"Ra, mau jalan ?" tanya Mina. Tara hanya diam, berdiri di depan mejanya, merapikan bukunya. Sambil berpikir, ada banyak tugas menantinya di rumah.
"Min, besok 5 tugas harus kumpul lho."
"Ya udah lah, Ra. Cuma 5 kok !"
"Kamu udah kerjakan semuanya ?"
"Ya belom lah ! Kamu mengharapkan anak malas seperti aku ngerjain tugas ?
i-m-p-o-s-i-b-e-l !""Ya ampun, Min." keluh Tara. Tara sebenarnya cemas dengan Mina yang malasnya astaga. Bahkan di rapot terakhirnya, hampir semua pelajaran ada angka merahnya. Yang Mina kuasai hanya satu, yaitu sejarah. Tara pun bingung, apa yang menarik dari sejarah ? Sejarah itu membosankan bagi Tara.
"Tapi Ra, kalau kamu bantu aku, mau gak ?" mohon Mina.
"Ya sudah. Akan aku bantu. Tapi jangan semuanya aku kerjakan ya !"
Mina loncat-loncat dengan gembira. Tara memang terlalu baik pada sahabatnya, tapi itulah guna dari seorang sahabat. Mina memeluk Tara dan berteriak terima kasih. Tara dengan pasrah menyerah.
Sampai di rumah, Tara langsung membuka kunci pintunya dan mempersilakan Mina masuk.
Sedih dan marah. Perasaan Mina tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata setelah melihat foto keluarga yang digantung di lorong rumahnya.
Tara merupakan anak bungsu. Kedua orang tuanya cerai 10 tahun yang lalu. Ibunya meninggalkan Tara demi seorang pria kaya raya. Ayahnya meninggal 5 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil, yang membuat Tara mempunyai luka besar di punggungnya. Kakaknya, pergi mencari nafkah dan pulang setiap Tara sudah tidur. Di pagi hari ketika Tara bangun, Tara tidak ingin mengganggu kakaknya yang sedang beristirahat. Karena itulah, Tara jarang sekali berkomunikasi dengan kakaknya.
Tara tidak pernah menceritakan peristiwa ini kepada siapapun, kecuali Mina, sahabatnya dari kecil.
"Min, ngapain kamu disana ? Masuk saja ke kamarku.."
Berjalan menjauhi foto tersebut, Mina masuk ke kamar Tara.
"Ra, kenapa gak tinggal di rumah aku aja ?" sapa Mina, dengan sedikit paksaan.
"Hah ? Maksud kamu apa, Min ? Kenapa aku harus tinggal di rumah kamu ?"
Sebenarnya Mina merasa kasihan dengan Tara, yang bisa dibilang tinggal di rumahnya sendiri. Sudah beberapa kali Mina menawarkan untuk tinggal bersamanya, atau kalau tidak mau Tara bisa membeli apartemen dari bibinya Mina.
"Daripada tinggal sendiri, mendingan tinggal bareng aku aja."
"Mina, kakakku masih sering pulang kok."
"Ya tapi, malam-malam kan ? Waktu kamu mau berangkat sekolah, Kak Rio lagi tidur.."
"Gak apa-apa lah, Min. Asalkan Kak Rio pulang dengan selamat, itu udah cukup."
Mina tidak bisa memaksa kehendak Tara. Itu keputusan Tara. Mina ingat apa yang dirinya katakan kepada Tara, bahwa Mina akan mendukung apapun pilihan Tara.
Dengan berakhirnya perbincangan mereka berdua, akhirnya buku PR dibuka dan dikerjakan sampai selesai.
A/N : HUWAAAA MAAF BANGET AUTHOR BARU SEMPET UPDATE 😭😭😭😭 Apa daya anak SMA bisa mempertemukan dirinya dengan waktu luang :") banyak tugas dan ulangan yang harus dikerjakan, apalagi aku ini ikut organisasi sekolah. Sibuk dan capek sih.. Tapi akhirnya aku sempet juga update part 2. Terus baca dan bersabarlah untuk part 3 ya !!
(maafkan author 😭)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kejar-Kejaran
Short StorySemua aku jalani dengan tidak pasti. Masa depan belum terpandang oleh mata. Jalan mana pun masih takut aku hadapi. Aku Tara, dan inilah kisah hidupku.