Aku memandang pantulan diriku di cermin. Balutan gaun tanpa lengan dengan panjang selutut kini telah terpasang di tubuhku.
Sedangkan rambutku dibiarkan tergerai menutupi leher jenjangku. Kuintip dari balik tirai, Alfa sedang duduk sambil sibuk memainkan handphonenya.
Aku sama sekali tak berpikir apa yang membuat Alfa senekat itu sampai membawaku ke salon mahal ini. Aku bahkan sempat terkejut saat melihat harga gaun yang kupakai ini. Harganya yang hampir menyamai gaji bulananku.
Meski yah, dia membawaku ke sini juga karena ulahku. Saat dia datang dan melihatku masih memakai baju rumah dan sama sekali belum bersiap-siap, sedangkan Alfa sudah memakai jas dengan rapinya. Laki-laki itu menarikku dengan paksa dan membawaku ke tempat ini.
"Gimana Mbak, udah siap? Saya buka ya tirainya," kata perempuan yang tadi menata rambutku.
Tanpa kujawab, perempuan itu langsung menyibakkan tirai, membuat Alfa yang tadinya sibuk bermain handphone kini memandang ke arahku dengan mata hazelnya.
Aku berdehem, tak mau laki-laki itu memandangku terus.
Alfa hanya tersenyum tipis, kemudian dia berjalan mendekatiku sebelum tiba-tiba dia berbisik lirih di telingaku,
"Kamu cantik."Dengan lembut laki-laki itu mengenggam pergelangan tanganku lalu menarikku agar berjalan di sampingnya hingga kami masuk ke mobil.
Aku masih tak bisa berkata apapun. Sentuhan tangan Alfa di kulitku membuat jantungku entah kenapa tak mau berhenti berdetak. Apalagi ketika rasa hangat seolah menjalar dari sentuhan tangannya.
Ini benar-benar aneh. Selama persahabatanku dengan Alfa selama ini, aku sama sekali tak pernah merasakan seperti ini. Tetapi kenapa sekarang....
Aku segera menggeleng kecil dan menghapus semua pikiran aneh itu.
***
Sesampainya di gedung, aku segera turun dari mobil dan berjalan di samping Alfa. Aku melihat ke pintu masuk ballroom, yang telah dijaga oleh dua orang berjas hitam. Aku tahu, ini acara dimana sebagian besar para tamu undangan adalah orang-orang ternama.
Alfa menunjukkan undangannya pada dua orang berjas itu sebelum masuk. Di dalam, banyak orang sudah berdatangan. Aku mengarahkan pandanganku ke sekeliling. Dari yang kuamati, aku pernah melihat wajah beberapa dari mereka di majalah atau tv. Rata-rata dari mereka memang berasal kalangan elite. Melihatnya saja, mampu membuat aku merasa rendah diri karena bagaimanapun tempat ini bukanlah tempatku.
Hingga seketika, Alfa mengenggam tanganku lembut, "Nggak semua orang yang ada disini kayak pikiranmu , Ki."
Aku memandang Alfa penuh selidik. Memang secepat itu ya pikiranku mudah dibaca?
"Aku kenal kamu dari SD, baca ekspresimu aja nggak sulit buat aku."
"Masalahnya, Al kenapa mesti aku sih yang kamu ajak kesini? Aku nggak kenal siapa-siapa disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah yuk! ✔
Romans[16+] HARAP BIJAKSANA DALAM MEMILIH BACAAN *** "Kita nikah yuk!" Hening. Sebelum.... Suara tawaku pecah menyadari kalimat yang dilontarkan Alfa Nikah?! Oh ya Tuhan, aku bahkan sama sekali tidak pernah sampai berpikir menikah dengan sahabat sendiri...