"Kitazawa-san...?"
Aku berhenti di hadapan Madam, beberapa senti di hadapannya. Ini pertama kalinya aku melihat wajahnya begitu jelas.
"A-Ada apa?" tanya Madam gugup. Aku sendiri saat ini sama gugupnya—jujur, jantungku berdetak begitu kencang sampai aku tidak bisa konsentrasi dengan apa yang harus aku katakan saat ini.
"Katakan sesuatu! Kau membuatku takut!" ujar Madam sambil menepuk kedua pipiku dan menatapku cemas.
"Ja-jadi...lah... kekasihku..."
"Eh?"
"Jadilah kekasihku." Aku mengulangi kalimatku dengan menatapnya lekat-lekat. Madam sendiri menatapku balik amat terkejut.
"Ahaha~~ kau mabuk pasti~~"
"Aku tidak."
"Kalau be-gi-tu~~ kau pasti sedang melucu!"
"Aku tidak sedang melucu."
Madam segera menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri kemudian mengerutkan keningnya, tampak kesal.
"Ikut aku!" serunya kemudian menarikku pergi bersama dengannya.
Pertama kalinya tanganku digenggam oleh orang lain. Rasanya tidak buruk, aku bisa merasakan kehangatan dari tangan Madam.
Madam membawaku sampai ke sebuah taman yang sepi dan memintaku untuk duduk di bangku taman sementara ia berdiri di depanku, melipat tangannya.
"Oi, apa maksudmu?" tanyanya dengan suara bass lelaki.
"Aku jatuh cinta padamu."
"Kau sudah gila?!"
"Kenapa?"
"Kenapa?! Kau bahkan baru mengenalku tidak lebih dari satu minggu, apa kau serius..?!"
Sekarang , jika ia mengatakan faktanya... ya, aku mungkin gila. Ini tidak masuk akal dan tidak logis. Bagaimana mungkin aku tahu ini cinta atau sekedar perasaan senang karena seseorang ada bersamaku.
Mungkinkah ini efek terlalu lama sendiri...?
"Oi! Lagi-lagi kau kehilangan koneksi kesadaranmu!"
"Aku tahu ini tidak masuk akal tapi aku tidak main-main..." Aku menatap Madam sungguh-sungguh.
"Kau tahu aku ini siapa?" tanya Madam, aku menganggukkan kepalaku. "Kau seorang waria—" Madam menutup mulutku. "Jangan sebut aku waria! Panggil saja seorang Madam pemilik gay bar!" serunya kemudian ia melepaskan tangannya dari mulutku.
"Kau tahu artinya jatuh cinta padaku?"
"Aku tahu."
"........."
"Kau tidak bisa memercayaiku?" tanyaku. Madam menghela napas lalu ia mengambil duduk di sampingku. Melirikku tanpa mengatakan apa-apa beberapa saat.
Aku rasa, aku harus yang mulai lebih dahulu.
"Aku tidak yakin, apakah ini sungguh-sungguh cinta atau bukan... tapi aku ingin kau tahu bahwa aku begitu gelisah, gugup dan bahkan berdebar-debar ketika aku berada bersamamu." Aku membetulkan posisi dudukku lalu menoleh ke arah Madam. "Aku tidak ingin lagi membuat penyesalan," ujarku. "Aku pernah jatuh cinta pada seseorang tapi aku terlalu penakut untuk menyadari perasaan itu dan aku terlalu pengecut untuk mengutarakan perasaan itu... namun kali ini aku tidak ingin terus-menerus merasa seperti itu... Ijinkan aku untuk mencintaimu."
"Kau benar-benar... bodoh... Jun.."
Madam menutup mulutnya dengan kedua tangannya lalu menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEW HALF LOVE
RomanceJun Kitazawa memiliki cinta yang bertepuk sebelah tangan. Selama ia menyimpan perasaan itu, Jun tak pernah bisa bahagia sepenuhnya. Apa yang sebenarnya merupakan kebahagiaan sesungguhnya? Terus mencintai tanpa memiliki, atau membebaskan dirinya untu...