Dengan perasaan campur aduk, aku berdiri dan bergegas pergi.
"Maaf"
Satu kata yang membuatku berhenti untuk melangkah meninggalkan tempat tersebut. Semuanya aku rasakan diwaktu yang bersamaan .
Lucu rasanya setelah sekian lama pergi tanpa rasa bersalah sekarang kembali dan mengatakan kata sakral itu dengan mudah.
Marah rasanya hati ini tetap menerima walau akal ku berkata benci.
Kecewa rasanya mengapa baru sekarang dia kembali setelah hati ini mulai tertata.
Dengan sisa tenaga yang ada, aku bergegas pergi tanpa menoleh sedikit pun padanya.
Tapi tiba-tiba sebuah tangan kekar menahan salah satu tanganku.
"Biarkan aku jelaskan semuanya,setelah itu kamu bebas memilih" jelasnya padaku .Aku tampilkan senyuman sinis. Tapi rasa - rasa nya itu pun tak pantas untuk nya.
"Jangan buat segalanya seperti berarti jika ini hanya sebagian kecil drama yang sedang kamu perankan" Jawabku.
Setelah menjawabnya, ku lepaskan cekalannya dan bergegas pergi.
***
Aku lepaskan tas dipunggung dan ku hempaskan tubuhku diatas kasur. Rasanya hari ini jauh lebih melelahkan dari sebelum - sebelumnya .
Sialan
Semuanya berputar begitu saja. Ku pejamkan mata berharap semua hilang begitu saja.
"Eh kampret... Molor aja kek bangke, turun gih dipanggil bunda" Nana adalah Kaka kandungku, beginilah dia. Membuat adik kesayangannya jantungan adalah hobinya .
"Bentaran, mandi dulu" jawabku.
"Yeee.. dipanggil yang kolot ntaran ntaran aja, turun atau Kaka aduin bunda kalo kamu gagal move on nih " teriak nana sambil meninggalkan kamarku.
Aku pun bergegas turun dan menghampiri bunda.
***
" Nad aku mau ke toilet dulu, kalo Pak Eman datang, kamu chat aku yah " Aku berjalan dengan tergesa-gesa, karena ada hal yang memang sudah tidak dapat ditahan lagi.
" Loh... Gaakan aku antar nih? "
" Gausah deh, bye Nadine sayaaang "
Jawabku dan segera keluar kelas.Legaaaa
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan.
Setelah dirasa selesai, aku keluar toilet dan merapikan baju seragam ku yang sedikit berantakan.
Ku langkahkan kakiku untuk kembali ke kelas, takut - takut Pak Eman sudah datang. Bisa gawat jika aku terlambat.
Tunggu ... Rasanya seperti ada yang sedang memperhatikan.
Ku toleh kanan kiri ku ... Tidak ada
Saat ku pandang ke depan tak sengaja mataku bertubrukan dengan mata elang itu.
Astagaaa
Ku pandang lagi kedepan. Mungkin barusan hanya ilusi ku.
Deggg
Semua-nya nyata . Mata elang itu menatapku tajam. Sorot matanya menerobos masuk begitu saja hingga tiba-tiba rasanya semua organ dalam tubuhku berhenti bekerja.