Fermata : Jeda
"Ingatlah bahwa aku mencintaimu, bahkan jika aku tak pernah bisa melihatmu lagi
Aku mencintaimu"- Park Chanyeol -
"Paboyaa!! Bukan seperti itu caranya memainkan piano! Gunakan perasaanmu! Ini bukan drum Ara-ssi!!" Bentak Chanyeol karna ia lelah mengajariku yang tak kunjung bisa bermain piano.Aku menghempaskan nafasku keras keras.
"Jangan bernafas seperti itu didepanku! Aku bahkan tak yakin bahwa kau benar benar anak seorang pianis!" Ucapnya lagi.
"Molla molla!" Kataku kemudian. Aku menyerah dan berniat untuk berdiri. Namun Chanyeol menarik tanganku untuk kembali duduk. Ia menundukkan badannya sedikit agar menyamaiku.
"Kau harus bisa memenangkan kompetisi ini Ara-ssi!" Katanya sambil menekankan ucapannya. Ia menarik bangku agar bisa duduk dihadapanku. Sedangkan aku masih berada didepan pianoku.
"Ahh sepertinya aku ingin menyerah saja." Kataku putus asa sambil mengusap wajahku kasar.
"Aku ingin kau menang.. Agar kau tidak selalu dicurangi adikmu.. Ayolaaaahhh.. Aku lelah mendengar ocehanmu tentang Hyeri setiap saat."
"Ohh jadi seperti itu. Baiklah. Aku tidak akan bercerita apapun lagi padamu!" Umpatku kesal.
"Anii aniii... Bukan begituuuu... Maksudku... Ahh lupakan.. Bagaimana jikaaa..." Chanyeol menggantung kata katanya.
"Mwo mwo mwo?" Tanyaku dengan melipat tangan didada, dan mempoutkan bibirku.
"Aku akan mencium mu jika kau berhasil mengalahkannya.." Ucapnya sambil berbisik ditelingaku.
Ucapannya mampu membuatku membelalakkan mataku lebar lebar. Ayolahhh! Bagaimana tidak, Ia baru saja membahas soal ciuman didepanku!
"Yaaa!! Kau berbicara apa barusan!? Haishhh jinjja! Kau ini benar benarrrr!!" Omelku kepadanya.
Dia hanya meringis dan mendekatkan mukanya lagi padaku.
"Bukankah kau selalu menginginkan bibirku ini? Hmm..??" Ejeknya lagi. Kali ini didepan wajahku.
Aku mendorong bahunya dengan tanganku, berniat menjauhkan diri darinya. Posisi duduk ku yang sangat dekat ini membuat jantungku tak sehat. Jantung ini berdetak tak senormal biasanya. Belum lagi ketika hidungnya menyentuh hidungku. Oh tidak!!
Chanyeol memegang kedua tanganku untuk menghentikan pemberontakanku.
"Lihatlah.. Pipimu memerah.. Ahh semakin imut sajaa.." Ia menggodaku lagi.
Aku diam, sembari mengatur nafasku. Mengatur detak jantungku.
"Bagaimana kalau hadiahnya kuberikan hari ini eoh?" Tanyanya lagi dengan smirknya.
Aku membelalakkan mataku lagi.
"Matamu nyaris keluar." Ucapnya sambil terkekeh. Sekilas kemudian, menyentuh puncak kepalaku. Dan setelah itu.. Ia melepaskan tanganku, lalu bangkit menuju dapur rumahku. Sepertinya ia haus setelah sekian lama menggodaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Pitch 🎵 [COMPLETED]
Short Story(Re-Upload) "Hidup itu, seperti piano. Hitam dan putih. Jika dimainkan, akan menjadi melodi yang indah." -Chanyeol-