"Langit....kamu tau tidak, kenapa langit dan awan itu warnanya mirip?" Tanya Awan
"Engga...kenapa?"
"Karna tanpa langit, awan tidak bisa ada, dan tanpa awan, langit tidak akan ada indahnya.. mereka saling melengkapi" Awan menatap langit kebiruan
"Oh ya? Maksudmu..seperti kita?" Aku merona.
"Iya!"
***
Akhirnya, kunjunganku ke rumah kak Muthia hanyalah gagal.
Aku sempat makan soto yang lezat bingits di daerah sekitar komplek perumahan Kak Mut
Lalu aku juga membeli dendeng untuk makan malamku.
"Langiitt!!" Suara familiar memenuhi gendang telingaku.
"Apaaa?" Balasku melihat Awan
"Sini!" Awan menepuk nepuk ayunan di sebelahnya.
Aku sudah pulang dan aku sedang berjalan jalan, taunya malah ketemu Awan
"Langit...kamu baik baik aja?" Tanya Awan
"Maksudmu?"
"Kamu itu...seperti boneka porselen yang rapuh"
Aku terdiam
"Aku jadi merasa harus menjagamu" Awan tersenyum sedih.
"Awan...dan langit....itu..." aku terbata
Awan tersenyum
"Ditakdirkan untuk saling melengkapi!"
Aku dan awan melanjutkan kalimat yang terpotong.
"Terima kasih...Awan" aku tersenyum pada Awan
***
Maaf pendek :'(
lagi kepengen nulis aja sih..
Lanjutin cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit
Historia CortaArah hidup Langit yang tak menentu kadang menemukan ujung kisahnya yang sempurna sempurna dalam artian kebahagiaan yang sejati ketika langit dipertemukan oleh Awan