Kenapa aku terlahir seperti ini? Haruskah aku senang atau menyesal?
~~~~~~~~•••~~~~~~~~
Aku terlahir dengan keadaan tak mempunyai seorang ayah. Aku mempunyai mata yang merah mencolok walau ibuku bermata cokelat. Hidupku biasa saja dirumah, sampai pada umurku 5 tahun aku menghancurkan sebuah balok mainan dengan tanganku sendiri. Bukan dengan sengaja, hanya dengan sentuhan kecil, aku menghancurkannya.
Ibuku bingung dan panik namun berusaha tidak menampakkannya. Maka dari itu, ibu menyuruhku untuk jangan menyentuh apapun dan mengurungku di kamar selama 2 hari. Untuk makan pun, aku harus disuapi oleh ibu. Aku benar - benar disembunyikan olehnya.
.
.
.Setelah 2 hari, aku dikeluarkan dari rumah dan dibiarkan sekolah. Sayangnya, aku tidak bisa menulis ataupun bermain seperti yang lain. Aku masih ingat betul, teman - temanku memanggilku si bodoh bermata merah. Aku ingin sekali menjerit dan menangis seperti kebanyakan anak - anak, jika dihina oleh seumurannya.
Aku juga kasihan pada ibuku yang sering sekali mendapat gossip bahwa aku ini anak ab normal karena hubungan terlarang. Ibuku tidak seperti itu, wahai mulut yang kotor! Beberapa minggu setelah itu, aku diberhentikan dari Taman Kanak Kanak dan mulai belajar otodidak-- bersama ibuku di rumah. Hal tersulit yaitu menulis. Apapun yang berhubungan dengan sentuhan.
.
.
.Kita percepat saja masa kelam itu. Ibuku akhirnya meminta seorang ilmuwan untuk membuat kekuatan penghancurku ini terkendali. Ya, ibuku ingin dia membuat teknologi, sarung tangan anti-rusak di bagian luarnya maupun dalam.
Entahlah. Kurasa ibuku benar - benar menyayangiku. Walau dia tahu aku ini beda dengannya. Aku ini bukan manusia biasa. Aku bisa menghancurkan apapun. Semoga saja teknologi itu segera ada.
*_*_*_·_*_*_*
#Note#
Hola, WDYT?
(Ini prolog?)OIYA, Ini first story. (BODAT GANANYA) Sayangnya, saya tak terlalu pintar dengan mengurus alur dan terkadang pemaksaan.
//dibully//
Next nya kapan y? Gabisa janji y.With Krabby Patty from Spongebob,
~NuruMaru~
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN
FantasyKalau kekuatanku menghancurkan itu merugikan, mengapa itu disebut kekuatan? -Mugi Takamoka By : Nurul Maura Fadhilah