6.Under The Roof

175 22 2
                                    

Brakkk.... Jiwon menabrak seseorang saat berbelok.

"Jungkook?" Jiwon menatap Jungkook penuh harap. "syukurlah... Ada seseorang yang..." Jiwon mencoba menenangkan nafasnya dan mencoba untuk menjelaskan. "mengikutiku kurasa. Syukurlah kau ada disini. Aku benar-benar takut dan..."

"aku tau" potong Jungkook dengan ekspresi dingin. Menatap mata Jiwon yang terkejut.

"kau..." Jiwon benar-benar tak dapat melanjutkan perkataannya saat menatap raut wajah Jungkook yang tidak terbaca, bagaimana tidak, Jungkook benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda sekarang. "kau adalah orang yang mengikutiku" Jiwon secara refleks melangkah mundur.

Andai kalian dapat melihatnya, tatapan dan raut wajah Jungkook kini tampak menakutkan. Seperti seorang psikopat yang baru saja menangkap mangsanya.

Jungkook menyeringai. Mendekati Jiwon yang melangkah mundur secara perlahan. Mengambil sejumput rambut Jiwon dan meletakannya di balik daun telinga Jiwon sambil menatapnya dengan tatapan layaknya orang yang mendamba.

"apa yang kau ingin kan?" entahlah, tiba-tiba saja pertanyaan tidak masuk akal itu keluar begitu saja dari mulut Jiwon yang tampak bergetar. Bukan hanya mulutnya, tapi badannya juga bergetar hebat. Takut. Itu yang Jiwon rasakan saat ini. Bagaimana tidak, dalam suasana yang begitu mencekam di malam yang sepi ini, Jungkook menatapnya dengan ekspresi layaknya seseorang yang tidak waras. Sulit menjelaskan bagaimana ekspresi dan raut wajah Jungkook saat ini. Tapi ketahuilah satu hal, andai kalian dapat melihatnya, pasti kalian akan berkata ini adalah saat dimana aku akan menghembuskan nafasku untuk yang terakhir kalinya.

"kurasa aku... Harus... Pergi" ucap Jiwon sedikit ragu.

Barusaja Jiwon ingin melangkahkan kakinya, tapi Jungkook menahan tangannya. "jangan pergi! " Jiwon menepis tangan Jungkook yang menahan lengannya.

Saat itu Jungkook dapat merasakan tatapan penuh kengerian dari balik mata Jiwon. Dia tidak ingin membuat gadis itu ketakutan, tapi dengan cara yang Jungkook pakai tentu saja siapapun akan merasa takut dan terintimidasi.

Kumohon jangan menatapku seperti itu,  Jiwon-ah. Monster didalam diriku tidak menyukainya

"ku... Ku rasa... Kau harus pergi" Jiwon terbata-bata sementara kakinya melangkah mundur menjaga jarak seolah-olah mengambil ancang-ancang untuk segera berlari meninggalkan Jungkook

Chaebal... Jangan lari... Sikapmu Membuatku tidak dapat lagi untuk menahannya.

1...2...3
Kalian mungkin tidak ingin tau bagaimana dan apa yang selanjutnya menimpa Jiwon. Tapi aku akan memberi sedikit gambarannya

...

Malam ini nampak lebih mengerikan daripada malam-malam sunyi lainnya. Monster yang telah lama bersembunyi dibalik kepala Jungkook kini mulai berontak dan ikut mengambil bagian.

Jungkook mengandarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Melewati jalan aspal yang mulus dan deretan pepohonan yang nampak menakutkan di malam hari. Jalanan itu benar-benar sepi tak ada seorang pun yang melewatinya kecuali Jungkook.  Aku bahkan ragu akan menemukan tanda-tanda kehidupan di sekitar sana.

Dengan perasaan antusiasnya Jungkook tersenyum kecil di balik rasa senang yang amat sangat menggebu yang kini tengah ia rasakan. Jungkook pun menghentikan mobilnya tepat disebuah rumah kecil dengan penerangan minim disekitarnya, bagaimana tidak, rumah kecil itu di kelilingi pepohonan rindang atau lebih tepatnya hutan belantara. Tidak ada tanda-tanda kehidupan disekitar rumah tersebut, intinya orang gila mana yang akan membangun sebuah rumah di padang hutan, kecuali dia adalah seorang psikopat gila yang ingin menyekap orang yang akan di bunuhnya. Wait, tentu saja.

Jungkook membuka pintu belakang tempat dimana para penumpang mobil biasa duduk. Disana terbaring seorang gadis masih lengkap dengan pakaian sekolahnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Jiwon. Jungkook mengangkatnya secara perlahan dan hati-hati seolah Jiwon adalah barang yang rentan rapuh jika sedikit saja kau melakukan kesalahan.

Dengan tangan yang masih sibuk menggendong Jiwon dengan gaya bride style, Jungkook memasukan kode pintu rumah tersebut. Yups, no more keys, meski rumah tersebut berada ditengah hutan belantara, di zaman yang sudah modern seperti sekarang ini hampir semua pintu rumah memakai kode bukan kunci lagi.

Masih dengan tangan yang setia menggendong Jiwon, Jungkook pun berhenti tepat di depan sebuah lukisan galaxy dengan tema hijau keunguan yang indah. Besar lukisan yang bersandar di dinding itu seukuran pintu. Jungkook kemudian meletakan Jiwon yang masih tidak sadarkan diri di sofa, untuk kemudian memindahkan lukisan galaxy tadi ke lain tempat and there you are ada sebuah pintu rahasia rupanya di balik lukisan tersebut.

Jungkook membuka pintu itu dan kembali menggendong Jiwon lalu membawa nya masuk kedalam ruangan tersebut. Jungkook kemudian meletakkan Jiwon di satu-satunya ranjang yang berada di ruangan tersebut. Setelah meletakkan Jiwon dipembaringan Jungkook menghela nafas lega, seolah kekhawatirannya selama ini terbayarkan sudah.

Sambil merapikan rambut Jiwon yang sedikit berantakan Jungkook berucap "mungkin dengan cara ini aku bisa sedikit merasa tenang" Jungkook menatap nanar Jiwon yang tengah berbaring. Tatapan itu tak lagi terasa ngeri dan menyeramkan. Tatapan hangat itu seolah berkata 'kapan drama ini akan berakhir'.

Malam itu sinar rembulan benar-benar terang bak matahari yang menyinari malam dan nampak seorang pria dengan perawakan tinggi dan gagah keluar dari mobil yang barusaja di kendarai nya. Dia berdiri tepat didepan pintu berbahan stainless yang baru saja Jungkook masuki saat membawa Jiwon tadi.

...

"kau sudah memasuki fase yang ke-dua. Fase dimana hormon mu sudah tidak dapat menahannya lagi saat melihat wanita itu." ucap pria itu yang tidak lain dan tidak bukan adalah ayah Jungkook.

Jika kalian bisa melihat wajah dan penampakan ayah Jungkook, mungkin kalian akan sangat terkejut. Bagaimana mungkin dengan wajah yang masih sangat muda begitu sudah memiliki anak dengan umur 20 tahun. Meskipun sebenarnya umur Jungkook sudah tak semuda itu. Yups, mereka memalsukannya. Umur Jungkook yang sebenarnya adalah 30 tahun. Tapi wajahnya memang berbanding terbalik dengan umurnya. Karena mereka bukan orang biasa pada umumnya. Mereka berbeda.

Hyun Bin sebut saja begitu. Itu adalah panggilan Jungkook kepada ayahnya yang basiclly sudah berumur 87 tahun dan masih terlihat seperti 35 tahun. Terlalu banyak cerita yang masih sangat jauh untuk di bahas dan aku akan memulainya dari saat pertama kali Jiwon memasuki sekolah dan bertemu Jungkook.

Hyun adalah seorang scientist atau lebih tepatnya Ilmuwan. Tapi Ilmuwan di Zaman Jiwon ini benar-benar berbeda. Mereka sudah memasuki Zaman yang sangat canggih dan modern.

Aku pernah bilangkan kalau ayah Jungkook adalah direktur sekolah atau lebih tepatnya pemilik sekolah tempat Jiwon sekarang bersekolah. Dan sekolah yang Jiwon masuki bukanlah sekolah biasa. Sekolah itu adalah sekolah yang mempelajari sains murni. The Scientist School. Untuk memasuki sekolah tersebut kalian harus berumur minimal 19 tahun yups. Sekolah khusus buat kalian yang sangat menyukai percobaan tentang sains. Ingat, aku sudah pernah bilang kalau sekolah tersebut bukanlah sekolah biasa.

...

Jungkook mengernyitkan dahinya dan tersenyum kecut. " Joon sialan..." Jungkook memandang cahaya rembulan dari jendela tempatnya berdiri sekarang. "...haruskah menunggu sampai Jiwon berumur 21 tahun untuk mendapatkan vaksinnya?".

Hyun menatap tajam kearah Jungkook yang masih memandangi cahaya rembulan dari balik jendela rumahnya. " inang yang Joon ciptakan yang melekat ditubuhmu bukan lah inang biasa. Inang itu seperti virus yang akan terus berkembang." Hyun memasang kembali sarung tangan kulitnya bersiap untuk pergi. "bersyukurlah Joon membunuhmu secara perlahan tapi juga memberikanmu seorang penawar. Hahaha" ucap Hyun sambil melangkah pergi sambil tertawa bak seorang penjahat seperti di film-film.

To be Continue

High School RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang