"Setelah kepergian itu, masih mampukah kau menatapku?
Setelah meninggalkanku, masih sanggupkah kau melihatku?"Hujan masih setia menyelimuti kota Seoul. Seolah tau bahwa aku tak ingin beranjak dari tempat tidurku. Ini adalah kali keempatku berpindah negara selama kurang lebih 5 tahun. Namun kali ini, aku kembali ke negara asal ayahku, Korea.
Aku pernah tinggal di Seoul sekitar 5 tahun yang lalu. Lalu ayah tiriku mengajakku kembali ke Indonesia untuk melupakan kenangan buruk yang menimpaku. Beberapa bulan setelahnya, ayah mengajak kami tinggal di Jepang, karna urusan bisnis. Aku juga sempat bekerja paruh waktu selama satu tahun disana.
Setahun kemudian, kami pindah lagi ke Singapore dengan alasan yang sama. Kami tinggal selama kurang lebih 4 tahun lamanya. Hingga aku dapat menyelesaikan study S1 ku di Singapore.
Terakhir, aku mengatakan bahwa aku ingin malanjutkan study S2 ku di Korea. Aku mendaftar sebagai mahasiswi di Seoul National Arts University.
Saat ini, usiaku menginjak 22 tahun, kurasa aku sudah siap menghadapi kenyataan yang ada. Kembali bergelut dengan masa laluku yang pahit. Karna disinilah awal mula kenangan pahit tercipta. Kenangan yang menjadi mimpi buruk disetiap tidurku.
Appa kandungku telah pergi 5 tahun yang lalu. Saat itu pula, aku kehilangan seseorang yang sangat berarti bagiku. Aku lebih selalu dekat dengan sosok appa, daripada adikku yang lebih dekat dengan eomma. Saat itu pula, aku benar benar merasa terpuruk. Namun beberapa bulan kemudian, beruntunglah kami- aku, eomma, dan Hyeri, adikku, bertemu dengan teman lama appa. Beliau meminta eomma untuk menikah dengannya.
Beberapa bulan kemudian, eomma menikah dengannya. Eomma tampak bahagia setelahnya. Namun kebahagiaanku tak berlangsung lama.
Siang itu, eomma sedang bersama Hyeri. Dan nasib buruk pun menghampiri mereka berdua. Entah bagaimana ceritanya, eomma dan Hyeri sudah berada dirumah sakit saat aku datang. Eomma meninggal beberapa jam setelah operasi. Sedangkan Hyeri, mengalami cidera yang cukup parah dikedua matanya. Karna cidera itu, matanya tak dapat melihat lagi. Ia butuh donor mata, agar ia dapat melihat lagi.
Sampai saat ini pun aku masih belum mengetahui bagaimana kejadian itu bisa menimpa eomma dan adikku, Hyeri. Ia selalu bungkam jika kutanya bagaimana kronologi kejadiannya. Bahkan pihak kepolisian pun sudah menyerah untuk menyelidiki kasusnya, dan akhirnya appaku meminta agar kasus ini ditutup.
Saat itu memang sedang hujan, jalanan menjadi licin karnanya. Aku yang saat itu sudah membenci hujan pun semakin membencinya.
Basah, lembab, dingin, gelap, suara gemuruh petir yang saling bersautan, dan kilatan kilatan cahaya yang menyeramkan. Membuatku membencinya. Ditambah lagi dengan kecelakaan yang menimpa Hyeri dan eomma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pitch 🎵 [COMPLETED]
Short Story(Re-Upload) "Hidup itu, seperti piano. Hitam dan putih. Jika dimainkan, akan menjadi melodi yang indah." -Chanyeol-