-Part 2 : Fake -

10 5 3
                                    

Kamu suka merah? Aku suka darah<3

***

Ternyata pelakunya adalah Yuumi. Sialan kukira dia adalah pelaku itu. Hampir saja aku membuka sarung tanganku dan meremukkan lehernya.

"Kau mau apa melepas sarung tanganmu?" Selidik Yuumi.

Aku menggeleng cepat. Namun, matanya masih menyelidik.

"Kau tahu? Aku Sedang mencari sesuatu," katanya dengan muka datar.
"Apa?" Tanyaku.
"MANGSA," ucapnya yang membuat perbicangan menjadi sunyi selama beberapa detik.

Entah kenapa perkataannya membuatku takut. Tapi detik selanjutnya dia tertawa. Memecah keheningan dan menepuk bahuku dengan kencang. Dan dia akhirnya mwngatakan alasan sebenarnya. Ternyata dia habis dari toko buku sekitar sini. Apa dia tak takut berjalan sendirian seperti ini?

Akhirnya, aku punya teman untuk pulang. Rasa takutku berkurang saat ada Yuumi menemaniku pulang.

Selama perjalanan ini, pelaku yang 'katanya' meminum darah korban - korbannya, belum kunjung terlihat. Ini sebuah dongeng untuk menakut nakuti anak sekolah, ha? Tidak mungkin. Bukti mayat ada. Tapi mana si pelaku?

Kuperhatikan gerak gerik Yuumi aneh. Dia seperti bukan dia. Maksudku, ini bukan dirinya. Bersifat feminim dan senyam senyum. Dia tak pernah seperti itu. Dia juga terlalu tenang yang biasanya banyak omong jika berada didekatku.

Aku mencoba untuk berpura - pura lengah dan saat waktu yang tepat, mungkin ini benar - benar si pelaku yang menyamar menjadi Yuumi.

"Kenapa bengong?"

Aku tak hiraukan omongannya dan masih bersikap lalai.

"Kau membuatku takut,"

Apa ini bagian dari rencana si pelaku? Pura - pura takut?

"ASTAGA MUGI!? Kau kenapa? SADARLAAH!"

Ucapannya yang histeris membuatku membuang pikiran bahwa dia adalah si pelaku. Aku meminta maaf dan tertawa kecil saat melihat dirinya mengembungkan pipinya.

***

"Oyasum-"
"Bu, aku ingin menanyakan sesuatu,"
"Apa?"
"Aku ini.. manusia?"
"Ya. Kau tahu? Ada beberapa manusia diberi kelebihan. Kau tak usah khawatir. Kau tidak perlu merasa beda, sudah. Oyasumii, Mugi~"
"Oyasumi, ibu,"

Apa 'orang lain' yang punya keistimewaan itu juga manusia? Kenapa orang dewasa suka sekali bilang "jangan khawatir" padahal mereka sendiri sedang bingung?

Walau begitu, orangtua tetap orangtua. Aku menyayangi mereka.

Walaupun aku sudah bersiap untuk tidur. Mataku memaksaku untuk terbuka dan otakku memaksa untuk mengingat kejadian buruk. Sepertinya aku akan mimpi buruk.

***

Aku melihat dua orang dewasa berlari menjauh dari sebuah rumah reyot. Sepertinya mereka pasangan. Seorang pria, yang berada disamping pasangannya, mengangkat salah satu tangan lalu ditarik kembali kebawah. Salah satu tangannya memeluk pasangannya dengan erat.

Wush! Cahaya biru menelan mereka hidup - hidup. Penglihatanku memudar seiring bertambah kencangnya suara angin.

***

KRIING ! KRIIING !

Mimpi. Aku hanya bermimpi. Dan saat terbangun, kulihat seorang pria menatapku dengan tatapan lembut. Dia-- dia siapa?

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang