New Love - 02

4.2K 695 71
                                    

Hari kedua dalam satu minggu liburanku, aku mendapatkan pesan masuk dari Reo-sama. Ia mengirimkanku sebuah pesan beserta foto ia dan Aki-sama di London. Mereka berdua tampak begitu bahagia. Melihat mereka bahagia, membuatkku juga merasakan hal yang sama.

Seperti biasa, aku mengawali hariku dengan sarapan. Kemarin untunglah aku pergi membeli bahan makan sehingga pagi ini aku bisa membuat sarapan klasik Jepang. Sup miso, ikan salmon panggang, telur dadar gulung manis, nasi hangat dengan taburan wijen dan tumis labuh. Sejak hidup mandiri, sedikit demi sedikit kemampuan memasakku pun meningkat.

Aku menyatukan kedua tanganku di depan dada, "selamat makan." Dan bergumam pelan pada diriku, lalu mengambil sumpit dan mulai mengaduk sup miso sebelum menyeduhnya. Awalnya aku tidak berminat belajar memasak, namun karena Luca-sama selalu melupakan waktu makan siangnya, aku mulai membuatkan ia bekal makan siang. Tapi kenyataannya, ia tak pernah makan bekalku. Sekarang ini sudah ada Nagisa-sama untuknya dan Nagisa-sama adalah orang yang punya kemampuan masak sangat baik, semua menu dapat ia buat, termasuk makanan kesukaan Luca-sama.

"Haah... kenapa aku harus mengenang sesuatu yang membuatku sakit hati di pagi hari? Lupakan, lupakan. Aku telah berjanji untuk menjaga mereka berdua. Aku mungkin mencintai Luca-sama tapi aku bukanlah yang ia inginkan..." Tanganku berhenti dan perlahan aku menundukkan kepalaku, menatap sarapan pagi yang aku buat.

Kenapa cinta pertamaku muncul untuk orang yang salah...? Mana yang lebih menyakitkan...? Ditolak, atau diam memendam perasaan ini?

Pertama kali aku diantar ayah menemui Luca-sama adalah saat ia dihukum oleh Tuan besar dan ada rencana untuk mengasingkannya ke Jepang supaya Luca-sama dapat menyadari bahwa ia harus tunduk pada keinginan Tuan besar. Tapi yang ada, ia menghamburkan semua uang, ia memberontak dan mencoba untuk kabur.

Aku yang diminta untuk mengawasi Luca-sama waktu itu, mau tidak mau bertanya, mengapa ia melakukan semuanya ini? Bukankah ia seorang pria yang bisa berpikir lebih baik dari yang lainnya, lalu apakan tindakannya masuk akal? Bagaimana pun juga, apa yang ia lakukan benar-benar bodoh. Kemudian Luca-sama menjawab pertanyaanku, ujarnya;

"Karena aku ingin tahu apakah aku sebenarnya manusia yang punya kebebasan atau sebuah boneka tanpa piliihan..." Saat ia mengatakan hal itu, sorot matanya begitu dingin. Dan aku merasa bahwa Luca-sama adalah orang yang kesepian. Sayangnya sebelum aku mengungkapkan perasaanku, jika aku ada untuknya—ia telah menemukan orang lain. Dan mengatakan pada orang itu untuk jatuh cinta padanya.

"Sejak awal aku memang bukanlah jodohnya," ujarku pelan, kembali menyantap sarapanku.

~ ~ ~ ~ ~

Seusai sarapan, aku pergi ke toko bunga untuk membeli buket bunga. Hari ini aku memutuskan untuk mampir ke rumah keluarga Kitazawa, setelah beberapa bulan lalu ibu mengirimkan surat padaku.

Aku memarkirkan mobilku dan berjalan dari lahan parkir ke sebuah toko bunga yang sering mendapat reviews memuaskan di daerah Shibuya—The Little Flower Shop. Miyuki bilang, ia sering memesan karang bunga di sini dan hasilnya sangat memuaskan.

"Selamat datang!" seorang gadis yang manis menyapaku ketika aku menggeser pintu toko dan bermaksud untuk masuk ke dalam.

"Selamat siang," sapaku balik.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah.

"Ya, sebenarnya aku ingin memesan satu buket bunga..." aku memandang ke sekeliling toko dan mencari apakah ada bunga yang pas.

"Jika tidak keberatan," gadis itu mengeluarkan sebuah katalog, "kami punya contoh buket bunga berdasarkan harga." Ia menyodorkan katalog itu padaku. Aku mengucapkan terima kasih dan melihat isi katalog mereka.

NEW HALF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang