu seseorang untuk menyelamatkanmu" pria itu kini melepaskan tangannya dari dagu Jiwon.

Jiwon tersenyum sekenanya. "Siapa kiranya orang bodoh yang akan menyelamatkanku?"

"Jungkook?" Ucap pria itu santai seolah bertanya sambil mengangkat kedua alisnya. Perkataannya itu sukses membuat senyuman sarkatis Jiwon luntur. Wajahnya kini tampak terkejut.

"Jangan terlalu banyak berharap. Bagi-nya aku ini hanya barang yang kapan saja bisa dibuang. Jika ingin mengancamnya, setidaknya kau harus menculik Shinhye yang ada hubungan darah dengannya"

Pria itu menggeleng. "No.no.no. Shinhye bukanlah target yang mudah"

"Kalau begitu kau hanya membuang waktumu pada orang yang salah. Jungkook tidak akan datang meski kau membunuhku sekalipun"

"Perlukah kita buktikan" pria itu dengan santai meraih ponselnya dari atas meja. Menelpon Jungkook dan menekan tombol Loudspeaker di layar ponselnya.

'Halo...?' Jiwon tertegun saat mendengar suara Jungkook dari sambungan ponsel.

"Ku beri kau waktu 24 jam untuk menemukan tempat ini. Aku ingin kau datang sendiri. Jika dalam 24 jam kau tidak datang, Kurasa nona cantik ini akan terluka"

"Jungkook-ah..." pria itu pun memutuskan sambungan telponnya tepat setelah Jiwon yang secara tidak sadar memanggil nama Jungkook.

...

Jungkook terdiam menatap layar ponselnya. Suara misterus yang khas itu berhasil mengganggu pikirannya, terlebih lagi setelah dia mendengar suara Jiwon yang memanggil namanya.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Bunyi yang menandakan kalau ada pesan masuk. Jungkook membuka pesan itu. Sebuah foto yang cukup membuat Jungkook terhenyak. Foto Jiwon yang diikat di sebuah kursi.

"Chang Wook" ucap Jungkook dengan nada berapi-api.

Tebakan Jungkook seratus persen benar. Hanya Chang Wook yang memilik gimik suara seperti tadi. Jungkook langsung mengenalinya, karena hanya Chang Wook yang akan mengancamnya seperti itu. Jungkook tak pernah terpengaruh dengan perkataan Chang Wook. Tapi kali ini sepertinya Chang Wook memakai metode yang berbeda. Menggunakan alat untuk memancing Jungkook.

Jungkook meraih jaket kulit hitamnya dan langsung berjalan menuju garasi tempat motor Harley hitamnya berada. Tak perlu waktu 24 jam. Jungkook tau betul dimana seluk beluk markas Chang Wook dan geng-nya berada.

Setelah beberapa menit Jungkook pun sampai didepan sebuah gudang yang terlihat tak terurus. Dia pun berjalan masuk dengan tergesa-gesa.

"JIWON" teriak Jungkook sambil membanting pintu gudang tersebut.

"Jungkook" Jiwon ingin berteriak, tapi Chang Wook membungkam mulut-nya.

Jungkook bagaikan orang gila mengelilingi setiap sudut markas Chang Wook, tapi nihil. Tak ada siapapun disana.

"JIWON" teriak Jungkook sekencang-kencangnya. Berharap Jiwon akan mendengarnya dan memberitahu dimana keberadaan-nya sekarang.

"Ssttt" bisik Chang Wook yang masih membungkam erat mulut Jiwon.

Jiwon dapat mendengar teriakan membabi-buta Jungkook, tapi dia tak dapat membalasnya.

"Chang Wook sialan. Aku akan membunuhnya" Jungkook mengacak-acak rambutnya frustasi. Kakinya terasa lemas. Kini dia terduduk di ruangan gudang yang sunyi dan sepi.

High School RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang