Ting.. Ting... Ting....
Bel pulangan telah berbunyi. Hari ini tidak ada yang menjemputku. Mau tak mau aku harus berjalan kaki saja.
Aku sedang dalam perjalanan, tetapi langkahku terhenti karena mendengar seseorang berucap.
"Laisa, pulang bareng aku aja yah!" ajaknya.
"Nggak, makasih" tolakku.
"Ayolah, daripada kamu jalan kaki, sejauh 2 kilo meter itu!" serunya.Hm, kalo dipikir-pikir. Bener juga kata Sabila.
Eh, tapi aku nggak mau sampai kejadian itu terulang kembali!"Diam, berarti iyakan!" lontaran kata-katanya. Membuatku tersadar.
"Nggak, nanti kamu malah ngulangi kejadian yang lalu!" ucapku terus menolaknya.
"Nggak bakal, cepet naik. Aku nggak bakal ulangin kesalahan fatal-ku itu!"
"Janji yah!" ucapku.
"Janji"Akhirnya aku menaiki motor Sabila. Sudah beberapa menit kami menaiki motor itu. Awalnya Sabila menyetir motor ini dengan perlahan. Tetapi, sekarang Sabila mulai melajukan motornya.
"Sabila, pelan-pelan aja. Kamu kan udah janji!" ucapku takut. Ya aku takut, takut kejadian yang fatal itu terulang kembali.
"Bentar aja kok, cari angin!" ujarnya santai.
"Benar, apa yang udah ku ucapkan waktu itu!"
"Yang mana?" kata Sabila yang tak mengerti atau pura-pura tak mengerti. Entahlah akupun tak tahu."Yang-- awasssss!" ujarku yang tak melanjutkan perkataanku, karena melihat seorang perempuan yang tengah menyebrangi jalan.
"Eh, aaaaa......" Sabila lambat mengeremkan motornya, dan perempuan itu akhirnya tertabrak.Brukkk.
Kami juga terjatuh, tanganku terluka. Entah, apa yang terjadi pada Sabila. Karena aku langsung berdiri walaupun bersusah payah, dan mendekati seseorang yang tertabrak tadi.
"Kak, bangun kak!" ujarku menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Orang-orang yang tadinya sedang nongkrong di warung, akhirnya berkerumunan ditempat kejadian."Eh, dek. Ayok kita bawa ke rumah sakit terdekat!" ujar seorang bapak-bapak.
"Saya ada mobil" sambungnya.
"Hm, b-baik pa" jawabku sedikit gagap.Ya karena hal fatal itu terulang kembali, tetapi sekarang yang menjadi korban bukanlah sahabatku. Aku tak mengenali perempuan yang lebih tua dari ku ini.
------
Kami telah sampai di rumah sakit CITRA beberapa waktu lalu. Dan sekarang aku dan Sabila sedang duduk di bangku yang berada di depan ruang UGD.
Sabila sudah diobati, ia hanya luka ringan sama sepertiku. Ia luka dibagian lututnya.
Terdengar suara langkah kaki, yang sepertinya mengarah kemari. Dengan refleks akupun menolehkan wajahku ke tempat suara itu berasal.
"Ibu, ayah" ucapku. Ya ibu dan ayahku. Aku tadi sempat menelepon mereka menggunakan telepon resepsionis.
"Kamu nggak papakan nak?" ujar ibuku khawatir.
"Iya bu, cuma luka ringan kok!" jawabku yang tak ingin membuatnya begitu khawatir.
"Terus. Teman kamu, Sabila?" tanya ibu.
"Saya baik-baik aja kok!" seru Sabila."Dan mana korban yang tertabrak?" kali ini ayah yang berbicara.
"Masih didalam yah" jawabku sembari sedikit menunjuk ruang UGD.
"Semoga, ia selamat. Aamiin" ucap ayah.
"Aamiin..." ucap kami bersama-sama.Beberapa saat, dokter keluar dari ruang itu.
"Bagaimana dok, keadaannya?" tanya ayah.
"Alhamdulillah, sudah membaik. Ia masih pingsan, ia hanya sedikit terluka dibagian kepala. Tetapi luka itu tidak fatal!" jelas dokter itu sedetailnya."Alhamdulillah" ucap kami bersama-sama. Setelah ayah mengucapkannya lebih dahulu.
Ayah menyuruhku untuk segera pulang, bersama ka Azran.Kak Azran tadi, ditelepon ayah untuk menjemputku disini.
"Ayok dek. Sabila ayok biar saya aja yang ngantar sekalian!" ajak ka Azran.
"Nggak usah kak, saya bisa naik motor sendiri kok!" jawabnya yang menolak secara halus.
"Nggak papa, orang motor kamu juga ada dibengkel kok! Sekalian aja" sekali lagi kak Azran mengajaknya."Em, yaudah. Aku ikut deh!" ucap Sabila menerima ajakan kak Azran.
"Yuk"Aku membopong tubuh Sabila, karena kaki Sabila masih sakit.
Setelah sampai dimobil baru kak Azran, kak Azran yang mengendarai mobil, sedang aku dan Sabila menduduki bangku mobil yang berada di belakang bangku kemudi.
Ya itu mobil baru hadiah dari ayah untuk ulang tahunnya yang ke 24. Kak Azran hanya lulus S1."Sudah sampai" ucap kak Azran setelah sampai dirumah yang bercat hijau, rumah itu hanya berlantai satu tetapi rumah itu lumayan besar. Itu rumah Sabila.
"Makasih ya kak" ucap Sabila.
"Sama-sama. Mau diantari Laisa?"
"Nggak usah kak, aku bisa sendiri kok!" tolaknya.
"Oh yaudah, kalo gitu saya pulang dulu, assalamualaikum.." salam kak Azran.
"Walaikumsalam.."----
Sesampainya di rumah, suasananya sudah malam. Karena rumah Sabila memang jauh dari rumahku.
"Assalamu'alaikum..." ujarku dan kak Azran saat sudah berada didepan pintu masuk.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakhatuh" jawab kak Ifa. Setelah ia membuka pintunya.
"Bagaimana keadaanmu dek?" tanya kak Ifa, saat aku telah duduk di sofa.
"Udah baikan kok, kak!" jawabku.
"Kenapa kok bisa terjadi kayak gitu kejadiannya?" tanya kak Azran."Itu kak...." mulailah aku bercerita dari awal samapai terjadinya kecelakaan.
"Owh, begitu! Berarti tempat, dan kejadiannya sama seperti ia menabrak Zira?" tanya kak Azran kembali.
"Iya kak. Aku kangen Zira!" ucapku yang telah ingin menangis.
"Yang sabar yah dek! Suatu saat pasti Allah akan menyembuhkan penyakit amnesianya Zira!" kata kak Ifa sembari mengelus bahu ku perlahan.
"Iya kak"Ya, waktu itu. Kejadiannya sama, dalangnya juga Sabila dan aku. Hufffth...
Karena kami, Zira sahabat lamaku mengalami kecelakaan dan mengidap penyakit amnesia. Ia melupakanku, melupakan semua kisah pertemanan aku dan dia yang begitu ku kenang."Kalo gitu kamu, tidur aja yah! Istirahat, pasti tangan kamu masih sakit kan?!" ujar kak Azran.
"Iya, kak" jawabku.Setibanya aku di kamar. Aku sholat dulu, walaupun tanganku masih sakit dan pedih saat terkena air. Setelah sholat akupun mengerjakan aktivitas sehari-hari yaitu, menyikat gigiku.
Setelah itu akupun tidur.
------Bersambung------
Assalamu'alaikum...
Readers bosan yah, baca cerita aku yang alay, gk bagus, dan aneh ini.
Maaf yah, saya bingung buat alurnya.
Oh iya, maaf juga bila ada typo bertebaran dimana-mana!🙏Cerita ini lebih terfokus ke teman, tetapi tenang aja. Nanti juga ada tentang cowo.
Vote dan komen jangan lupa yah.
Terima kasih untuk readers.Saya pamit.
Wassalamu'alaikum wr.wb😊See you in next part.😘
KAMU SEDANG MEMBACA
"Teman ??"
No FicciónTeman? Kupikir, Jangan terlalu akrab. Karena aku tidak ingin lagi merasa kecewa! Tetapi, pada akhirnya akupun tersadar. Bahwa aku terlalu egois.