Con Dolore : Dengan sedih
'Aku yang sekian lama merindukanmu, dan ternyata rindumu bukan aku'
-Park Ara-
"Kudengar kau pandai bermain piano?" Tanya Chanyeol tanpa menoleh kearahku. Ia terlihat asik dengan pianonya.
"A.. Ani.. Siapa bilang?" Sergahku.
"Duduklah.. Aku membutuhkan satu orang pianis disampingku." Ucapnya dengan menoleh kearahku. Namun sedetik kemudian, ia memalingkan wajahnya kearah piano hitam yang ada disebelahnya.
"A.. Aku tak bisa." Tolakku lagi.
"Mainkan saja. Jika tak bisa akan aku ajari. Aku butuh partner untuk mendampingiku."
Akhirnya, dengan ragu aku duduk disampingnya. Aku tak yakin masih bisa memainkannya.
Aku hanya mengikuti apa yang dia katakan. Sejujurnya aku sudah berhenti bermain piano semenjak tragedi itu. Tragedi yang merenggut nyawa eomma, dan membuat Hyeri menjadi buta. Semenjak itu, tidak ada lagi alunan piano dirumahku.
"Con Espressio." Ucapnya dengan datar.
Aku memegang tuts piano dengan ragu. Tanganku bergetar hebat, dan dadaku bergemuruh. Kurasakan mataku mulai berkaca kaca. Aku tak bisa.
Aku menarik kembali tanganku.
"Mian.. Aku tak bisa melakukannya." Kataku kemudian. Lalu aku bangkit dari kursiku dan berniat untuk kabur sejauh mungkin. Tapi kurasa ada tangan yang mencegahku. Dia memegang pergelangan tanganku.
"Jebal.. Bantu aku.." Ucapnya dengan memohon.
Aku menoleh kearahnya. Tanpa sengaja aku melihat matanya. Sorot matanya yang seperti itu yang sangat aku rindukan.
Oh Tuhan.. Jangan runtuhkan pertahananku. Kuatkan aku.
Aku ingin memeluknya. Mendekapnya.
Aku merindukannya.
Dan ternyata aku masih mencintainya."Jebal.." Dia memohon lagi padaku. Tapi dengan suara yang sangat lirih. Nyaris tak terdengar.
"Ayolah Ara-ssi.. Bantu saja diaa.." Ucap pria berwajah cantik itu.
"Eung.. Jarang jarang ia memohon seperti itu.. Apalagi dengan orang yang baru saja ia kenal." Sambung si hitam pesek.
Aku masih diam. Kemudian aku menoleh kearah Kyungsoo yang membenarkan kata kata mereka. Dia mengangguk, seolah menginginkanku untuk membantunya.
Sejujurnya, aku bimbang. Aku takut kembali mencintainya. Aku takut menjadi serakah ketika aku memikirkannya. Aku takut...
Hhhh~ ku hempaskan nafas beratku dan berfikir, haruskah aku membantunya? Dengan melukaiku, contohnya? Karna dengan membantunya, itu berarti aku harus siap kembali ke masa itu.
Dan akhirnya, dengan seribu pertimbangan di fikiranku, aku pun luluh. Aku kembali duduk disampingnya. Tanganku mulai meraba raba tuts piano itu dengan hati hati. Aku pejamkan mataku sejenak. Menarik nafas, dan menghembuskannya perlahan. Aku lakukan berulang kali agar hatiku merasa tenang. Setelah cukup tenang. Aku mulai menekan satu tuts, dan jantungku sudah berdegup sangat kencang.
*dengarkan River Flows in You - Yiruma*
*Lihat videonya di @flyingcat_xo*
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pitch 🎵 [COMPLETED]
Short Story(Re-Upload) "Hidup itu, seperti piano. Hitam dan putih. Jika dimainkan, akan menjadi melodi yang indah." -Chanyeol-