*REFAN’S POV*
Mulai hari ini, aku harus lebih serius untuk mendekati Arin. Aku akan menyiapkan siomay kesukaan Arin dan mulai pendekatan. Kuharap cara ini berhasil. Arin adalah malaikatku, aku harus mendapatkan hatinya. Aku tak peduli, dia kini memiliki orang yang disukai. Selagi mereka belum jadian, aku masih memiliki kesempatan. Saat istirahat aku menemui Arin.
“Refan? Ada apa?” tanya Arin.
“A...a....anu....., aku........., aku ingin jadi temanmu.... Nggak bukan itu, maksudnya aku ingin lebih dekat sama kamu. Bolehkah?” pintaku padanya, sambil menyodorkan siomay yang telah kubeli pada Arin.
Ia terlihat bingung, lalu ia mengambil nafas dan mulai berbicara padaku.
“Aku mengerti, tapi.... aku sudah pernah bilang kan? Kalau aku punya orang lain yang aku sukai. Jadi kurasa pendekatanmu ini sia-sia saja,” ujar Arin.
“Aku tidak peduli!” sahutku.
“Eh?”
“Aku tidak peduli kamu punya orang yang kamu sukai. Aku tidak akan menyerah, aku yakin aku pasti bisa membuatmu berpaling padaku!”
Arin menerima siomay pemberianku sambil menggelengkan kepalanya.
“Entah kamu ini pekerja keras atau keras kepala, tapi.... kurasa tidak masalah kalau hanya berteman. Dan juga..., kamu ini orang yang menarik ya...,” puji Arin.
Aku menyalami tangan Arin.
“Te...terima kasih....”kataku.
Aku serasa ingin lompat kegirangan saking senangnya. Tapi aku tidak boleh melakukannya di sini, bisa malu nanti. Arin melihatku sambil tersenyum geli. Syukurlah dia tidak keberatan berteman denganku. Ini semua juga berkat Gavin, aku harus membalasnya nanti.
*GAVIN’S POV*
Aku duduk di tempat biasa aku menenangkan diriku. Kesepian kembali menyiksaku, di dunia ini aku sudah tak punya siapa-siapa lagi. Bahkan kini Arin sahabatku tidak mau melihat wajahku lagi. Aku benci kesepian, ini menyakitkan dan menyiksa. Pandanganku terhadap dunia, semakin terlihat gelap. Lagi-lagi aku tenggelam dalam perasaanku. Tiba-tiba ada sebungkus sandwich menyentuh pipiku. Aku terkejut dan beranjak dari tempat dudukku.
“Waaah....!” kataku terkejut.
“Apa aku mengejutkanmu? Maaf ya, Vin,” ucap Refan.
“Oh ternyata kamu, Refan...”
Rasa kesepianku tadi berangsur-angsur hilang begitu melihat Refan. Ada perasaan bahagia yang timbul di hatiku saat aku melihat wajahnya. Aku tak lagi merasa kesepian dan sendirian. Refan duduk di sampingku dan tersenyum padaku. Lagi-lagi jantungku berdebar-debar. Perasaan apa ya yang kurasakan ini? Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya.
“Sandwich itu untukmu,” kata Refan.
“Terima kasih...,” ucapku.
“Untuk sandwichnya? Tidak perlu berterima kasih, itu sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah membantuku untuk dekat dengan Arin.”
“Bukan hanya untuk sandwich ini sih, tapi juga... untuk hal lain....”
“Hal lain?”
“Nggak..., nggak...., lupain aja!!”
Aku mulai melahap sandwich pemberian Refan. Ini enak sekali, batinku. Benar-benar membuat perasaanku membaik. Refan memandangi wajahku, wajahnya terlalu dekat!
“Ada saus di bibirmu Gavin, tunggu dulu!” ujar Refan.
Refan mengambil sapu tangan dari sakunya dan mengelap bibirku dengan sapu tangannya. Duh, kenapa perbuatan Refan membuatku jadi tersipu-sipu begini? Detak jantungku semakin bertambah cepat. Sebenarnya aku kenapa sih?
“Nah sudah bersih, makannya pelan-pelan makanya,” pesan Refan.
“I...iya...,” kataku.
“Wajah kamu merah sekali...., apa kamu sakit? Ayo kita ke UKS!”
“Nggak..., aku nggak apa-apa.”
“Beneran nih?”
“Iya bener, tenang aja. Aku baik-baik aja.”
Duh apa wajahku kelihatan sangat memerah? Duh aku malu sekali. Ah, aku benar-benar tidak mengerti diriku ini. Kenapa perasaan aneh ini selalu muncul ketika ada Refan? Ada apa dengan diriku ini?
Bahkan ketika di rumah pun aku jadi sering tidak fokus. Bayangan wajah Refan, senyumannya, tawanya, selalu saja terbayang di otakku. Ada apa dengan diriku ini? Tunggu dulu, gejala ini bukannya sudah tidak asing lagi? Aku sering melihatnya di drama atau film. Apakah ini.... CINTA? Nggak.... nggak... nggak mungkin aku jatuh cinta dengan laki-laki. Ini nggak mungkin!
Tiba-tiba ada yang memencet bel rumahku. Siapa ya yang datang malam-malam begini? Saat kubuka pintu rumahku, ternyata Arin datang sambil membawa bungkusan.
“Vin, maaf ya kemarin-kemarin aku ngambek gak jelas sama kamu. Setelah kupikir-pikir, kamu itu gak salah kok. Aku juga bawain sekotak martabak telor spesial kesukaan kamu,” ucap Arin.
Martabak telor spesial memang makanan kesukaanku. Tumben Arin baik begini saat ingin berdamai denganku. Ah, dasar Arin...
“Nggak apa-apa kok, nggak usah dipikirin. Aku juga minta maaf kalau ada salah sama kamu. Oh iya, masuk aja, Rin! Di luar dingin, mending di dalam sambil makan martabak bareng. Makasih ya udah repot-repot bawain martabak,” ucapku.
“Sama sekali nggak ngerepotin kok,” kata Arin.
Aku mempersilakan Arin memasuki rumahku. Aku menyalakan televisi agar Arin tidak bosan, lalu membawa piring dari dapur untuk menaruh martabak.
“Vin, tadi Refan bilang mau deket sama aku sambil bawa siomay kesukaanku. Hahaha...., ternyata dia orangnya lucu juga,” ujar Arin.
“Yaa..., syukurlah kalau kamu udah mulai nerima dia,” kataku.
“Siapa yang nerima dia? Aku suma setuju buat deket sama dia doang. Soal perasaan, aku masih belum bisa.”
“Terus gimana sama orang yang kamu suka? Kamu punya orang lain yang kamu suka kan?”
“Iya sih, cuma dianya gak pernah peka.”
“Dia gak akan pernah tahu kalau kamu nggak pernah ngomong.”
“Iiih..., masa cewek yang ngomong duluan?”
“Ya pantes aja dia nggak pernah notice, kamunya gengsian.”
“Hmm...”
Aku melahap sepotong martabak spesial dari piring. Lalu di televisi muncul berita seorang selebritis yang come out tentang orientasi seksualnya, selama ini ternyata dia gay. Deg! Jantungku serasa ingin copot saat mendengar berita itu.
“Nggak heran cowok ganteng sekarang makin berkurang, orang cowok ganteng pacarnya juga ganteng. Menjijikkan...,” kata Arin.
Gulp! Aku menelan ludahku. Sebenarnya perasaanku ke Refan itu apa? Apakah itu benar-benar cinta? Lalu apakah aku juga termasuk bagian dari LGBT? Nggak nggak nggak mungkin..........!!!!! Ini pasti cuma perasaan ingin berteman saja, nggak mungkin lebih dari itu. Nggak mungkin, nggak mungkin aku jatuh cinta dengan laki-laki.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Glue
RomanceMy new original boys love (yaoi) story. Pertemuanku dengan Refan mengubah kehidupanku. Kehidupanku yang tadinya datar, menjadi lebih hidup. Namun peranku tidak lain hanyalah sebagai lem perekat hubungan Refan dengan Arin, sahabatku. Genre : Romance...