"Kenapa?" suara tanya tetapi terdengar bukanlah nada bertanya keluar dari bibir cowok datar yang tengah duduk berhadapan dengan sosok gadis cantik.
Meraka Gilang dan Fara.
Haripun sudah semakin gelap, sekarang sudah menunjukkan pukul 20.00 Malam atau pukul 8 pas.
Sejak kejadian tadi sore, Gilang memutuskan mengajak Fara ke sebuah taman yang jaraknya tidak terlalu jauh lebih tepatnya hanya seling beberapa ruko dari ruko yang sempat tadi mereka tempati.
"Ke-kenapa apanya?" tanya balik Fara dengan gelalapan.
Sebisa mungkin Fara tidak bertatapan langsung dengan Gilang.
"Ck! Gue perhatiin, dari masih duduk di ruko sampai pindah tempat lo selalu geleng – geleng kepala gak jelas kayak tadi?" tanya Gilang gemas. Pandangannya masih tidak lepas kearah depan.
"Oh. Gu-gue gapapa kok," jawab Fara santai berusaha biasa – biasa saja.
"Tumben," lanjut Fara memberanikan diri memandang Gilang dengan lekat.
Gilang menolehkan kepalanya menghadap Fara.
"Iya tumben. Tumben lo ngomongnya panjang kali lebar kali tinggi. Biasanya juga cuma seuprit alias pelit suara," jawab Fara lantang.
"Lo, mau tau kenapa?"
"Kenapa?" jawab Fara antusias.
"Karena lo telmi dan lola," kata Gilang tanpa dosa lalu mengalihkan pandangannya kearah depan lagi.
"Lho! Nama gue Fara bukan telmi apalagi Lola," jawab Fara cepat dengan wajah polosnya.
"Gila."
"Kenapa sih kalau ngomong sama Gilang itu gak pernah nyambung."
"Lo yang gak nyambung,"
"Au ah gelap!" desis Fara mendesah panjang mengalihkan pandangannya dari Gilang.
Ternyata sangat sulit jika sedang berdekatan dengan Gilang.
Hati Fara selalu deg-degan belum lagi desiran aneh dihati Fara terus saja terasa.
Fara pun mulai gelisah, degupan jantungnya tidak kunjung berhenti. Cuma hanya jarak berdekatan dengan sosok makhluk es ini membuat Fara seperti terkena serangan jantung.
Fara melirik sekilas kearah Gilang, lalu ia menggeser tubuhnya agar menciptakan jarak yang agak jauh dari posisi Gilang duduk.
Siapa tau desiran itu hilang dengan jarak yang agak berjauhan.
Gilang menoleh kearah Fara, ia memperhatikan gerak – gerik Fara yang menjauh dari posisinya membuat Gilang heran.
Dari sekian triliun perempuan yang berusaha meraih hatinya pasti saja cewek itu berusaha mendekat bahkan lebih dekat dengan Gilang sebut saja mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Namun, kali ini ia menemukan sosok perempuan yang malah menjauh dari posisinya.
Tak di sangka sudut bibir Gilang terangkat walau terlihat samar.
Ide jahil Gilang pun muncul. Ia pun ikut menggeser bokongnya agar lebih dekat dengan Fara.
Fara yang merasakan kalau Gilang memperkecil jaraknya ia pun menggeser bokongnya hingga mentok ke pegangan kursi.
Hingga jarak mereka hanya beberapa centi saja. Dan—
"Ma-mau a-apa lo?" panik Fara dengan suara gugupnya.
Gilang menaikkan satu alisnya dan menampilkan senyum manisnya disertai kedua lesung pipinya membuat Fara terpaku.
Baru kali ini ia melihat betapa manisnya senyuman dari bibir Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVINDRA
Novela JuvenilAku tidak tahu harus memulai darimana. Intinya, tuhan tau seberapa keras seseorang berjuang pasti akan dapat hasil yang memuaskan. Tapi, mengapa aku tidak meraih keberhasilan itu? Don't coppy my story, please!!! p.s : ada beberapa part diprivate ac...